SUPARNO tiba-tiba bangkit dari tidurnya. Padahal mentari belum juga mendekati ufuk. Masih sekitar pukul 02.00. Pria baya itu terbangun, karena air mulai masuk ke rumahnya di RT 11, Kelurahan Guntung. Tingginya mencapai 50 sentimeter.
Dia tak menyangka rumahnya ikut terendam. Selain tidak ada hujan, air biasanya hanya sampai teras. Memang Bontang sempat diguyur hujan deras Senin (29/10) sore, tapi sudah reda sekitar pukul 20.00. “Ternyata subuh air meluap,” katanya, kemarin (30/10).
Dia tidak dapat berbuat banyak. Hanya beberapa barang yang sempat dipindah. Diungkapkan, banjir akibat luapan Sungai Guntung ini merupakan yang terparah. “Saya sudha tinggal di sini sejak 1985,” terangnya.
Hal yang sama juga diungkapkan Endar. Sederas apapun hujan, sebelumnya rumahnya tak pernah kebanjiran. Tapi kali ini berbeda. “Saya bantu keluarga pindahkan barang, eh, ternyata rumah saya juga kebanjiran,” tuturnya.
Total terdapat 16 RT yang terdampak banjir. Tiga sekolah terpaksa diliburkan. PAUD Anyelir II dan SD Darul Ulum terendam. Sementara SMP 9 meliburkan pelajarnya, karena akses menuju sekolah lumpuh.
Sementara Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Andri Lesmana mengatakan banjir di Guntung diperparah dengan pasang laut pada pagi hari. “Air tidak bisa keluar (ke laut),” ujar Andri.
Untuk evakuasi, disiapkan dua perahu. Dibantu aparat TNI dan Polri. “Data masih terus kami update dari pihak lurah, karena biasanya, jumlah rumah, serta jumlah jiwa bisa terdata pasca air surut,”pungkasnya.
WACANAKAN BUAT SODETAN
Semakin menyempitnya aliran Sungai Guntung menjadi salah satu yang memperparah banjir di daerah itu. Ditambah pula permukiman yang padat.
Ditemui di sela meninjau banjir, Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni mengatakan, untuk jangka pendek akan dilakukan penurapan dan normalisasi sungai. Pasalnya, sedimentasi di Sungai Guntung cukup tebal. Sehingga bakal dilakukan pengerukan.
Pemkot juga berencana membuat sodetan. Menghubungkan Sungai Guntung dan Sungai Habang. Mengingat debit air Sungai Habang cukup rendah. “Tapi sedimentasinya tebal. Harus dikeruk dulu. Kalau sebagian air dari Sungai Guntung dialirkan ke sana, bisa mengurangi banjir,” kata Lurah Guntung Ida Idris.
Dikatakan Neni, jika hasil feasibility study (FS) menunjukkan bahwa pembuatan sodetan bisa dilakukan, maka pemkot akan merealisasikannya.
Ia juga menyarankan agar ke depan pembangunan rumah diatur. Mengingat daerah yang menjadi langganan banjir berada di dataran rendah. “Kami sarankan agar membuat rumah panggung,” tuturnya.
Sementara, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota (PUPRK) Tavip Nugroho menuturkan FS diperlukan untuk meninjau kesiapan lahan. Termasuk ketika ada wacana pembebasan lahan milik masyarakat. “Kalau sudah siap baru dilakukan detail engineering design (DED),” papar Tavip.
Berdasarkan kondisi geografisnya, Tavip pun menyarankan untuk pembuatan polder. Akan tetapi pengerjaan tidak bisa dilakukan dalam waktu sekejap. Mengingat beberapa fase wajib dilalui.
Minimal tersedia lahan satu hektare. Sistemnya setelah air tertampung polder, maka akan dipompa ketika air laut tidak pasang. Dijelaskannya, FS baru dapat dilakukan pada pembaasan APBD-P tahun ini. Sementara pengerjaan fisik baru bisa dilakukan minimal 2020. (edw/mga/ak)
Mereka yang Terendam….
RT KK
04 50
06 70
11 80
02 20
22 30
24 6
01 10
05 3
09 10
12 46
13 70
14 65
15 3
17 49
19 45
16 61
TOTAL 618 KK
Sumber : Kelurahan Guntung
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: