SANGATTA – Selain karena human error, buruknya infrastruktur jalan turut andil, sehingga angka laka lantas di wilayah Kutai Timur (Kutim) masih cukup tinggi. Dari data Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Kutim, dari 61 kasus laporan laka di tahun lalu, 70 persen diantaranya terjadi di jalan poros provinsi, seperti di Poros Sangatta-Bontang.
“Sebagian besar laka lantas terjadi di Jalan Poros Bontang-Samarinda, Sangatta-Bontang, serta daerah Bengalon dan Muara Wahau. Kalau dipresentasikan, 70 persen laka terjadi di jalan poros, selebihnya di perkotaan,” ungkap Kasat Lantas Polres Kutim AKP Ramadhanil, Kamis (12/1) kemarin.
Pasalnya, sebagian besar jalan poros provinsi Kaltim di Kutim kondisinya benar-benar sangat memprihatinkan. Dan jalan tersebut adalah akses satu-satunya yang menghubungkan antara Kutim dengan daerah lainnya, seperti Bontang dan Samarinda.
“Sementara kalau mau melihat, untuk kondisi jalannya banyak mengalami kerusakan, bahkan cukup parah. Ada jalan yang berlubang, dan mengalami longsor, sehingga mengakibatkan tingginya angka laka lantas di Kutim,” katanya.
Selain itu, untuk penerangan dan rambu-rambu jalan juga sangat minim sekali. Pada hal itu dibutuhkan untuk membantu pengendara sebagai petunjuk jika ada jalan rusak, jalan menikung dan sebagainya. Sementara penerangan jalan sangat dibutuhkan pengendara pada malam harinya.
“Untuk upaya yang sudah dilakukan, kami selalu berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kutim kami melakukan penyuratan, meminta segera memperbaiki jalan-jalan yang rusak, termasuk meminta perbaikan ke DPU Provinsi Kaltim,” sebutnya.
Dibeberapa titik jalan, sambungnya, pihaknya telah memasang rambu-rambu lalu lintas yang dibantu Dinas Perhubungan (Dushub) Kutim. Seperti kegiatan patroli juga rutin dilaksanakan pihaknya. “Kami selalu melakukan sosialiasi dan himbauan kepada para sopir angkutan umum, bus dan sopir terminal,” katanya.
Diwartawan sebelumnya, jika dibandingkan laka di 2015 lalu, angka laka 2016 terbilang jauh turun. Dari kuantitasnya juga mengalami penurunan. Pasalnya, pada tahun 2016, ada 61 kasus laka, sementara pada tahun 2015 angka laka mencapai 91 kasus.
“Kalau dipresentasikan, angka laka lantasnya turun hingga 30 persen. Begitu juga dengan kualitasnya. Namun untuk korban meninggal, jumlahnya masih stagnan di angka 47 orang, dengan luka ringan sekitar 20 orang,” beber AKP Ramadhanil. (drh)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: