BONTANG – Belum tersentuhnya listrik PLN ke sembilan kepala keluarga (KK) di kampung Nyerakat Kiri, Kelurahan Bontang Lestari, ternyata memiliki beberapa hambatan. Salah satunya rumah warga di RT 10 tersebut jaraknya berjauhan.
“Tim kami sudah ke lokasi, jarak rumah cukup berjauhan,” jelas Manager PLN Bontang, Alimuddin, Kamis (5/9).
Selain itu, ia menyampaikan, berdasarkan hasil survei oleh timnya estimasi biaya dari pembangunan jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 1,5 kms, Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) 1,5 kms, dan trafo 50 kva membutuhkan sekitar Rp 725 juta. “Kalau misalnya terdapat tujuh pelanggan, berarti setiap pelanggan sekitar Rp 100 juta rupiah investasinya,” sebutnya.
Sementara itu, Alimuddin menyampaikan pembangunan jaringan ke Nyerakat Kiri sudah diusulkan beberapa kali ke PLN pusat. Tetapi, dana yang diberikan tentu mengutamakan penduduk yang memungkinkan untuk penyambungan tersebut.“Jadi bukan tidak ingin menyambungkan listrik, tapi kami juga punya skala prioritas,” ujarnya.
Alimuddin menambahkan, pihaknya akan tetap melakukan upaya agar warga sembilan KK itu nantinya mendapatkan aliran listrik. “Tapi belum bisa dipastikan kapan, akan kami selalu upayakan,” tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, warga Nyerakat Kiri seperti dianaktirikan. Pasalnya, sebuah dusun di Kelurahan Bontang Lestari itu masih terdapat penduduk yang belum menikmati listrik PLN. Seperti yang diutarakan Ketua RT 10, Muhammad Tahir.
Dia menjelaskan, di wilayahnya masih terdapat 9 kepala keluarga (KK) yang belum mendapat penerangan. Ketika malam hari, warga hanya menggunakan pelita. Tahir pun merasa miris melihat warganya. Akan tetapi Ia mengaku tak bisa berbuat apa- apa. “Ada yang pakai genset, tapi hanya beberapa jam sudah mati,” jelasnya kepada awak Kaltim Post, Jumat (30/8/2019).
Tahir menjelaskan, awal tahun ini sempat pihak PLN Bontang mengecek lokasi di kawasan tersebut. Namun, hingga kini tidak ada tindak lanjut. Sementara, Tahir maupun warganya masih menunggu kepastian untuk penyambungan listrik ini.
“Mereka (PLN, red) ke sini cek lokasi, malah dikira perumahan. Sempat disampaikan katanya mau dikomunikasikan dulu dengan atasannya,” ucapnya.
Keluhan tak henti-hentinya. Bahkan Tahir mengatakan meminta kepada warganya untuk bersabar. Dalam kondisi ini sebagai ketua RT, ia tentu memperjuangkan kesejahteraan warganya dengan harapan ada perhatian dari pemerintah.
“Warga mengeluh ke saya. Tapi memang kami belum pernah mengusulkan untuk listrik ini,” ujar pria yang membawahi 62 KK tersebut. (*/rsy)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post