BONTANG – Angka kasus demam berdarah dengue (DBD) berpotensi terus mengalami peningkatan. Sebab, saat ini angkanya melewati jumlah kasus yang terjadi pada 2016. Diketahui tiga tahun lalu merupakan puncak jumlah kasus DBD di Kota Taman.
Saat ini total kasus DBD dari awal tahun hingga awal Agustus telah mencapai 548 penderita. Adapun tiga penderita penyakit dari gigitan nyamuk Aedes Aegypty ini meninggal dunia. Sementara pada 2016 hanya terdapat 523 kasus. Namun jumlah korban jiwa saat itu hingga 11 orang.
“Grafiknya naik-turun memang. Setelah 2016 itu memuncak, 2017 dan 2018 cenderung turun. Tahun ini naik lagi,” kata Kasi Surveilans, Imunisasi dan Wabah Bencana Dinas Kesehatan (Diskes) Bontang Adi Permana.
Jumlah ini diprediksi masih terus bertambah. Lantaran 2019 masih tersisa empat bulan lagi. Berdasarkan data, tren peningkatan kasus terjadi di Kelurahan Loktuan, sejak lima bulan belakangan. Total kasus penderita DBD mencapai 80 orang. Angka ini merupakan tertinggi dibandingkan kelurahan lainnya. Disusul oleh Kelurahan Tanjung Laut dengan selisih empat kasus.
Menanggapi ini, Diskes langsung gerak cepat. Dengan menggelar rapat koordinasi kewaspadaan dini kasus DBD, Kamis (22/8/2019) kemarin. Kepala Diskes dr Bahauddin mengatakan berdasarkan tinjauan lapangan ke hunian korban DBD yang meninggal, kondisi lingkungan sekitar terkesan kotor.
“Banyak sampah yang tidak diambil. Belum lagi saluran air di lokasi itu mampet. Sehingga genangan air ini membuat perkembangbiakan nyamuk menjadi cepat,” kata Bahauddin.
Ia meminta kepada setiap lurah untuk menginstruksikan Ketua RT dan warga melakukan bersih lingkungan. Upaya ini ampuh dalam memberantas jentik nyamuk dan nyamuk dewasa.
Belum lagi, ketiga korban meninggal masih merupakan pelajar jenjang Sekolah Dasar (SD). Kebersihan di lokasi menimba ilmu pun harus diperhatikan. Karena, tidak menutup kemungkinan penderita tergigit saat proses kegiatan belajar mengajar.
“Ada salah satu sekolah yang tempat wudunya banyak genangan air. Dan di lokasi itu ditemukan banyak jentik nyamuk,” ucapnya.
Upaya sosialisasi, pembagian serbuk abate, dan fogging pun telah dilakukan oleh Diskes. Sayangnya, langkah ini kerap mengalami kendala. Salah satunya, banyak warga yang enggan memakai serbuk abate di bak penampungan airnya.
Sementara, Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni membenarkan kasus DBD di Kota Taman meningkat. Menurutnya, cuaca di Bontang tidak menentu. “Musimnya seperti itu. Kadang panas dan hujan. Banjir pun membuat air tergenang. Genangan inilah berpotensi peningkatan kasus DBD,” papar Neni.
Selain itu, Neni pun menyorot banyaknya kawasan yang tidak menjaga kebersihan lingkungan. Padahal, Diskes telah melakukan upaya fokus untuk memberantas jentik nyamuk.
“Lingkungan yang kotor membuat nyamuk berkembang biak dengan cepat,” sebutnya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh awak media Kaltim Post (induk Bontangpost.id), jumlah pasien DBD di RSUD Taman Husada mencapai 9 orang. Satu anak berusia 5,5 tahun kondisinya kritis dan ditangani di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU).
“Saat ini (kemarin, Red) kondisi anak tersebut masuk hari keenam. Kami harapkan fase kritisnya semoga tertangani,” kata dokter spesialis anak RSUD Taman Husada Arlita Putri Eka Vivin.
Dua hari lalu, kondisi anak ini mengalami penurunan. Tekanan darahnya turun dan detak jantungnya cepat. “Sudah membaik saat ini (kemarin). Pendarahannya sudah terhenti juga,” ucapnya.
Anak ini tidak sendirian, sebab orangtuanya pun digigit nyamuk DBD. Hanya, kondisi orangtuanya telah stabil. (ak/kp)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post