TERBATASNYA ketersediaan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis yang menangani kasus pasien dalam pengawasan (PDP) covid-19 membuat Pemkot Bontang berinisiatif. Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni mengatakan pengadaan barang tersebut dalam proses pengiriman menuju Kota Taman.
Pembelian dilakukan secara online. Berupa 100 set baju hazmat. Pengadaan ini sangat penting mengingat bentuk protektif petugas medis saat melakukan pemeriksaan terhadap pasien.
“Pekerjaan rumah buat Pemkot Bontang untuk menyiapkan logistik,” kata Neni pada sesi konferensi pers progres kasus covid-19 di Gedung Public Service Center (PSC) Bontang, kemarin (19/3/2020).
Sembari menunggu APD datang, tim medis telah dipersiapkan jas hujan. Pengadaan sarana ini hasil upaya Pemkot memborong seluruh jas hujan plastik yang tertutup rapat. Di seluruh pedagang penjual barang itu di Bontang. Termasuk dengan sepatu bot.
“Ini digunakan petugas medis yang keliling mendatangi pasien di ruang isolasi. Karena itu barang sekali pakai langsung dibuang,” ucapnya.
Neni menuturkan jumlah APD yang tersedia di RSUD Taman Husada tinggal lima set. Dari 20 jumlah APD yang didapatkan dari Kantor Kesehatan Pelabuhan dan pembelian manajemen rumah sakit.
Sehubungan dengan pemeriksaan dugaan terpapar covid-19, Pemkot pun membeli alat rapid test. Jumlahnya 100 unit. Kelebihan rapid dibandingkan virus transport medium (VTM) yakni durasi pemeriksaan. Nantinya, pasien hanya diperiksa di Bontang tanpa harus mengirimkan sampel di Surabaya.
“Petugas medis pun langsung dapat mengetahui hasil pemeriksaan durasi empat jam,” terang mantan anggota Komisi VII DPR RI ini.
Diketahui, RSUD Taman Husada sebelumnya untuk melakukan pemeriksaan swab tenggorokan hanya memiliki lima VTM. Stok itu berkurang setelah dilakukan pengecekan terhadap satu PDP dan satu orang dalam pemantauan (ODP), beberapa waktu lalu. Diskes Bontang pun sebenarnya telah meminta tambahan kepada Diskes Kaltim. Akan tetapi hingga sekarang belum mendapatkannya. (*/ak/kpg)







