BONTANG – Perumahan BTN PKT diserang pulukan kera liar. Serangan ini sudah terjadi dalam satu bulan terakhir. Gerombolan kera liar turun gunung dan menjarah tanaman dan buah-buahan yang ada di pekarangan warga di Jalan Salak, Jalan Rambutan, dan Jalan Duku. Ketiga jalan tersebut berdampingan dengan hutan.
Secara beruntun, di pagi dan sore, kawanan kera merangsek permukiman warga yang masuk wilayah Kelurahan Belimbing, Kecamatan Bontang Barat ini. Mereka membuat kegaduhan, merampok makanan, hingga merusak dan mengacak-acak garasi.
Nini, salah satu warga Jalan Rambutan mengatakan, biasanya kera-kera tersebut muncul ke permukiman saat sedang kelaparan. Yang kerap menjadi sasaran adalah tanaman buah milik warga seperti sawo, rambutan, dan manga. Ulah jail lainnya yang dilakukan yaitu, menaiki mobil warga, mencakar-cakar body mobil hingga lecet, memutar-mutar spion, memetik bunga, hingga buang air kecil di teras rumah warga.
“Tadi (kemarin, Red.) siang muncul lagi. Ada empat ekor. Tiga ukuran sedang dan satu yang besar.” ujarnya saat ditemui Bontang Post, Kamis (22/11) kemarin.
Sementara itu Sulastri, salah satu warga Jalan Duku menambahkan, dirinya juga kerap diteror kera tersebut. Bahkan kata dia, kera tersebut pernah masuk ke rumahnya saat pintu depan rumah sedang terbuka. Saat masuk rumah, kera tersebut mengacak-acak isi rumah mencari apa yang bisa dimakan.
“Dan mereka melawan kalau diusir. Agresif. Khawatirnya menyerang, khususnya yang punya anak,” ungkap.
Menurut informasi yang dihimpun Bontang Post, jumlah kera tersebut cukup banyak hingga mencapai 40 ekor. Hal ini diketahui saat kera tersebut keluar dari hutan secara bergerombol. Biasanya, kera akan keluar bersamaan ketika kondisi hutan sedang basah. Untuk mengusirnya, warga kerap menggunakan berbagai cara. Mulai dari mengusir menggunakan kayu, hingga suara ledakan dari pintol anak-anak.
KETERSEDIAAN PAKAN MENIPIS
Munculnya segerombolan kera di perumahan diduga kuat akibat ketersediaan makanan yang makin menipis di habitat aslinya. Hal ini disampaikan Humas Balai Taman Nasional Kutai (TNK) Lita Kabangnga.
Dikatakan Lita, hutan-hutan saat ini telah banyak rusak. Sehingga ini menjadi penyebab hewan-hewan liar tersebut berpindah tempat dalam mencari sumber makan. Alhasil, permukiman warga yang menjadi pilihan hewan-hewan tersebut. Selain faktor makanan, faktor minimnya tempat berlindung pun juga menjadi penyebab kera liar tersebut “hijrah” ke tempat lain.
“Ibarat manusia, hewan liar juga harus terpenuhi sandang, pangan, dan papannya. Apabila tempat mereka dirusak akibat banyaknya pembangunan di tempat yang tidak semestinya, wajar jika mereka muncul ke tengah permukiman. Karena sebenarnya manusia yang memasuki rumah mereka,” ujarnya.
Dirinya mengimbau, jika masyarakat menemukan kera masuk permukiman, maka dirinya menyarankan untuk tidak bersikap menyakiti apalagi sampai membunuhnya. Namun Lita meyarankan untuk melaporkan kejadian ini kepada instansi pemerintah yang berwenang. Nantinya petugas akan melakukan penanganan evakuasi dengan cara yang arif dan bijak. “Sehingga tidak sampai melukai satwa tersebut dan akan dikembalikan ke habitat awalnya sesuai dengan jenis hewannya,” ujarnya.
Terpisah, Komandan Pleton (Danton) Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkartan), Rudi Pancoro mengatakan, apabila masyarakat membutuhkan pertolongan evakuasi terhadap hewan liar, maka dirinya meminta untuk menghubungi call center atau petugas Disdamkartan. “Kami sering juga mengamankan hewan liar di permukiman. Mulai ular, buaya, sampai monyet. Nantinya, petugas yang akan menindaklanjuti laporan tersebut,” pungkasnya. (bbg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post