KULINER kerap dijumpai di setiap daerah. Bentuk dan kenikmatannya menjadi ciri khas tersendiri. Namun makanan khas warga Mamuju satu ini juga tak kalah nikmat. Namanya Timbongan atau biasa dikenal bulu babi. Jika dilihat dari segi nama maupun bentuk, memang sedikit agak asing. Sebab, tak semua orang mengetahui jika hewan laut itu juga enak disantap.
Masyarakat Mamuju yang berdomisili di Bontang pun menyajikan makanan khas ini dalam pameran kuliner khas Sulawesi Barat (Sulbar), di lapangan voli Lembah Ujung, Berebas Tengah, Kecamatan Bontang Selatan. Sebagai ajang memperkenalkan makanan dan budaya mereka kepada masyarakat umum.
Timbongan sendiri, mudah dijumpai di wilayah pesisir Bontang. Seperti di Kampung Melahing dan Tihi-Tihi. Selain rasanya enak, bentuknya yang bulat dan berduri itu tak membahayakan jika ingin mengambilnya di laut. Biasanya, dapat dijumpai di atas karang atau di sela-sela rumput laut.
Rahman, seorang warga Kelurahan Tanjung Laut mengaku kerap membeli Timbongan dari warga pesisir untuk dikonsumsinya. Sejak kecil, kuliner Mamuju itu sudah menjadi santapannya semasa ia masih berada di Sulbar, Tanah Kelahirannya.
“Bisa dijadikan lauk. Dimakan dengan nasi dan lempeng menurut saya enak sekali,” ujarnya kepada bontangpost.id, di salah satu stand kuliner, sembari menunggu acara penutupan pameran kuliner khas Sulbar 2019.
Timbongan sendiri, memiliki berbagai warna. Merah, hitam, bahkan kombinasi dua warna tersebut. Isinya pun berwarna kuning. Warga Mamuju biasa membukanya dengan menggunakan pisau maupun sendok kecil. Setelah dibersihkan kotorannya, bisa langsung disantap.
Kuliner satu ini memang tak sering dijumpai seperti kuliner pada umumnya. Rahman sendiri mengaku, jika ingin mengonsumsi Timbongan terlebih dulu ia memesan ke warga pesisir. Namun kadang juga ada yang menjual ke kampung-kampung. Harganya tak begitu mahal, hanya Rp 5 ribu per satu plastik gula pasir ukuran seperempat.
“Tapi jarang lagi ini datang penjual. Biasanya ada yang keliling ke rumah-rumah warga,” kata Rahman.
Semasa kecil, Rahman di tanah kelahirannya itu kerap pergi mencari Timbongan. Yang tidak jauh dari rumahnya. Tak melulu Timbongan yang besar isinya harus banyak. Tidak bisa ditentukan. Tergantung waktunya. Bahkan Timbongan kecil pun terkadang isinya banyak.
“Ada biasanya waktunya itu. Tapi enggak tahu bulan berapa. Dulu di kampung memang sering pergi ambil Timbongan di laut,” tuturnya.
Pada dasarnya Timbongan memang pantas disebut kuliner khas. Tergantung soal selera setiap orang. Hewan laut tersebut memiliki isi yang begitu lembut. Juga tak perlu dimasak. Bisa langsung disantap di tempat mengambil Timbongan.
Kuliner khas warga Mamuju ini juga sudah mendunia. Bahkan warga Jepang senang memakan Timbongan tersebut. (Arsyad Mustar)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post