bontangpost.id – Jumlah korban meninggal dalam tragedi ritual maut di Pantai Payangan, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu terus bertambah. Kabar terbaru, dari 11 orang yang dinyatakan hilang, sebanyak 10 korban telah ditemukan dalam keadaan meninggal. Dengan begitu, masih ada satu korban lagi yang hingga kini masih dalam pencarian.
Laporan yang disusun oleh tim pencari kepada Kapolres Jember AKBP Heri Purnomo menyebutkan, jasad korban ini ditemukan tak bersamaan. Ada jeda waktu. Meski begitu, lokasinya masih tetap sama di sekitaran Pantai Payangan. Tim Sar Rimba Laut, berperan penting dalam upaya pencarian ini. Tim sar yang berisi warga dan nelayan lokal inilah yang turut membantu dengan melakukan penyisiran di pantai dan pinggiran laut.
Kapolres Heri Purnomo menerangkan, setelah tim menemukan dua korban sesaat setelah tragedi itu terjadi, upaya pencarian terus dilakukan. Upaya ini pun membuahkan hasil. Minggu pagi sekitar pukul 06.15, tim kembali menemukan enam orang korban yang sebelumnya dinyatakan hilang. Mereka adalah Pinkan, 13, alamat Tawangalun, Rambipuji, Bu Bintang warga Jalan Kacapiring Gebang, Patrang, dan Sofi, 22, asal Dusun Botosari, Desa Dukuhmencek, Sukorambi.
“Korban berikutnya yang ditemukan adalah Arisko, 21, alamat Dusun Botosari, Desa Dukuhmencek, Sukorambi. Selanjutnya adalah Musni, 55, warga Sempusari Wetan, serta Yuli, 30, asal Panti,” terangnya.
Tak berselang lama, sekitar satu jam kemudian, tim kembali menemukan dua korban. Keduanya adalah Ida asal Tawangalun, Rambipuji, dan Febri, 28, asal Bondowoso. Sehingga total ada 10 korban yang ditemukan meninggal. Dengan begitu, tinggal satu lagi yang masih belum ditemukan. Korban diketahui bernama Syaiful, 40, warga Krasak, Desa/Kecamatan Ajung.
Menurut Sabar, warga Dusun Watu Ulo, Desa Sumberejo, Ambulu, rombongan korban ini datang pukul 24.00 menggunakan dua mobil pribadi. Satu jenis Isuzu Elf dan satu mobil Avanza. Setelah memarkir kendaraan, Sabar mengatakan, rombongan langsung menuju pantai yang tidak jauh dari tempat parkir. “Setelah melakukan ritual, beberapa jam kemudian ada yang terseret ombak,” ungkapnya.
Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Jember menyebutkan, para korban ini berangkat bersama rombongan yang dipimpin oleh Hasan dari Kelompok Tunggal Jati Nusantara. Secara estafet, rombongan ini berangkat dari rumah Hasan di Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi dengan total 24 orang. Mereka berasal dari Kecamatan Panti, Patrang, Sukorambi, Sumbersari, Ajung dan Jenggawah.
Beberapa saat kemudian, tepatnya Sabtu (12/2) sekitar pukul 23.00, rombongan tiba di Pantai Payangan untuk bersama-sama melakukan ritual. Belum diketahui pasti ritual seperti apa yang mereka lakukan. Tujuan ritual tersebut juga belum diketahui secara gamblang.
Satu jam berikutnya, sekitar pukul 00.00, sebanyak 23 orang mulai melakukan melakukan ritual di tepi pantai. Satu orang tidak ikut ritual karena hanya sebagai sopir. Namun sebelumnya, rombongan ini sudah diingatkan oleh Saladin, warga yang mengelola Bukit Seroja yang berada di sebelah utara lokasi kejadian. Saladin meminta agar rombongan tersebut tidak ke laut karena ombak cukup besar.
Rupanya, rombongan ini tetap bertahan di pantai untuk melanjutkan ritual. Tak berselang lama, persisnya sekitar pukul 00.25, sebanyak 23 orang ini terseret ombak Pantai Payangan yang datang secara tiba-tiba.
Polisi dan tim penyelamat yang mendapatkan laporan segera menuju ke lokasi. Pukul 02.45, para korban selamat dan meninggal dibawa menggunakan ambulans Puskesmas Sabrang dan kendaraan Polsek Ambulu ke Puskesmas Ambulu. (jawapos)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: