bontangpost.id – Sebulan jelang Iduladha ketersediaan sapi kurban masih jauh dari cukup. Kepala UPT Rumah Potong Hewan Hasyim mengatakan biasanya seribu ekor dibutuhkan untuk hari raya agama tersebut. Tetapi saat ini stoknya terbatas. Angkanya di bawah 100 ekor.
“Masih jauh. Kami tidak bisa apa-apa. Kalau dari daerah pengirim bisa masuk tentu kami bersyukur,” kata Hasyim.
Saat ini penjagal di Kota Taman sudah rutin melakukan komunikasi dengan peternak di daerah pengirim. Mulai dari Sulsel hingga NTT. Mengingat kebutuhan konsumen tinggi di momentum tersebut. Ia membenarkan ada stok tersisa tetapi untuk kebutuhan daging di pasaran juga diperlukan.
Ia menjelaskan adanya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) ini membuat harga jual sapi merangkak naik. Sapi dengan berat 100 kilogram dulunya dijual Rp 17 juta tiap ekor. Kini menjadi 24-25 juta rupiah. Selain itu hingga kini penjualan sapi jelang Iduladha masih sepi. Jalan Pupuk Raya yang biasanya sudah ramai menjual di pinggir jalan, saat ini kosong.
“Kami sudah ke Simpang Sangatta, disana penjualan tinggi karena stoknya menipis. Harga naik biasanya jika dalam sepekan jelang Iduladha stok masih terbatas,” tutur dia.
Rencananya Kamis (9/6/2022) kemarin ada kedatangan pasokan. Tetapi jumlahnya belum bisa dipastikan. Hingga saat ini belum ditemukan kasus PMK di Bontang. Pemerintah juga tetap memberlakukan karantina sebelum pengiriman.
Kasi Pelayanan Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian (DKP3) Bontang drh Riyono, mengatakan langkah antisipasi diambil guna mencegah PMK. Bentuknya dengan membuka posko. Posko tersebut dibuka untuk memutus rantai penularan pada level komunitas hewan berkuku belah. Seperti sapi, kambing dan babi.
“Saat ini surat edaran seruan pembukaan posko masih proses” kata Riyono.
Sebagai upaya pengendalian dan penanggulangan PMK, pihaknya mengimbau seluruh pemilik ternak melapor ke posko yang berada di Puskeswan Bontang, Jalan S Parman, Gang Banjar, RT 29 Kelurahan Gunung Telihan. “Gejalanya yaitu suhu tinggi antara 39-41derajat, air liur pada hewan ternak berlebih, berbusa, dan menggantung, pincang hingga sulit berdiri, lesu, serta tidak mau makan,” terangnya.
Bagi para pemilik ternak diminta untuk memiliki lahan yang cukup sesuai dengan jumlah hewan dan memiliki pagar pembatas agar hewan tidak berkeliaran. Selanjutnya, menyediakan fasilitas penampungan limbah, menyediakan fasilitas dan bahan untuk tindakan pembersihan atau sterilisasi terhadap lingkungan di sekitar kandang. (ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: