SAMARINDA – Setiap hari, Kota Samarinda memproduksi 800 ton sampah. Sampah organik dan nonorganik tersebut terkumpul dari berbagai titik. Jika dijumlah setiap bulan, Kota Tepian menghasilkan sampah sebanyak 24 ribu ton.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda, Nurrahmani mengatakan, pada hari tertentu jumlah sampah di ibu kota meningkat drastis. Misalnya di akhir pekan, libur sekolah, Idulfitri, Natal, dan Tahun Baru. Di momen tersebut, sampah bertambah 30 persen dibanding hari biasanya.
“Sedangkan yang bisa kami buang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir, Red.) hanya 521 ton per hari. Sisanya dibakar. Itu yang kami angkut, belum lagi yang tercecer di jalan dan trotoar,” ucapnya, Senin (23/4) kemarin.
Kata dia, upaya mengelola sampah telah dilakukan dengan menggandeng perguruan tinggi. Pasalnya pihak kampus memiliki kapasitas mengolah sampah menjadi barang daur ulang yang bernilai jual.
“Terlebih setelah pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan 2025 Indonesia harus bebas sampah. Artinya 100 persen sampah dikelola dengan benar. Dalam hal ini pemerintah daerah diminta menyusun strategi jangka menengah dan panjang. DLH sedang memikirkan konsep itu. Jadi saya mencoba membuat tim, ingin menggandeng perguruan tinggi,” urainya.
Nurrahmani menyebut, setiap lembaga pendidikan harus mempunyai lingkungan binaan. Mulai dari SD, SMP, SMA, SMK, hingga perguruan tinggi. Diharapkan melalui gerakan tersebut, sepuluh tahun ke depan setiap orang dapat meningkatkan kecintaan pada kebersihan.
“Kanapa saya orientasinya di sana? Karena sampah ini kan objek dan subjeknya masyarakat. Kemudian, kami juga akan menggiatkan sistem ketertiban pembuangan sampah. Kami akan bentuk tim siber sampah. Mereka bertugas memacu masyarakat agar menjaga kebersihan,” ucapnya.
Dia mengimbau masyarakat Samarinda agar sejak dini dapat mengelola sampah organik. Harapannya, sampah organik dapat dikurangi hingga memiliki nilai jual.
“Saya ingin masyarakat menyulap sampah organik agar memberikan nilai tambah secara ekonomi. Tapi tahapannya, masyarakat kami bina dulu agar sampah organik yang diolah bisa dijual,” harapnya.
Dalam jangka pendek, sebelum semua konsep itu terlaksana, Nurrahmani berharap tempat sampah yang disediakan DLH dapat dimanfaatkan untuk mengumpulkan sampah. Dengan begitu, petugas yang mengumpulkan sampah setiap hari tidak mengalami kesulitan. (*/aj)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post