Sempat terpuruk akibat pandemi virus korona (Covid-19), nilai tukar rupiah perlahan tapi pasti meninggalkan level Rp 16 ribu. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, mata uang garuda bergerak stabil dan cenderung menguat. Kemarin, rupiah diperdagangkan Rp 15.930 per USD.
“Nilai tukar rupiah menguat sesuai dengan mekanisme pasar yang dinamis. Tidak terlepas dari peran pelaku pasar dan eksportir yang ikut menjaga stabilitas rupiah di pasar,” ucap Perry dalam video conference, Kamis (9/4/2020).
Perry menuturkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi penguatan rupiah. Secara fundamental masih undervalue. Artinya, rupiah diperdagangkan lebih rendah daripada seharusnya. Sehingga, akan cenderung menguat terhadap USD.
Kemudian, keyakinan pasar akan langkah kebijakan mitigasi Covid-19 oleh BI bersama pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Baik dari sisi fiskal, moneter, maupun kredit.
Alumnus Iowa State University, Amerika Serikat tersebut menilai, kondisi risiko global berangsur-angsur membaik. Pasar melihat tingkat kenaikan kasus Covid-19 berangsur-angsur menurun. Mengingat, berbagai negara membuat langkah-langkah preventif untuk menekan penyebaran virus asal Wuhan tersebut.
“Termasuk Indonesia. Penerapan pembatasan sosial skala besar (PSBB) yang diterapkan DKI Jakarta mulai 10 April (hari ini, Red) diperkirakan akan dapat menekan penyebaran Covid-19,” kata Perry optimistis.
Menguatnya rupiah, praktis mengurangi kebutuhan BI untuk melakukan stabilisasi nilai tukar. Makanya, Perry optimis cadangan devisa Indonesia akan meningkat akhir April nanti. Yakni, berkisar 125 miliar USD dari 121 miliar USD dari catatan akhir Maret lalu.
Bertambahnya jumlah cadang devisa juga karena penerbitan global bond senilai 4,3 miliar dolar AS oleh Kementerian Keuangan.
“Jumlah cadangan devisa lebih dari cukup untuk pembiayaan impor, pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan untuk melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah,” jelas pria asal Sukoharjo itu.
Selain itu, BI juga menyampaikan, harga bahan pokok masih terkendali. Berdasarkan survei pemantauan harga hingga pekan kedua April, inflasi diprediksi 0,2 persen month to month (mom). Sedangkan, inflasi tahunan sebesar 2,8 persen.
Perry yakin inflasi terkendali karena pasokan bahan pokok terus tersedia. Kemudian, tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari kemampuan kapasitas produksi nasional.
“Sehingga kita mengalami yang biasa disebut kesenjangan output yang negatif. Artinya, tekanan-tekanan inflasi dari sisi permintaan itu terkendali,” terangnya.
Orang nomor satu di BI itu menegaskan, pelemahan rupiah saat ini tidak terlalu berpengaruh pada harga bahan pokok. Artinya, ketika rupiah lemah tidak lantas membuat harga bahan pokok ikut naik tinggi.
Sementara itu, ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penguatan rupiah menandakan sentimen Covid-19 mulai berkurang di pasar keuangan. Berkurangnya sentimen tersebut juga akan membawa balik arus aliran modal asing yang sempat keluar akibat kepanikan investor. Pelaku pasar mempertimbangkan langkah-langkah penanganan Indonesia dengan PSBB.
Kerjasama fasilitas repo dengan The Fed, bank sentral AS, sebesar 60 miliar USD menopang penguatan rupiah. Kerjasama tersebut sekaligus akan memperkuat second line of defense BI. Sehingga mampu meredam potensi keluarnya dana asing dari pasar keuangan domestik dan mendorong stabilitas nilai tukar rupiah.
Bagi pelaku pasar keuangan, penguatan ini menjadi angin segar bagi likuiditas USD di pasar. Sebab sejak para investor mengalihkan asetnya ke mata uang Paman Sam membuat ketetatan likuiditas.
Sementara itu, sinyal penguatan rupiah terhadap USD menjadi sinyal cerah bagi para pengusaha yang membutuhkan impor bahan baku atau barang modal. Mengingat, pelemahan rupiah memberikan tekanan terhadap biaya produksi di tengah lemahnya permintaan domestik maupun luar negeri. (jpc)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post