bontangpost.id – Pasar Taman Rawa Indah (Tamrin) sudah sebulan beroperasi. Terhitung mulai Rabu (15/7/2020) lalu, Namun masih banyak kios kosong. Tidak ditempati pemiliknya.
Pantauan bontangpost.id, Senin (24/8/2020) pagi, kios kosong itu menyebar rata di tiap lantai. Mulai lantai 1 hingga lantai 3. Tetapi, lantai tiga paling banyak kosong. Dalam hitungan redaksi, ada 193 lapak tak terisi. Belum diketahui alasan pedagang tidak menggunakan lapak tersebut. Untuk diketahui, lantai 3 diperuntukkan bagi pedagang sembako dan pakaian.
Dalam data Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan (Diskop-UKMP) Bontang, total ada 1.366 lapak tersedia di Pasar Tamrin. Sebanyak 334 di antaranya diperuntukkan untuk lapak jenis sembako. Dari 26 klaster dagangan di Pasar Tamrin, sembako mendapat jatah kios paling banyak. Karena jumlah pedagang paling banyak. Sementara ada 168 lapak khusus pakaian.
Sementara yang paling banyak terisi, ialah di lantai dua. Tempat pedagang sayur dan buah-buahan. Lantai satu cuma los khusus ayam dan buah yang mulai penuh. Kasubag Tata Usaha (TU) UPT Pasar, Abdul Malik Rifai menuturkan, pihaknya memperkirakan persentase kios terisi di Pasar Tamrin mencapai 80 persen.
Terkait kios yang masih kosong. Kata Malik – akrabnya – itu bukan karena kios belum ada atau tak jelas pemiliknya. Namun karena memang belum diisi saja oleh pedagang. Pihaknya berani menjamin, seluruh kios sudah dibagikan kepada pedagang terdaftar.
“Sudah dibagi semua pas undian lalu,” ujarnya kala dikonfirmasi melalui sambungan telepon.
Jelas Malik, kios-kios tersebut masih kosong lantaran banyak pedagang yang masih berada di luar kota. Seperti Jawa dan Sulawesi. Belum bisa balik ke Bontang lantaran terjebak pandemi. Mobilitas dibatasi dan terbatas. Sehingga pihaknya pun belum bisa memaksa. Cukup memaklumi kondisi ini.
“Sekaran kan Covid. Jadi susah juga mereka mau balik. Kita juga tidak bisa memaksa,” ujarnya.
Namun sesuai kesepakatan antara pedagang dan UPT Pasar kala undian lapak. Pedagang yang tidak menempati lapaknya dalam 3 bulan sejak pasar beroperasi siap-siap hak miliknya dicabut. Karena sejatinya kios itu adalah milik pemerintah Kota Bontang. Pedagang cuma memegang hak pakai.
“Tapi kan ada perjanjian. Tiga bulan kosong haknya dicabut,” katanya.
Rusdiana adalah seorang pedagang pakaian yang mendapat jatah kios di Pasar Tamrin. Letaknya di lantai 3. Beragam alasan kios itu tak ditempati. Pertama, ia merasa terlalu berat dan melelahkan mengangkut seluruh barang dagangan ke lantai 3. Bukan cuma pakaian yang diangkut. Pun peralatan pendukung lapak. Semisal patung dan hanger.
“Banyak sekali itu. Angkatin baju-baju. Belum lagi patung-patungnya,” ujarnya.
Di pasar baru, Rusdiana mendapat lebih satu kios. Karena sebelum pasar Rawa Indah dulu terbakar, kiosnya memang luas. Tapi jadi soal, di pasar baru kiosnya tak bersebelahan. Berjauhan. Akibat undian acak. Kalau sudah begini, Rusdiana merasa jualan bakal sangat ribet. Sebab ada dua toko tapi yang jaga cuma satu.
“Masa cari karyawan lagi, keluarkan biaya lagi kita, ” katanya.
Selain itu, Rusdiana merasa jualan di gedung lantai 3 tak terlalu laku. Lantaran konsumen enggan naik ke atas. Meskipun UPT Pasar telah menyediakan eskalator.
“Lebih baik kita jualan di luar pasar dulu. Daripada di pasar tapi tidak laku,” pungkasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post