bontangpost.id – Optimalkan pengelolaan terumbu buatan dalam menjaga ekosistem perairan, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) menggelar pelatihan transplantasi terumbu bagi nelayan binaan dari Kelurahan Loktuan dan Bontang Kuala, Kecamatan Bontang Utara. Pelatihan menggandeng Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, selama 3 hari, mulai 27-29 Mei 2021.
VP CSR Pupuk Kaltim Anggono Wijaya, mengungkapkan pelatihan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan nelayan binaan, sehingga perkembangan terumbu buatan yang telah diturunkan PKT sejak 2009 di perairan Tobok Batang Kota Bontang, semakin berkembang untuk menjaga ekosistem perairan dengan berbagai keanekaragaman hayati di dalamnya.
Nelayan binaan yang diberdayakan untuk pembuatan dan pengelolaan terumbu buatan di kawasan konservasi PKT, didorong untuk meningkatkan kemampuan melalui metode transplantasi secara maksimal, karena perkembangan terumbu diklaim bisa lebih cepat dibanding hanya mengandalkan proses pembentukan alami pasca penurunan. “Penting bagi nelayan binaan dibekali kemampuan transplantasi, agar terumbu buatan yang diturunkan PKT selama ini berkembang lebih maksimal,” ujar Anggono.
Dijelaskannya, setiap tahun 500 terumbu buatan rutin diturunkan PKT di perairan Tobok Batang, sebagai kawasan konservasi Perusahaan dengan luasan mencapai 20 hektare. Namun dari evaluasi berkala, beragam faktor eksternal seperti penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan dan lainnya, mempengaruhi perkembangan terumbu, sehingga hasil terkesan kurang maksimal.
“Perkembangan terumbu sejatinya tidak bisa instan, tapi karena berbagai faktor yang mempengaruhi, semakin memperlambat terumbu itu berkembang. Makanya kita coba metode transplantasi untuk mempercepat dengan hasil yang lebih baik,” tambah Anggono.
Mukhlis Effendi, narasumber dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unmul Samarinda, mengungkapkan pelatihan digelar selama 3 hari, mencakup praktik dan teori hingga pendampingan langsung transplantasi terumbu. Nelayan binaan juga dibekali pengetahuan terkait faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan terumbu, serta teknik rehabilitasi yang bisa dilakukan.
Transplantasi sebagai salah satu metode rehabilitasi, dilakukan dengan memanfaatkan terumbu buatan yang telah diturunkan PKT sebagai media tanam, untuk penempelan bibit hasil pencangkokan. Cara ini dinilai lebih maksimal dengan durasi perkembangan yang lebih cepat, dibanding terumbu buatan yang memanfaatkan bibit alami dari arus laut.
“Terumbu buatan lebih lambat untuk berkembang, bisa 3-4 tahun karena menunggu bibit menempel. Tapi dengan transplantasi, bibit kita tempelkan sehingga lebih cepat tumbuh,” terang Mukhlis.
Transplantasi terumbu di kawasan PKT menggunakan 6 jenis bibit, dengan monitoring berkala mulai 3 bulan hingga satu tahun. Cara ini diyakini bisa maksimal, mengingat model terumbu buatan yang diturunkan PKT berbentuk kubus dan trapesium, sangat mendukung perkembangan transplantasi dengan keunggulan masing-masing. Salah satunya ikan yang lebih besar untuk model kubus dan ikan yang lebih banyak untuk model trapesium.
“Dari evaluasi kami, satu tahun perkembangan terumbu dengan transplantasi mampu mencapai ukuran 40 cm,” tambah Mukhlis.
Jusman, salah seorang nelayan binaan dari Selambai Loktuan, mengaku pelatihan ini sangat penting, khususnya untuk memaksimalkan perkembangan terumbu buatan. Melalui metode ini, terumbu diyakini lebih cepat berkembang, sehingga ekosistem perairan dan keanekaragaman hayati terus terjaga.
“Kami ucapkan terima kasih kepada PKT, karena dari pelatihan ini kami memahami dengan baik teknik transplantasi terumbu agar cepat berkembang, sehingga bisa diaplikasikan secara optimal,” kata Jusman. (*/nav)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: