BONTANG – Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Diskes-KB) tengah mempersiapkan Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri dan Measles Rubella (MR) serentak se-Bontang, Senin (19/2) di Pendopo Rumah Jabatan Kantor Wali Kota Bontang.
Rapat koordinasi ini turut menghadirkan Plt Diskes-KB dr Bahauddin, MM beserta jajarannya, Direktur RS se-Bontang, pimpinan Puskesmas Kota Bontang, serta perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) cabang Bontang.
Dalam sambutannya, dr Bahauddin membuka rapat koordinasi lintas sektor itu. Hal ini guna menyamakan persepsi terkait pelaksanaan ORI massal yang akan dilaksanakan 1 Maret mendatang. Sejak meruaknya penularan difteri pada Desember lalu, Diskes-KB telah melakukan upaya pencegahan melalui ORI selektif di beberapa rukun tetangga (RT) dan sekolah-sekolah.
ORI merupakan intervensi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Diskes-KB di kota masing-masing. “Karena keterbatasan logistik, sehingga ORI selektif dilakukan di lingkungan sekitar pasien suspek ditemukan. Dipastikan, semua pasien (suspek difteri) tertular dari luar Kota Bontang,” terangnya.
Semoga melalui rapat ini, koordinasi dapat lebih terarah dan terpola sehingga lebih baik lagi di lapangan. Tentu dibutuhkan persiapan. “Terima kasih kepada IDI, IBI, dan PPNI yang sudah membantu Diskes-KB dalam melayani masyarakat Bontang,” ucap Bahauddin.
Sementara itu, Staf Surveilans, Imunisasi, dan Penanggulangan Wabah Bencana Diskes-KB, Fatimah, SST menyampaikan paparannya terkait Safety Injection. Di mana para peserta (Tim Imunisasi ORI Difteri dan MR) harus paham mengenai penggunaan alat suntik dan teknik penyuntikan yang aman.
Tak hanya itu, Diskes-KB pun menerangkan terkait langkah-langkah penggunaan semprit (alat untuk memasukkan obat ke dalam tubuh, red.) sekali pakai, teknik penyuntikan, teknik injeksi subkutan, prosedur pelarutan vaksin, hingga cara pemberian vaksin yang tepat secara aman.
“Pola penyuntikan yang aman, tidak hanya melindungi petugas kesehatan sebagai tim imunisasi, namun juga melindungi penerima imunisasi dan masyarakat Kota Bontang,” kata Fatimah.
Selanjutnya, Kasi Surveilans, Imunisasi, dan Penanggulangan Wabah Bencana Diskes-KB, Adi Permana merinci terkait Manajemen Persiapan ORI dan MR. Sesuai data yang dipaparkan Diskes-KB, 77 persen kasus Difteri di 2017, dialami kelompok usia 1-18 tahun. Strategi pencegahan dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kota Taman dengan melakukan ORI di daerah KLB difteri.
ORI Difteri sendiri ialah kegiatan yang dilakukan untuk memutus rantai penularan dengan segera, menurunkan jumlah kasus difteri, serta mencegah agar penularan tidak semakin meluas dengan memberikan imunisasi difteri kepada kelompok usia tertentu yakni 1-19 tahun.
Sedangkan imunisasi MR adalah upaya pencegahan penularan penyakit campak dan rubella di masyarakat dengan cara pemberian vaksin MR secara massal pada bayi usia 9 bulan sampai usia kurang dari 15 tahun.
“Jenis vaksin ORI difteri yang diberikan, diantaranya vaksin Pentabio (usia kurang dari 5 tahun), vaksin Difteri Tetanus (DT) untuk usia 5-7 tahun, dan Tetanus Toxoid (TD) usia di atas 7 tahun. ORI dilaksanakan tiga putaran (Maret, Juni, dan Desember mendatang),” papar dia.
Ia menegaskan, ORI dilaksanakan pada seluruh sasaran tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Ori ditargetkan mencapai 90 persen dengan tempat pelaksanaan di sekolah kelurahan, posyandu, dan fasilitas kesehatan lainnya.
“Sasaran ORI sebanyak 62.184 jiwa pada 207 lokasi, yakni di 25 SMA, 35 SMP, 64 SD dan 83 TK yang ada di Bontang. Sementara sasaran MR sebanyak 44.500 anak,” tutup Adi. (Ra/adv)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: