BONTANG – Pupuk Indonesia Grup berkomitmen mendorong ekspor pupuk sebagai upaya memperkuat nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pupuk Indonesia memproyeksikan dapat mengekspor pupuk Urea, Amoniak dan NPK hingga akhir 2018 dengan nilai Rp 8,31 Trilliun.
Dalam sambutannya, Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, pihaknya datang ke Bontang untuk menghadiri dan menyaksikan ekspor dari Pupuk Kaltim yakni urea dan amoniak. Seperti dilaporkan Direktur Utama Pupuk Indonesia, Aas Asikin Idat, bahwa Pupuk Kaltim adalah pabrik pupuk yang terbesar di Indonesia.
“Saya juga melihat Pupuk Kaltim yang paling efisien, dan saya bangga terhadap manajemen Pupuk Kaltim yang sudah banyak sekali perubahannya,” jelas Rini usai meninjau persiapan ekspor di Kapal Phuong Dong yang memuat 20 ribu ton urea dan 5 ribu ton amoniak menuju Filipina di Pelabuhan PT Pupuk Kalimantan Timur, Selasa (18/9) kemarin.
Rini mengingatkan, kebutuhan pupuk di Indonesia semakin meningkat. Oleh karena itu Pupuk Indonesia diminta meningkatkan kemampuannya untuk produksi, agar bisa menjaga jumlah yang diekspor.
“Saya dengar pemanfaatan pabrik juga sudah lebih dari 100 persen, tinggal amoniak yang masih 94 persen. Insyaallah ke depan bisa ditingkatkan lagi. Saya sangat bangga kepada seluruh manajemen Pupuk Kaltim dan Pupuk Indonesia yang dipimpin oleh Pak Aas,” ungkapnya.
Menurut Rini, Pupuk Indonesia Grup merupakan satu dari sejumlah BUMN yang selalu mendorong pertumbuhan ekonomi Nasional melalui ekspor produk yang kualitasnya telah diakui. Ekspor ini pun dilakukan setelah memastikan dan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dalam negeri terpenuhi.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Aas Asikin Idat menambahkan, pihaknya berkomitmen menjaga penjualan ekspor sebagai upaya memacu pertumbuhan ekonomi Nasional dengan menyumbang devisa Negara dan kembali memperkuat nilai Rupiah.
“Hal ini juga merupakan kebanggaan bahwa produk pupuk kami berdaya saing tinggi dan dapat diterima di pasar Internasional” ujar Aas.
Aas menegaskan, penjualan ekspor tersebut dilakukan setelah mendapatkan izin ekspor dan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pupuk sektor subsidi dalam negeri dan stok minimal sesuai ketentuan yang diatur Permendag No 15 tahun 2013.
Sepanjang Januari-Agustus 2018, Pupuk Indonesia telah mencatatkan penjualan ekspor sebesar 1.081.425 ton. Yang terdiri dari 616.294 ton Urea, 371.841 ton Amoniak dan 93.290 ton NPK atau dengan total senilai Rp 4,55 Trilliun.
Sebagai produsen pupuk terbesar di Asia Tenggara, Pupuk Indonesia menguasai pasar pupuk negara-negara di Asia Tenggara seperti Filipina, Vietnam, Thailand, Myanmar, Malaysia, Timor Timor dan Singapura. Dengan total ekspor sebesar 507.694 ton Urea, 126.170 ton Amoniak, dan 21.301 ton NPK atau senilai Rp 2,67 Triliun. Selain Asia Tenggara, wilayah Asia Timur seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan masih menjadi tujuan ekspor tertinggi untuk produk-produk tersebut. Tidak hanya wilayah Asia, namun produk Pupuk Indonesia pun telah masuk ke pasar Jordan, USA, Afrika Selatan, Cili, Puerto Rico, dan Peru.
“Ke depannya, untuk lebih meningkatkan ekspor, Pupuk Indonesia akan memperkuat jaringan ekspor di negara-negara tujuan melalui berbagai kegiatan promosi tingkat Internasional dan juga ikut serta dalam kegiatan misi dagang,” tambah Aas.
Selain mendorong ekspor ke pasar Internasional, Pupuk Indonesia tetap fokus untuk memenuhi kebutuhan stok pupuk Nasional dengan menyediakan stok pupuk dengan jumlah dua kali melebihi ketentuan stok yang ditetapkan pemerintah. Sehingga cukup untuk musim tanam Oktober-Maret mendatang.
Total stok pupuk hingga 12 September 2018 secara Nasional di Lini III & IV atau di Gudang Kabupaten dan Kios sebesar 1.475.323 ton. Adapun rincian stok Nasional di Lini III & IV ini terdiri dari 519.804 ton Urea, 466.608 ton NPK, 136.580 ton Organik, 182.264 ton SP-36 dan 170.067 ton ZA.
“Dalam menghadapi musim tanam Oktober-Maret mendatang, kami sudah menyiapkan stok pupuk di gudang lini II dan III yang jumlahnya melebihi ketentuan pemerintah. Sehingga aman untuk musim tanam. Kami juga mempercepat proses pengiriman dari gudang-gudang ke distributor dan kios sehingga distributor dan pemilik kios dapat segera menebus pupuk sesuai dengan alokasinya. Sehingga pupuk tidak terlambat diterima oleh petani,” tutup Aas.
Hadir mendampingi Rini, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat, Sekretaris Kementerian BUMN Imam A. Putro, Deputi Jasa Keuangan, Survei dan Konsultan Gatot Trihargo, Deputi Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Edwin Hidayat Abdullah, dan Staf Khusus III Menteri BUMN Wianda Pusponegoro. (mga/adv)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: