Oleh: Dhedy (Wartawan Radar Kutim)
Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka”. [HR. Ibnu Hibban)
Tiga ciri-ciri orang munafik di dunia ini ialah, apabila berkata maka dia berdusta, jika berjanji dia ingkar dan jika diberi amanat dia khianat. Dikatakan munafik, karena seimbangnya antara hati, lisan, dan perbuatan dalam menuju kebohongan.
Dusta merupakan ketidaksesuaian antara perkataan dan perbuatan dengan realitas. Berdusta akan merusak pengetahuan diri sendiri dan orang lain. Karena berdusta menjadikan yang tidak ada menjadi ada. Yang ada menjadi tidak ada. Yang benar menjadi bathil, yang bathil menjadi benar. Kebaikan jadi kejahatan dan sebaliknya.
Seorang yang berdusta itu telah berpaling dari kebenaran yang ada. Menjadi ketiadaan dan berpengaruh kepada kebathilan. Jika perbuatan itu telah merusaknya dan kebohongan telah mempengaruhinya, maka hatinya menjadi hati yang dusta dari lisannya.
Dusta tidak membawa manfaat sedikitpun. Namun malah menciptakan benih-benih bencana yang tiada henti. Dusta akan melahirkan mudharat. Tidak hanya bagi dirinya, akan tetapi berimbas pula pada kehidupannya dan orang lain. Karenanya, dusta dikatakan pokok kejahatan. Hanya dusta membawa seseorang kepada kejahatan dan kejahatan mengantarkan orang ke neraka.
Karenanya, berhentilah berkata dusta atas nama apapun. Sebab, dusta tidak akan membawa manfaat sedikitpun. Pondasi dusta tidak akan kokoh seperti halnya kejujuran. Dusta hanya berdiri tegak sementara, namun akan runtuh selamanya. Dusta hanya akan menjadi tameng dunia, namun akan membawa bencana akhirat.
Mulailah berkata jujur. Karena jujur merupakan tiang kesempurnaan. Baik jujur setiap perkataan, perbuatan dan keadaan. Jujur dalam perkataan adalah, lurusnya lisan ketika berbicara seperti lurusnya tangkai dengan batangnya. Jujur dalam perbuatan adalah, lurusnya perbuatan di atas perintah ittiba’ seperti lurusnya kepada dan badan.Dan jujur dalam keadaan adalah, lurusnya amalan dan anggota tubuh dalam keikhlasan, selalu berusaha dan mencurahkan segala kemampuan dalam menggapai sesuatu.
Jujur tidak sama dengan dusta. Jujur merupakan manifestasi dari sang maha ada. Sedangkan dusta, adalah cerminan iblis yang diwariskan kepada anak cucu adam yang ingkar terhadap sang maha pencipta.
Kejujuran itu ketentraman dan dusta itu keragu-raguan. Orang yang jujur itu memiliki kedudukan yang tinggi, Dia berada setelah kedudukan para nabi. Diantara tanda keujujuran itu adalah, tenangnya hati, sebaliknya diantara tanda kedustaan adalah kebimbangan hati.
Iman merupakan pondasi kejujuran, dan kemunafikan merupakan pondasi kedustaan. Iman dan dusta tidak akan berkumpul karena salah satu dari keduanya pasti memerangi yang lainnya. Sehingga, tidak ada yang dapat menyelamatkan sorang hamba dari adzab hari kiamat selain kejujuran.
Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Allâh ridha kepada kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.
Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menghantarkan kepada surga. Berhentilah kalian bekata dusta. Semuanya. Tidak hanya dibebankan kepada masyarakat dengan ancaman penjara dunia, tetapi wajib direalisasikan oleh semua anak cucu adam.
Baik aparat maupun pejabat. Karena semuanya, memiliki potensi bahaya lisan dan tidak lepas dari dusta. Terlebih para pejabat dan aparat. Kalianlah para pemimpin dunia ini. Maka akan diminta pertanggungjawaban hati, lisan dan perbuatanmu. Tidak hanya ancaman dunia, akan tetapi akhirat. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: