Kisah Inspiratif Warga Bontang: Sarifuddin T (168)
Menjadi aparat pemerintahan merupakan cita-cita Sarifuddin. Berkali-kali gagal dalam seleksi masuk PNS bukan lantas membuatnya putus asa. Buktinya kini dia menjabat Lurah Tanjung Laut dan membawa salah satu kelurahan tertua di Bontang ini berprestasi tingkat provinsi.
LUKMAN MAULANA, Bontang
Sarifuddin memiliki keinginan mengabdi pada masyarakat dengan menjadi aparat pemerintah. Karenanya dia mengambil program studi Ilmu Pemerintahan saat kuliah di Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda dan lulus 1989. Namun begitu keinginannya untuk segera mengabdi di pemerintahan mesti tertunda cukup lama. Pasalnya dia beberapa kali gagal dalam seleksi PNS di provinsi.
“Karena gagal itulah saya lantas menjadi kontraktor usaha pengadaan bahan pokok untuk perusahaan-perusahaan di Bontang. Awalnya saya bantu kakak, tapi kemudian buka usaha sendiri,” kisah Sarifuddin saat ditemui Bontang Post di ruangannya, Jumat (17/2) kemarin.
Sebagai kontraktor, Sarifuddin sempat dipercaya sebagai supplier bahan-bahan pokok untuk Badak LNG dan Indominco Mandiri. Sayangnya, kekurangan modal membuat usahanya tak berjalan baik. Usahanya itu lantas diserahkannya pada sang kakak, sementara Sarifuddin bekerja sebagai tenaga kontrak di Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim.
“Tahun 1997 saya menjadi tenaga kontrak di Dinas Pendidikan Kaltim sebagai staf pendidikan luar sekolah. Saat itu saya ditempatkan di Bontang,” kenangnya.
Saat otonomi daerah di tahun 2001, Sarifuddin mengikuti seleksi PNS jalur umum. Itu merupakan kesempatan terakhirnya untuk bisa menjadi pegawai negeri. Rupanya kali ini dia ditakdirkan lulus seleksi dan diangkat menjadi staf Dinas Pendidikan Bontang. Masih di dinas yang sama, tahun 2006 dia diangkat menjadi kepala seksi Generasi Muda dan Olahraga.
Kariernya sebagai PNS perlahan berkembang, membawanya diangkat menjadi kepala sub bagian umum dan kepegawaian di Dinas Kesehatan Bontang tahun 2010. Di tahun 2012, dia dipercaya menjadi Lurah Tanjung Laut yang dijalaninya hingga saat ini. “Waktu itu dengan perjalanan saya di beberapa dinas, saya tidak menyangka bila kemudian diangkat jadi lurah,” tutur Sarifuddin.
Baginya, lurah adalah ujung tombak pemerintahan karena berhadapan langsung dengan masyarakat. Karenanya dia tak segan berbaur dengan warganya dalam setiap kesempatan. Dalam hal ini, Sarifuddin tidak memposisikan dirinya sebagai lurah. Melainkan sebagai sesama warga sehingga tidak ada jarak antara dia dengan warga. Barulah ketika dalam acara-acara formal dia memposisikan dirinya sebagai seorang lurah.
“Ini saya lakukan supaya masyarakat tidak merasa jauh dengan kami dari pihak kelurahan. Sehingga persoalan-persoalan di masyarakat bisa disampaikan dengan cepat,” kata dia.
Sebagai lurah, Sarifuddin tidak sekadar duduk manis di ruangannya di kantor lurah. Melainkan sesekali terjun langsung menemui masyarakat di waktu senggangnya demi mengetahui permasalahan yang dihadapi warganya. Apalagi kediamannya juga berada di Tanjung Laut. Selain itu setiap malam dia juga rutin melakukan monitoring kondisi lingkungan.
“Rata-rata di setiap RT sekarang ini punya handy talkie (HT). Sehingga koordinasi terkait keamanan dengan setiap RT dapat dilakukan dengan baik,” sebut Sarifuddin.
Termasuk dalam memimpin para stafnya di kelurahan, bapak empat anak ini juga mengutamakan suasana kekeluargaan. Dia tidak merasa menjadi pimpinan di kelurahan dan menjadikan para stafnya seperti keluarganya sendiri. Tak jarang Sarifuddin mendatangi para stafnya dan mengobrol santai tanpa canggung. Dia juga dikenal jarang marah. Sehingga staf-stafnya pun tidak segan dan menjadi terbuka atas berbagai persoalan yang dihadapi.
“Tapi di satu sisi, ada hal-hal di mana saya mesti bersikap tegas sebagai pemimpin. Bila memang ada yang melakukan pelanggaran, tentu saya berikan teguran untuk memperbaikinya,” tutur pria kelahiran asli Bontang ini.
Demi memaksimalkan kinerja pelayanan kepada masyarakat, setiap pagi sebelum pekerjaan dimulai, Sarifuddin terlebih dulu mengadakan rapat koordinasi yang diikuti semua pegawai di kelurahannya. Baik PNS maupun honorer, semuanya saling menyampaikan permasalahan terkait bidang kerjanya masing-masing. Dari situ kemudian dibahas secara bersama-sama untuk dicarikan jalan keluarnya.
“Setiap Senin sampai Kamis, karena Jumatnya ada kegiatan kerja bakti. Rapat ini bertujuan sebagai evaluasi, meminimalisasi pekerja yang tidak sesuai apa yang seharusnya dilakukan. Jadi kami sama-sama saling mengoreksi, membahas persoalan masing-masing. Sekitar 20-an sampai 30-an menit,” terangnya.
Di tahun 2013, Sarifuddin berkesempatan membawa kelurahan Tanjung Laut bersaing dalam lomba kelurahan berprestasi tingkat provinsi Kaltim. Setelah sebelumnya kelurahan berhasil meraih kelurahan berprestasi tingkat kecamatan dan tingkat kota Bontang. Di bawah kepemimpinannya, kelurahan Tanjung Laut sukses menjadi juara kedua dalam lomba kelurahan berprestasi di tingkat Kaltim tersebut.
“Yang dinilai dalam lomba ini oleh tim penilai di antaranya dari sisi kesehatan warga, pelayanan administrasi, serta keunggulan-keunggulan yang dimiliki kelurahan. Merupakan kebanggaan bagi saya karena bisa membawa Tanjung Laut bersaing dengan kelurahan-kelurahan lain di Kaltim. Banyak hal yang dipersiapkan waktu itu,” jelas Sarifuddin.
Memang kala itu Tanjung Laut memiliki keunggulan dalam hal pengolahan sampah. Sampah-sampah yang ada di kelurahan dikelola oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM). Dengan pemanfaatnnya untuk bank sampah dan daur ulang. Administrasinya pun tersusun dengan baik. Sayangnya, ketiadaan profil aplikasi yang terhubung dengan dinas terkait membuat Tanjung Laut mesti puas menjadi juara kedua.
Bisa membawa kelurahan dalam lomba tingkat provinsi memang menjadi pengalaman berkesan bagi Sarifuddin. Namun menurutnya yang lebih berkesan adalah ketika pelayanan yang diberikan kelurahan dapat memuaskan masyarakat. Baginya, bisa memberikan pelayanan terbaik kepada warga merupakan kepuasan batin yang membahagiakan.
“Pelayanan kepada warga harus diberikan sebaik mungkin. Sebagaimana kita yang ingin dilayani dengan baik pula. Di antaranya dengan senyum, tata krama, dan sebisa mungkin membuat warga merasa nyaman,” ungkapnya.
Sudah menjadi prinsip Sarifuddin untuk tidak menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain. Dalam hal ini setiap kegiatan komunikasi khususnya kepada warga, dilakukan dengan penuh tata krama. Termasuk saat melakukan sosialisasi program-program pemerintah kepada warga. Tak jarang warga memiliki pemahaman berbeda terkait program-program tersebut.
“Karena itu tugas saya dan aparat kelurahan lainnya untuk memberikan pemahaman sebaik mungkin kepada masyarakat. Kami selalu mengupayakan sosialisasi program-program pemerintah ini di setiap pertemuan warga,” terang Sarifuddin.
Dengan perannya sebagai lurah yang menuntut kesiapan kapan saja dibutuhkan warga, praktis membuat waktunya untuk keluarga berkurang. Namun kata Sarifuddin, keluarganya sudah memahami bagaimana pekerjaannya sebagai seorang abdi masyarakat. Apalagi sang istri, Norhidayah juga seorang PNS. Sarifuddin sendiri berharap bisa terus memberikan manfaat kepada warga Tanjung Laut dalam kapasitasnya sebagai lurah.
“Hidup ini hanya sebentar saja. Sehingga bagaimana hidup kita ini bisa bermanfaat bagi orang lain. Sehingga kalau kita sudah tiada nama kita masih dikenang oleh orang lain,” tandas bungsu dari enam bersaudara ini. (bersambung)
Nama: Drs Sarifuddin T, Msi
TTL: Bontang, 5 Juni 1963
Istri: Hj Norhidayah S Pdi
Anak: Ahmad Fakhrurrijal, SKM, Nur Anisa Fitri, Akbid, Aisyah Amalia, Muhammad Fauzi Rifaldi
Pendidikan:
- SD 001 Tanjung Laut
- SMP Monamas
- SMA 17 Agustus Samarinda
- S1 Fisipol Unmul
- S2 Administrasi Negara
Alamat: Jalan Selat Selayar RT 19 Nomor 6 Tanjung Laut
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post