Sai, Saksi Hidup Pertempuran Indonesia-Belanda di Jombang Tahun 1945

Sai, veteran yang pernah terlibat dalam perang melawan Belanda di Jombang tahun 1945. (Fitri Wahyuningsih/Bontangpost.id)

bontangpost.id – Jombang 1945. Matahari perlahan redup. Hari menjelang petang. Personel angkatan darat (AD) yang tergabung dalam Pasukan Hizbullah menyebar, dan bersembunyi di antara semak belukar yang memenuhi hutan.

Di tangan setiap mereka, sudah ada sebilah bambu runcing. Tinggal menunggu aba-aba pimpinan, pasukan akan bergerak, dan menghunus ujung bambu kepada lawan. Siapa lagi kalau bukan kepada kompeni– tentara Belanda.

Saling serang tak terelakkan. Pertempuran ini sejatinya tak imbang. Kompeni dilengkapi alat tempur modern di masanya. Tinggal menarik palatuk, dan peluru langsung menghunus sasaran tembak. Sementara pasukan pejuang merah putih, hanya membawa bambu runcing. Alat perang boleh kalah. Namun tekad dan semangat membara yang dimiliki pasukan Hizbullah toh membuat nyali kompeni ciut juga.

“Atas nama Allah, kami berjuang. Kalau mati, mati syahid. Pokoknya maju terus, kita (Indonesia) harus merdeka. Ketika aba-aba sudah ada, kami bergerak. Bambu runcing diangkat, dan berteriak medeka!” beber Sai dalam dialek Jawa, kala disambangi Bontangpost.id di kediamannya Jalan Tennis, Kelurahan Api-Api, Bontang Utara, Minggu (31/5/2020) siang.

Demikianlah sekeping ingatan Sai tentang perang antara Indonesia dan Belanda yang pecah di Jombang, Jawa Timur pada 1945 silam. Ingatan itu amat membekas dalam benak pria berusia 107 tahun itu. Lantaran dia sendiri terlibat langsung dalam perang tersebut.

Dijelaskan, ia direkrut menjadi personel AD kala tercatat sebagai santri di salah satu pesantren di Jombang. Lepas perekrutan itu, Sai digembleng. Agar menjadi serdadu sekuat baja, dan dicamkan dalam benaknya, ”NKRI harga mati”.

Masa awal karirnya di AD, Sai sempat beberapa kali pindah lokasi penugasan. Sebagian besar memang berkutat di sekitar Jawa Timur dan Jawa Tengah.

”Dulu pernah di Irian Jaya. Dua bulan lebih,” ujar Sai sembari mengorek ingatan masa lampau.

Pertempuran di Jombang 1945 itu merupakan puncak kariernya di militer. Alias penugasan paling berat. Kala itu Sai masih berusia 27 tahun. Pangkatnya di korps sudah menjadi personel dua balok alias sersan mayor.

Salah satu tugas utamanya ialah menjadi mata-mata. Memastikan kapan Belanda bekeliling desa, dan Pasukan Hizbullah bisa menyerang benteng pertahanan mereka.

Adapun untuk mengelabui lawan, Sai kerap menyamar sebagai warga sipil biasa. Membawa sayur atau makanan lain, untuk kemudian dibawa ke tempat tentara Belanda tinggal.

“Mbah bawa-bawa makanan. Sekalian cari tahu kapan Belanda mulai patroli,” bebernya.

Ingatan Sai akan perang di Jombang itu memang mulai putus-putus. Ia mampu bercerita, namun tidak detail. Wajar saja, mengingat kini usia Sai amat sepuh, 107 tahun. Indra pendengarannya pun mulai tak berfungsi normal.

Namun yang pasti, ujarnya, pertempuran itu benar-benar rampung tahun 1949. Ketika Belanda secara terbuka mengaku kalah di Istana Merdeka, Jakarta. Dan perlahan memulangkan personil kembali ke Negeri Kincir Angin. Informasi itu dengan cepat menyebar di Jombang. Sontak pasukan Hizbullah dan masyarakat berseru, merdeka! Merdeka! Merdeka!


SELANG beberapa tahun usai pertempuran itu, Sai purnatugas dari angkatan darat. Memilih bertahan di Jombang, Sai menghabiskan masa pensiunnya di kota itu sebagai petani. Dia menanam sayur mayur, dan menjualnya ke pasar. Dari sana pula sumber penghasilannya berasal.

Menginjak pertengahan tahun 2000, seorang ponakan mengajak Sai hijrah ke Bontang, Kalimantan Timur. Ajakan itu diterima. Karena, bila bertahan di Jombang, Sai mahfum benar, tak ada yang sudi merawatnya. Padahal kala itu, pria yang pernah tugas di Irian Jaya itu memasuki usia senja, 88 tahun.

“Sudah pisah sama istri. Anak banyak tapi tidak ada mau urus. Jadi saya ikut ponakan ke Bontang,” bebernya.

Setibanya di Bontang, Sai kembali menekuni pekerjaan bertani. Kembali menanam sayur mayur untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun kebun yang digarap ialah mirip keluarga yang membawanya ke Kota Taman. Di kebun pula, ia bermukim.

Selang 5 tahun hidup di Bontang, Sai bertemu Jumaiyah. Nasib mereka serupa: sama-sama sendiri. Tak butuh lama, keduanya memutuskan menikah, kendati perbedaan usia yang membentang di antara keduanya cukup telak.

Kehidupan yang dijalani Sai dan Jumaiyah selama di Bontang tak bisa dibilang mudah. Sai hanya petani yang menggarap lahan orang. Lantas sang istri hanya menjual nasi kecil-kecilan. Adapun, rumah kayu khas pondokan di kebun jadi tempat mereka bertahan dari panas dan hujan selama bertahun-tahun.

Memasuki tahun 2015, Pemkot Bontang mulai memberi perhatian kepada veteran perang itu. Dibangunkan ia sebuah rumah rumah batu sederhana berukuran 9×10 meter di Jalan Tennis Gang Alkindy. Itulah rumah yang ditempatinya hingga kini.

Selain diberi rumah, Sai pun kerap diundang di hari-hari besar kenegaraan. Katakanlah HUT RI tiap Agustus. Atau hari-hari besar Tentara Nasional Indonesia (TNI).

“Sekarang sudah diperhatikan. Pemerintah sering kasih bantuan. Ada uang, kadang juga sembako,” kata Jumaiyah, istri Sai.

Namun yang perlu dicatat, selama tinggal di Bontang, seluruh bantuan yang diterima Sai dari pemerintah bukan atas permintaannya pribadi. Itu murni atas inisiatif otoritas setempat.

Sai mengaku, tak ingin meminta apapun kepada negara. Kebahagiaan terbesarnya hanya satu, dan itu adalah segala yang diidamkannya: negara ini merdeka, terbebas dari penjajah.

“Mbah ini enggak pernah minta gaji atau lainnya ke negara. Yang penting Indonesia sudah merdeka,” tegasnya.

Dengan usia makin uzur, aktivitas Sai benar-benar terbatas. Kini dia tak bisa lagi berkebun, hanya mendekat di rumah. Sudah 5 bulan belakangan penyakit liver merusak masa senjanya.

“Harusnya operasi cuma ditunda dulu sama rumah sakit karena Covid-19,” kata sang istri, Jumaiyah. (*)

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version
https://www.bethhavenbaptistchurch.com/ anakslot https://torontocivics.com/ http://sultansawerlogin.com slot gacor arya88 slot gacor slot raffi ahmad slot raffi ahmad 77 https://attanwirmetro.or.id/ https://attanwirmetro.or.id/dolph/asd/ https://idtrack.co.id/ https://autoglass.co.id/ slot raffi ahmad 77 https://dabindonesia.co.id/ slot gacor https://tesiskita.com/ slot raffi ahmad https://bontangpost.id/ slot raffi ahmad 77 Anakslot https://karyakreatif.co.id/ slot raffi ahmad 88 Anakslot arya88 kicautoto kicautoto slot thailand https://www.ajlagourmet.com/ kicautoto situs raffi ahmad gacor slot raffi ahmad 88 situs scatter hitam situs scatter hitam slot toto Link Gacor Hari Ini Slot Bca Situs deposit 25 ribu https://cdn.sena.co.th/ toto 4d https://www.ajlagourmet.com/-/ daftar slot gacor