Laporan dari Jakarta:
Ahmad Nugraha
SENIN (16/10) hari ini, menjadi hari bersejarah bagi pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, juga bagi Jakarta. Keduanya bakal dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 mendatang.
Ya, Anies bersama Sandiaga Uno memenangkan pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta setelah melewati dua putaran. Diusung oleh Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera, pasangan ini menang atas 57,95% suara, dukungan tertinggi dalam pemilihan umum gubernur Jakarta. Lantas siapa sebenarnya Anies dan Sandi ? Berikut kisah perjalan duet dosen dan pengusaha ini.
Empat puluh delapan tahun lalu, Anies Rasyid Baswedan dilahirkan dari keluarga pengajar. Ayahnya, Rasyid Baswedan, adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Sedangkan ibunya, Aliyah Rasyid, tercatat sebagai guru besar dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Negeri Yogyakarta.
Lahir dari keluarga pendidik, membuat kata ‘pendidikan’ selalu diidentikkan dengannya. Bahkan, namanya pun melejit bersama idealisme pendidikannya lewat program ‘gila’ yang ia inisiasi pada tahun 2009, Indonesia Mengajar.
Bagaimana tidak ‘gila’, mengirimkan anak-anak muda terbaik untuk mengabdi selama satu tahun di pelosok negeri. Dijauhkan sementara dari majunya teknologi dan keluarga, hanya untuk misi yang disebut pengabdian.
Program ini dinilai cerdas, inspiratif, dan menantang –terlebih bagi anak muda yang idealis nasionalis–. Sejak saat itu nama Anies Baswedan, sang penggagas, segera melejit dan ‘didewakan’ di kalangan anak muda yang tengah menggebu-gebu ingin menyalurkan pengabdiannya.
“Jangan tanya apa yang negara berikan padamu, tapi bertanyalah apa yang kau berikan bagi negaramu.” Kalimat itu selalu didengungkan seiring dengan gencarnya gerakan Indonesia Mengajar.
Indonesia Mengajar bukan satu-satunya prestasi Anies di bidang akademik. Tahun 2007, menjadi momen penting di mana ia dilantik sebagai rektor termuda di Indonesia pada usia 38 tahun.
Sebagai rektor, ia membuat berbagai macam gebrakan. Termasuk, program beasiswa yang menggandeng Mien R Uno –Ibunda Sandiaga Uno, yang kelak, 10 tahun kemudian, menjadi pasangannya di kancah politik– sebagai pendonor.
Kenyang bergelut di bidang pendidikan dan sosial, tahun 2013 Anies mulai menjajal peruntungan di politik dengan mengikuti konvensi Calon Presiden Partai Demokrat pada 27 Agustus di tahun yang sama.
Keputusannya itu menuai kritik hingga sindiran lantaran konvensi bagi sebagian orang, saat itu hanya dianggap sebagai cara Demokrat memulihkan nama baik pasca beberapa kadernya terjerat korupsi. Tapi Anies tampil seperti sudah mantap.
Anies, yang bukan kader Partai Demokrat, pun bukan politikus, mengikuti seluruh rangkaian konvensi dengan baik. Anies bahkan menelurkan gagasan yang diberi nama “Indonesia Kita Semua,” di mana semua orang ikut terlibat mengurus negeri, ikut turun tangan –yang kemudian direalisasikan dalam gerakan Turun Tangan.
Saat menjabat Mendikbud, banyak terobosan yang ia lalukan. Termasuk, penundaan kurikulum 2013 di beberapa sekolah yang dianggap belum sanggup, mengubah Ujian Nasional yang tak lagi menjadi tolak ukur kelulusan, program sertifikasi dan kompetensi guru, serta penghapusan Masa Orientasi Siswa.
Sayang, kariernya sebagai menteri harus terhenti saat namanya masuk dalam deretan menteri yang direshuffle, tak jelas apa alasan Presiden saat itu. Lalu nama Muhadjir Effendy, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, dipilih untuk menggantikan posisinya.
Rehat dari kesibukan sebagai menteri, Anies menepi dari hiruk pikuk politik. Namun dalam beberapa bulan kemudian, sosoknya ternyata diperhitungkan dalam bursa calon gubernur DKI, meski tak punya cukup modal elektabilitas.
Sandi yang Pengusaha Sukses
Adalah seorang Sandiaga Uno, kawan dekat Anies, seorang pengusaha yang belum lama berkecimpung di dunia politik di Partai Gerindra. Nama Sandiaga, awalnya sudah lebih dulu disiapkan menjadi calon gubernur oleh Partai Gerindra dan PKS.
Namun, posisinya sebagai calon gubernur harus turun, saat nama Anies –yang baru berpisah dari kabinet kerja Jokowi-JK– muncul. Pasangan Anies-Sandi pun baru disepakati di saat terakhir, satu hari menjelang batas akhir pendaftaran.
Di pilkada kemarin, Ada yang bilang, pasangan Anies-Sandi ‘beruntung’ karena dinilai lebih bersih dari isu negatif. Lembaga-lembaga survei, berlomba memenangkan keduanya dalam survei elektabilitas yang dirilis.
Dan memang benar, Sang Kuda Hitam, dua nama yang tak pernah dipertimbangkan sebelumnya, kini berhasil merebut tahta tertinggi di Ibu Kota. Anies Baswedan-Sandiaga Uno dua hari lagi akan lebih banyak menghiasi wajah media sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI.
Masyarakat DKI menunggu perubahan-perubahan yang dijanjikan selama masa kampanye. Selamat bekerja, Pak Anies dan Pak Sandi! (**)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: