bontangpost.id – Potret buram kegagalan pemerintah memenuhi kebutuhan dasar warganya masih terlihat di Bontang, Kaltim. Warga di Kampung Wisata Melahing, Bontang Selatan rupanya hingga kini masih mengalami krisis air bersih.
Seperti diutarakan Ketua RT 30 Melahing, Nasir Lakada. Dia bilang kalau krisis air bersih sudah dialami warga dalam 20 tahun terakhir. Untuk memperoleh air bersih, warga mesti membawa jeriken 30 liter. Menempuh perjalanan laut selama 12 menit menggunakan kapal ketinting, lantas memasok air dari Bontang Kuala. Untuk tiap jeriken kapasitas 30 liter dihargai Rp 15 ribu.
“Sekali ambil biasanya 15 jeriken,” katanya.
Menanggapi hal ini, Wakil Ketua II DPRD Bontang, Agus Haris mengatakan, pemerintah harus mengedepankan prinsip berkeadilan bagi seluruh warganya. Baik mereka yang tinggal di daratan, atau di atas laut seperti warga Melahing.
Pun pemerintah berkewajiban memenuhi kebutuhan dasar seluruh warga negara, ini termasuk air bersih. Maka ketika ada warga yang masih kesulitan mengakses air bersih, maka tak bisa dipungkiri, pemerintah telah melakukan kelalaian.
“Seluruh masyarakat harus diperlakukan sama, mau tinggal di darat atau di kampung terapung. Kalau ada yang tidak terpenuhi air bersih, berarti ada kelalaian,” ucapnya ketika ditemui di kantornya, Senin (22/3/2021) siang.
Dia mengaku tak tahu pasti mengapa hingga kini warga Melahing kesulitan mengakses air bersih. Politikus Gerindra ini menaksir, boleh jadi karena titik nol menjadi otoritas Pemprov Kaltim. Sehingga ada kesulitan bagi Pemkot Bontang melakukan perubahan di Melahing.
Meski begitu, bukan berarti Pemkot lantas lepas tangan. Warga Melahing secara administrasi ber-KTP Bontang. Pemenuhan air bersih tetap jadi tanggungjawab Pemkot Bontang.
“Ini tanggungjawab Pemkot. Jadi untuk beri layanan di sana (Melahing) harus memohon dulu ke Pemprov,” katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga di “Kampung Pelangi” itu, Agus Haris sarankan 3 opsi. Pertama, penggalian tanah di bawah permukaan laut, lantas memasang jaringan air bersih. Kedua, memasang penampungan air raksasa dan secara berkala memasoknya untuk warga di Melahing. Ketiga, menyediakan sistem pengolahan air laut menjadi air tawar (Sea Water Reverse Osmosis). Seperti yang dilakukan Pemkot bagi warga Pulau Gusung, Bontang Utara 2019 lalu.
“Kan ada beberapa opsi. Saya kira bisa dipertimbangkan beberapa ini supaya warga kita di sana tidak lagi kesulitan air bersih,” tandasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: