bontangpost.id – Pengelola kapal penyebrangan ke Pulau Beras Basah resah. Tapi keresahan itu tak bisa dilampiaskan. Dipendam saja, pasrah. Sebab per Rabu (18/8/2020) Pemerintah Kota Bontang resmi menutup akses ke pulau ikonik itu. Sementara, namun untuk waktu yang tidak ditentukan.
Penutupan ini merupakan buntut meledaknya kasus terkonfirmasi Covid-19 di Bontang. Pun karena sudah terjadi penyebaran virus antar-warga Bontang sendiri, alias transmisi lokal.
Namun jadi soal, menutup akses penyebrangan ke Pulau Beras Basah artinya melumpuhkan ekonomi pengelola kapal. Sumber penghasilan utama hilang. Hal ini diungkapkan Abdul Gani, Ketua Asosiasi Kapal Penyebrangan ke Beras Basah.
“(Beras Basah) ditutup lagi, di mana kasihan kami mau cari makan (Sumber penghasilan, Red.),” ujarnya kala dikonfirmasi bontangpost.id melalui sambungan selular, Rabu (19/8/2020).
Kata Gani – akrabnya – total ada 48 kapal yang tergabung dalam asosiasi. Mereka mengantar penumpang ke pulau kebanggaan warga Bontang itu secara bergiliran. Berdasarkan antrean yang sama-sama mereka susun dan sepakati.
Dari total 48 kapal, 30 di antaranya tidak memiliki alat tangkap ikan sama sekali. Sementara 18 lainnya, punya alat, namun sekadarnya. Sebagian besar memang tak punya alat. Karena pada dasarnya, kapal mereka diperuntukkan untuk mengangkut penumpang. Bukannya menangkap hasil laut.
“Kalau sudah begitu, nyata kami kehilangan sumber penghasilan,” beber Gani.
Mengantar penumpang ke Beras Basah memang bukan sumber pendapatan tunggal, tapi itu yang utama. Pengelola juga kerap menerima penyewaan kapal bagi pemancing.
“Tapi tidak setiap waktu itu. Jarang-jarang, sementara kita butuh makan setiap hari,” ujarnya.
Lanjut Gani, sangat sukar bila pengelola kapal diminta alih profesi. Bukan karena tidak mau. Namun karena keahlian mereka memang berkutat dengan hal ihwal terkait laut lantaran sudah ditempa bertahun-tahun.
Katakanlah pengelola kapal diminta menjadi nelayan. Itu tidak bisa langsung juga. Seperti disinggung Gani sebelumnya, sebagian besar kapal tak dilengkapi alat tangkap ikan. Kalau mau jadi nelayan, praktis mereka harus membeli alat lagi.
“Itu tidak murah. Di mana lagi kami mau dapat uang untuk itu (alat tangkap ikan, Red.),” katanya.
Adapun, tak ada pemberitahuan atau sosialisasi dilakukan pemerintah terkait penutupan akses ke Beras Basah kali ini. Tiba-tiba akses ke Beras Basah ditutup untuk publik.
“Baru Selasa (18/8/2020) suratnya kami terima. Itu sudah kami pasang di sekretariat,” bebernya.
Baik Gani maupun anggota asosiasi kapal lainnya mafhum benar bila langkah ini diambil untuk menekan penyebaran Covid-19. Tapi dia berharap, pemerintah tetap memperhatikan nasib mereka. Ada keperluan yang mesti dibiayai. Ada perut keluarga yang mesti diberi makan.
“Kami berharap, nasib kami diperhatikan. Kasihan kami ini,” ujarnya lirih.
Selain diperhatikan, dia berharap agar angka kasus terkonfirmasi positif di Bontang akan turun. Sehingga Beras Basah bisa dibuka lagi, dan pengelola kapal bisa beroperasi lagi.
“Semoga ini (penutupan, Red.) tidak lama,” pungkasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post