“Kalau memang lulus, mereka (PPPK, Red.) bisa ikut seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT), bahkan jadi eselon dua juga boleh,”
Zainuddin Aspan Kepala BKPP Kutim
SANGATTA – Kabar baik bagi TK2D di Kutim. Setelah santer terdengar kabar jika tes PPPK dikhususkan untuk tenaga kesehatan dan guru, kini dipastikan seluruh pegawai honorer bisa ikut.
Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kutim telah memastikan informasi tersebut.
Dijelaskan Kepala BKPP Kutim Zainuddin Aspan, seluruh tenaga honorer dapat ikut serta dalam tes PPPK tidak lama lagi. “Mereka semua akan tes, jika lulus uji kompetensi, baru mendapat nomor induk dari BKN,” bebernya, Jumat (21/12) kemarin.
Secara prinsip, kata Zainuddin rekrutmen berjalan bagus, profesional, dan memiliki kualitas yang baik. Jika dinyatakan lulus, honorer berpeluang menjadi pejabat. “Kalau memang lulus, mereka (PPPK , Red.) bisa ikut seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT), bahkan jadi eselon dua juga boleh,” jelasnya.
Jika sebelumnya dikatakan yang menjadi prioritas hanya tenaga pengajar dan kesehatan, kali ini Zai berani menyanggah. Menurutnya tes ini berlaku umum untuk seluruh TK2D yang telah bekerja di lingkungan Pemkab Kutim.
“Ini kabar baik, karena mereka semua bisa lebih sejahtera, persyaratan sama seperti ASN, mereka bisa dapat tunjangan pensiunan dari potongan gaji,” katanya.
Kemudian bagi yang tidak lulus, akan diberi kelonggaran dan kesempatan mengikuti tes selama lima tahun. Hal itu bertujuan untuk mengisi formasi yang masih kosong. “Jika mereka tidak lulus, nanti ada lima tahun masa jedanya. Disetiap tahun ada seleksi menjadi PPPK. Harapannya Kutim tidak lagi ada TK2D,” tuturnya.
Sehingga pada lima tahun ini, jumlah TK2D yang mencapai lebih dari 7.000 orang diperkirakan akan terus berkurang, karena tidak adanya penerimaan tambahan.
“Kami fokus mengurus TK2D ini jadi PPPK, setop sudah penerimaan. Biarkan mereka ini bekerja,” ujarnya.
Terpisah, salah satu TK2D bernama Imah Nurilmi mengaku senang dengan adanya informasi tersebut. Mengingat jenjang pendidikan yang ditempuhnya hanya sampai tingkat SMA. “Informasi awal hanya untuk guru dan medis, sempat merasa kecewa. Tapi mendapat kabar seperti ini mudahan bukan harapan palsu lagi,” harapnya.
Hal berbeda dikatakan oleh tenaga pengajar dengan status TK2D, yang enggan disebut namanya. Ia merasa bingung dengan informasi yang beredar. Ketidakjelasan ini dirasa kerap berubah. “Katanya hanya untuk kami (guru, Red.) , tapi kalau begini menambah daftar pesaing,” tandasnya. (*/la)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post