bontangpost.id – Dahsyatnya gempa dengan magnitudo 7,8 di Turki masih melekat kuat di ingatan Muhammad Abdul Hadi Rahmatullah (24). Kuatnya guncangan gempa, membuat kondisi beberapa lokasi sulit untuk diakses, khususnya di Gaziantep City Center, Nurdagi, Malatya, Diyarbakir, Hatay dan Kahramanmaras.
Hadi merupakan mahasiswa asal Bontang yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Sakarya University Turki. Kepada bontangpost.id, dia berbagi cerita suasana pasca gempa di tempatnya mengenyam bangku kuliah.
Ketika itu, dia berada di Sakarya. Kota yang letaknya jauh dari pusat gempa. Yakni Kahramanmaras. Butuh waktu 12 jam untuk sampai ke titik gempa.
Kala itu, jam menunjukan sekira pukul 04.00 waktu setempat. Ia bersama kawan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) lainnya sedang asyik bercengekrama di kamar asrama. Sesaat ia bersama rekannya merasakan getaran gempa. Tidak sekali melainkan gempa susulan terjadi berulang kali. Beruntung, kekuatan getaran gempa tidak separah di Kahramanmaras.
Menurut pengakuannya, kejadiannya tidak hanya terjadi malam itu. Melainkan seminggu sebelumnya Sakarya juga telah dilanda gempa sebanyak dua kali dengan skala kecil. Meski tak sekuat di Kahramanmaras, namun goncangannya cukup terasa.
“Tiga bulan sebelumnya, kami sudah merasakan getaran gempa. Meski tidak besar Kekuatannya. Karena malam itu kekuatannya kecil kami tidak lari ke luar asrama. Tapi, hanya refleks berlari,” tuturnya.
Tak berselang lama, ia mendapat pesan resmi melalui grup WhatsApp PPI dari KBRI mengenai gempa yang menimpa kota Kahramanmaras serta imbauan untuk tetap tenang dan waspada. Sejauh informasi yang ia terima, dalam bencana tersebut tak ada korban yang menimpa kawan PPI.
“Setahu saya sampai saat ini, tidak banyak kawan PPI yang kuliah di Kahramanmaras. Karena di sana kota kecil yang berbatasan dengan Suriah. Kurang lebih 50 orang,” akunnya.
Meski tak ada korban dari PPI, Suhu dingin membeku makin memperparah kondisi. Tak sedikit mahasiswa PPI kehilangan tempat tinggal. Namun, langkah cepat yang diambil Duta Besar KBRI saat itu ialah mengungsikan semua mahasiswa PPI di Ibu Kota Turki, Ankara.
“Jadi, sekarang sudah aman. Mereka masih dalam pengawasan KBRI,” singkatnya.
Pria yang menempuh pendidikan di kota dengan julukan The Sick Man of Europe sejak 2018 itu mengaku, akibat bencana alam besar itu, dampak yang ditimbulkan ialah pemerintah Turki menunda jadwal kuliah sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Lantaran tengah fokus dalam proses penyelamatan dan evakuasi korban gempa.
Tak ingin berdiam diri, Hadi bersama kawan asal Tanah Air lainnya menggalang donasi untuk kawan PPI. Baik itu berupa selimut, pakaian, makanan, logistik hingga dana. Informasi sementara sampai saat ini dana yang berhasil dikumpulkan mencapai Rp 144,6 juta. Nantinya, bantuan tidak hanya untuk mahsiswa PPI yang terdampak, melainkan akan disalurkan kepada warga Turki.
“Itu lebih dibutuhkan karena cuaca yang sangat buruk serta suhu berada di bawah nol derajat celcius dan bersalju,” akunya.
Hal senada juga dirasakan Muhammad Rehan Rizki (19) salah seorang mahasiswa asal Samarinda yang menempuh pendidikan di Kota Bursa, Turki sejak 2019. Berada jauh dari pusat gempa menjadikannya bersyukur. Namun perasaan waswas masih menyelimuti dirinya.
“Masih agak takut juga walaupun jarak tempuh 12 jam dari pusat gempa. Orang tua, keluarga besar dan teman langsung menghubungi karena khawatir. Untungnya tidak kena dampak gempanya,” katanya.
Tak banyak yang ia lakukan. Namun, ia bersama kawan PPI merespons cepat kejadian tersebut dengan menawarkan bantuan jasa penerjemah bahasa serta tim medis. Bahkan, beberapa di antara mereka menyisihkan separuh upah kerja paruh waktu untuk disalurkan ke korban gempa.
“Selain penggalangan dana, itu langkah awal dari kami (PPI). Jadi kalau ada tim SAR dari Indonesia kami sedia mendampingi selama di Turki. Pun, PPI yang berada di setiap sudut kota di Turki pun bahu-membahu mengumpulkan bantuan,” tutupnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post