Menengok Buaya “Jinak” di Sungai Guntung
Hidup berdampingan bersama buaya sudah dilalui warga bantaran Sungai Guntung, Bontang, sejak lama. Belakangan ini, hewan predator itu semakin sering menampakkan diri. Warga pun seolah memanjakan dengan memberinya makan.
EDWIN AGUSTYAN, Bontang
PRIA paruh baya jongkok di atas jembatan kayu yang melintang di atas Sungai Guntung. Matanya memerhatikan dengan seksama buaya yang berenang pelan ke arahnya. Saat berjarak sekira 2 meter, dilemparkannya daging kerang ke arah mulut reptil buas itu. Maslah yang sedang mencuci kerang pun tak ketinggalan.
Perempuan berambut sebahu itu ikut memberi makan buaya dengan panjang sekira 3 meter itu. Keduanya cukup berani. Karena jarak dengan hewan yang hidup di dua alam itu sangat dekat. Sekira 1 meter. Bahkan sesekali buaya merapat ke siring sungai, di mana Maslah di atasnya asyik membersihkan kerang. Pun dengan pria beruban itu. Meski berada di atas jembatan. Namun, ketinggiannya dari permukaan sungai tak sampai semeter.
Lebih dari cukup jika buaya itu ingin menyambarnya. Dia bahkan menyadari hal itu. ”Dilompatinya kita biar sampai sana (menunjuk kejauhan). Tidak ada apa-apanya kita kalau begini (jarak dekat) kalau dia (buaya) mau loncat,” katanya, seperti yang terekam dalam video yang diunggah akun Zblind Virgo di Facebook. Hingga Ahad (3/12) sekira pukul 19.18 Wita, video berdurasi 1 menit 24 detik itu sudah ditonton 1,146 juta kali. Sementara video 3.18 menit ditonton 1,9 juta kali dan di-share sebanyak 17.241 kali.
Dalam video itu, buaya tampak sangat jinak. Tak terlihat sedikit pun tanda-tanda akan menyerang manusia. Dia seakan fokus menunggu kerang yang dilemparkan Maslah.
Sutikno, warga RT 06, Kelurahan Guntung, mengatakan bahwa buaya itu mulai sering berenang hingga permukiman warga saat bakau di sekitar muara sungai ditebang. Saat air pasang, dia masuk menyusuri Sungai Guntung.
”Paling sering terlihat siang pukul 2 atau senja. Biasa ada saja di samping perahu-perahu itu,” katanya, sambil menunjuk deretan perahu yang ditambat di dermaga. Pria 52 tahun itu menyebut, buaya itu sejak kecil sudah sering menampakkan diri. Terutama saat air pasang. Ada dua ekor. Yang lebih kecil berukuran sekira 1,5 meter. ”(Buaya) yang kuning yang besar. Yang hitam, kecil,” terangnya.
Buaya sering muncul jika ada yang mencuci ikan atau tercium bau amis. Namun buaya tersebut, kata dia, tidak pernah menyerang warga. Terpenting jangan diganggu. Tidak heran, jika ada yang justru menjadikannya hiburan. Salah satunya dengan melemparinya makanan. ”Tapi kadang ceroboh juga. Tidak baik sebenarnya kalau terlalu dekat. Bagaimanapun itu hewan buas,” tuturnya, ditemui kemarin (3/12).
Bagi nelayan yang biasa menyusuri sungai, kemunculan buaya itu sudah lumrah. Bahkan mereka sering kali berpapasan. ”Tidak ada reaksi. Dia berenang seperti biasa. Tapi, saya tetap hati-hati,” kata Herianto (50). Warga RT 08 itu mengatakan, jika ada kelebihan umpan, tak jarang diberikannya kepada buaya itu. Pria yang sebagian giginya sudah tanggal tersebut mengaku sering bertemu siang hari.
”Kalau tidak ada di sungai, biasanya berjemur di muara. Sekitar sekilo dari sini,” ungkapnya. Muhariah (56) yang rumahnya berada di samping dermaga mengaku, saat malam, buaya itu kerap mengitari sungai. Tampak dari matanya yang memantulkan sinar. ”Tapi, saya tetap hati-hati. Dulu sering saja anak-anak berenang di sungai, tapi sekarang sudah kami larang,” terangnya.
Awak media sempat menunggu kemunculan buaya tersebut hingga pukul 18.00 Wita. Namun, tak kunjung muncul. Menurut Sutikno, kemungkinan karena air semakin tinggi. “Kalaupun masuk (ke permukiman warga), mungkin sudah jauh. Tidak di sekitar sini lagi,” ungkapnya. (riz/k15)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: