“Siapa bilang jadi ketua RT itu enak. Dikit-dikit kami disalahi. Kayak begini, ada yang tidak dapat BLT, dikira kami pilih kasih.”
Rudi, tidak bisa menahan kekesalannya. Ketua RT 29, Kelurahan Tanjung Laut, Bontang Selatan, itu dituding tebang pilih ketika mendata siapa yang berhak memperoleh Bantuan Langsung Tunai (BLT) di RT-nya. Baik dari pusat, maupun Pemkot Bontang.
Dia memang berwenang mendata warga calon penerima BLT. Namun pendataan itu tidak sembarang, ada panduannya. Misalnya, dia harus memastikan calon penerima tidak menerima BLT ganda, bukan ASN, dan paling penting, benar-benar terdampak pandemi Covid-19.
“Katanya kalau bukan keluarga RT enggak bisa dapat. Kami memang yang ajukan nama, tapi tidak sembarang karena ada syaratnya itu. Lagian juga akan diverifikasi, dan itu bukan kami punya kewenangan,” ungkapnya kala berbincang dengan bontangpost.id, Jumat (1/4/2020) sore.
Di tempatnya terdapat 25 kepala keluarga (KK) yang menerima BLT dari Pemkot Bontang. Sementara penerima BLT pusat ada 17 KK.
Dikatakan Rusdi, beberapa warga kekeh ingin mendapat BLT, dengan alasan ikut terdampak pandemi ini. Namun yang diabaikan orang-orang itu, pada dasarnya pandemi menghantam seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali. Bedanya, ada yang masih mampu bertahan. Sementara lainnya, babak belur dan nyaris tumbang. “Semua juga terdampak. Cuma kami memastikan yang dapat BLT itu yang paling terdampak,” tegasnya.
Hal yang sama dialami Kusyanto, ketua RT 13 Kelurahan Bontang Kuala, Kecamatan Bontang Utara. Di wilayahnya, ada 40 KK penerima BLT Pemkot Bontang, dan 40 KK penerima BLT pusat. Di luar penerima ini, sempat ada warga yang juga kekeh mendapat BLT. Alasannya sama, karena merasa pantas.
Persoalannya ialah, kepantasan penerima BLT itu ada ketentuannya. Mereka yang miliki gaji bulanan, dan ASN, dipastikan tak memenuhi syarat sebagai penerima BLT. “Ada pedagang kecil, tapi suaminya terima gaji bulanan, ya, enggak bisa terima,” bebernya.
Dia juga menyesalkan bila warga yang tak terima BLT malah curhat di media sosial (medsos). Alih-alih membicarakan langsung kepadanya. “Buat status di FB (Facebook). Masalah enggak selesai, kami malah dibuli di medsos,” sesalnya.
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post