JUMLAH produksi padi di Bontang dari tahun ke tahun cenderung fluktuatif. Namun belakangan, jumlahnya semakin menurun. Berbagai faktor disebut mempengaruhi naik turunnya angka produksi ini. Mulai dari kondisi cuaca yang tak menentu, hingga ketiadaan regenerasi petani.
Dari data Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian (DKP3) dan Badan Pusat Statistik (BPS) Bontang, total produksi padi di tahun 2016 sebanyak 84 ton. Angka ini mengalami penurunan bila dibandingkan total produksi di 2015 yang mencatatkan angka 188 ton.
Padahal, luas tanam di tahun 2016 lebih banyak yaitu 80 hektare dibandingkan luas tanam di 2015 yang tercatat 61 hektare. Sementara untuk luas panennya, hanya berselisih sedikit yaitu 26 hektare di 2016 dari yang sebelumnya 33 hektare di 2015. Tingkat produktivitas pun menurun, dari 5,7 ton per hektare di 2015 menjadi 3,23 ton per hektare di 2016 (selengkapnya lihat grafis).
Kepala Seksi (Kasie) Pertanian Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan (DKP3) Bontang, Debora Kristiani bertutur, turunnya produksi disebabkan beragam faktor. Di antaranya kondisi cuaca yang sulit untuk diprediksi.
“Tahun 2015 itu kan kemarau panjang, sempat tidak tanam. Sampai-sampai para petani mencari pekerjaan harian lainnya. Memang kalau musim kemarau begitu, musim tanam bisa lewat. Lahan kita kan masih tadah hujan,” kenang dia.
Selain itu, ketiadaan sumber daya manusia (SDM) membuat lahan-lahan pertanian yang ada menjadi terbengkalai. Hasil pertanian pun menjadi tidak maksimal. Sebagaimana di Nyerakat Kiri, dari 25 hektare lahan yang dicetak, empat di antaranya tidak produktif. Pun begitu dengan sawah di Segendis yang ditinggalkan para petaninya satu per satu.
“Kendalanya SDM. Karena tidak semua orang mau bertani. Rata-rata yang bertani yang orang-orang tua. Sementara anak-anak muda lebih tertarik ke tambang atau bekerja bangunan,” jelas Debora.
Sementara itu Kepala BPS Bontang, Basiran Suwandi beranggapan, di antara sektor-sektor lainnya di Bontang, pertanian merupakan sektor yang kurang menarik. Apalagi sumbangsihnya untuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terbilang kecil, tidak sampai satu persen. Kenaikannya bahkan hanya 0,01 dari 2015 ke 2016.
“Persentasenya 0,89 persen saja untuk pertanian, kehutanan, dan perikanan. Kenaikannya kecil karena memang bukan prioritas,” ungkap Basiran.
Menurut dia, fluktuasi produksi padi lebih bergantung pada kondisi cuaca. Terlalu banyak curah hujan maupun kekurangan air karena panas terik, bisa membuat pertanian menjadi kolaps. Bertanam padi juga membutuhkan waktu sekira tiga bulan untuk bisa dipanen. Hasilnya pun belum bisa dipastikan bila melihat kondisi cuaca.
Kendala lainnya yaitu ketersediaan lahan. Basiran meyakini, lahan yang digunakan untuk bertani kebanyakan masih belum dalam penguasaaan milik sendiri. Dengan sistem pinjam pakai yang jamak digunakan, perubahan fungsi lahan dari yang awalnya pertanian menjadi untuk bangunan sangat dimungkinkan terjadi.
“Beda halnya kalau lahan sendiri, didukung irigasi teknis. Kapanpun mereka bisa tanam dan saya kira hasilnya bisa tetap. Jadi memang banyak faktor yang menentukan. Karena Bontang memang fokusnya bukan di pertanian,” urainya.
Basiran turut mengamini tidak adanya regenerasi di kalangan petani itu sendiri. Bila sekadar bergantung pada kekuatan petani yang rata-rata tak lagi muda, tentu akan mengalami penurunan kekuatan dari tahun ke tahun. Sehingga ke depannya diperlukan dukungan khususnya dari pemerintah, untuk memunculkan daya tarik pertanian di kalangan generasi muda.
“Pemahaman untuk pertanian ini bisa mulai diberikan kepada para pelajar, mulai dari tingkat SMP dan SMA,” kata Basiran.
Menurut dia, tidak ada salahnya dilakukan pelatihan-pelatihan berbasis keterampilan salah satunya keterampilan bertani. Pelatihan-pelatihan tersebut bisa memberikan pilihan bagi generasi muda dalam menciptakan peluang-peluang di masa depan. Bukan hanya pertanian, keterampilan seperti teknologi informasi dan juga industri juga perlu dilakukan.
“Bisa juga mendatangkan ahlinya. Tujuannya agar bisa menjadi nilai tambah suatu wilayah dengan adanya keterampilan baru. Salah satunya ya pertanian,” terangnya.
Belajar dari pengalaman, Basiran menyebut pertanian memiliki potensi kesejahteraan bila ditekuni secara serius. Di Samarinda misalnya, ada petani kangkung yang bisa membangun rumah berbahan beton. Padahal lahan yang digarapnya bukan milik sendiri. Bahkan menumpang di daerah rawa-rawa.
“Di Bontang kan juga banyak rawa-rawa. Tentu hasilnya tidak bisa langsung sebanyak yang diharapkan misalnya sampai jutaan. Tetapi juga semakin luas lahannya, tentu semakin banyak pendapatannya,” sebut Basiran.
Hal seperti inilah yang menurutnya perlu menjadi pembelajaran bagi generasi muda. Apabila anak-anak tidak dikenalkan sejak dini, bisa jadi bakal sangat tergantung pada bidang teknologi informasi. Dengan kemajuan teknologi yang ada, sektor pertanian bisa jadi tidak menarik lagi. Dikhawatirkan akan melahirkan generasi-generasi yang menginginkan hal-hal serba instan.
Ketiadaan regenerasi petani, menurut Basiran sudah mulai terasa di masa sekarang. Walaupun sudah melibatkan personel TNI untuk mengupayakan swasembada, namun bila tidak didukung masyarakat, maka hasilnya akan percuma. Hasil pendataan BPS dalam Sensus Pertanian 2013 mengungkap, ada 106 rumah tangga saja di Bontang yang menggeluti tanaman padi (selengkapnya lihat grafis).
Dari serangkaian data yang dimiliki BPS, Basiran memprediksi bila turunnya produksi padi akan terus berlanjut di tahun-tahun yang akan datang. Ini ditandai dengan kemampuan untuk tanam yang semakin tahun semakin turun. Sehingga produksinya pun cenderung akan menurun.
“Karena memang Bontang ini basisnya industri. Di satu sisi pertanian ini bisa jadi pilihan bagi mereka yang kurang memiliki kemampuan lainnya. Bila bisa melihat potensi ini, lahan-lahan yang tidur bisa diberdayakan dengan tanaman-tanaman yang cocok. Tidak mesti padi, tapi bisa juga hortikultura yang lain,” pungkasnya. (luk)
SEBARAN RUMAH TANGGA TANI PADI (bisa dibikin diagram lingkaran)
Kecamatan Jumlah (rumah tangga) Persentase (persen)
Bontang Selatan 50 51,88
Bontang Barat 33 18,80
Bontang Utara 23 29,32
Sumber: BPS Bontang
PRODUKSI PADI DI BONTANG
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Luas Tanam Padi Sawah (hektare) 83 75 64 61 61 61 68
Luas Tanam Padi Ladang (hektare) – – – – – – 12
TOTAL LUAS TANAM (hektare) 83 75 64 61 61 61 80
Luas Panen Padi Sawah (hektare) 83 75 50 24 62 33 25
Luas Panen Padi Ladang (hektare) – – – – – – 1
TOTAL LUAS PANEN (hektare) 82 75 50 24 62 33 26
Produksi Padi Sawah (ton) 262 245 241 115 279 188 83
Produksi Padi Ladang (ton) – – – – – – 1
TOTAL PRODUKSI PADI (ton) 262 245 241 115 279 188 84
PRODUKTIVITAS (ton/hektare) 3,2 3,27 4,87 4,79 4,50 5,70 3,23
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian Bontang
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: