bontangpost.id – Krisis air bersih menjadi ancaman serius. Apalagi selama ini, Bontang masih bergantung pada sumber air bawah tanah.
Sebagai bentuk keseriusan menangani hal ini, pemerintah menyediakan opsi alternatif sumber air baku pengganti air bawah tanah. Yakni Bendungan Marangkayu yang saat ini sedang proses kajian kelayakan air baku atau feasibility study (FS).
Direktur Perumda Tirta Taman Kota Bontang Suramin mengatakan dibutuhkan jarak sekira 70 kilometer untuk menghubungkan antara Bendungan Marangkayu dengan Kota Bontang.
Prediksi sementara Bendungan Marangkayu hanya mampu mengalirkan air 150 liter per detik. Sementara, sumber air baku Bontang mengalami minus 200 liter per detik dari 650 liter per detik.
“Paling cepat 2026 baru bisa dimanfaatkan. Prosesnya pun panjang untuk menuju status layak konsumsi,” ucapnya.
Sedangkan opsi berikutnya yakni air eks galian tambang PT Indominco Mandiri (IMM). Yang saat ini proses pengkajian sebagai sumber mata air baru masih terus berlanjut.
Dikatakan Suramin, meski kedua opsi tersebut digabungkan untuk menjadi sumber air baku masih belum memenuhi kebutuhan warga Bontang, namun yang paling berpotensi untuk dijadikan sumber air ialah air void tambang.
“Opsi paling cepat berdasarkan kajian ya void tambang. Jaraknya pun terbilang dekat yakni sekira 43 kilometer menuju Bontang,” sambungnya.
Hal itu didukung dengan adanya matrik rancangan action plan sumber penyedian air minum (SPAM) regional sistem void PT IMM. Di antaranya pada 2022 target penyelesaiannya yakni penyusunan FS SPAM Regional, finalisasi sharing anggaran, penyusunan dokumen lingkungan (UKL-UPL) SPAM Regional, penyusunan studi LARP dan legalisasi nota kesepakatan SPAM Regional.
Kemudian, penyusunan DED, perizinan pembangunan SPAM Regional sistem void Indominco di area BPKH Kalimantan IV, perizinan pembangunan SPAM Regional sistem void Indominco di luar area BPKH Kalimantan IV, serta pembentukan UPTD SPAM Regional Kaltim.
“Saat ini prosesnya di tahap penyusunan FS SPAM Regional. Kalau FS air baku sudah kami lakukan. Dan hasilnya air void dinyatakan layak sebagai air baku,” tuturnya.
Progres pada 2023 mendatang yakni perizinan SIPA air baku, pembebasan lahan IPA Regional, pembebasan lahan booster dan offtaker, terakhir pembangunan intake dan pipa transmisi air baku.
Pada 2024 progresnya ialah, pembangunan IPA dan resorvoir distribusi, legalisasi perda air curah, dan pembangunan JDU dan offtaker.
“Menurut saya sih prosesnya tinggal sedikit lagi. Pada 2025 itu sudah operasional air void ke masyarakat,” bebernya.
Sementara itu, disinggung soal berapa biaya yang dihabiskan untuk pengelolaan air void tambang, Suramin belum bisa merincikan sebab pihaknya belum memasuki tahap DED.
“Belum bisa kami prediksi menghabiskan berapa anggaran. Karena sekarang saja masih tahap penyusunan FS SPAM dulu,” pungkasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: