bontangpost.id – Bayang-bayang kebakaran cukup menghantui warga Bontang Kuala. Terang saja, lantaran kawasan tersebut padat penduduk. Permukiman yang dibangun di atas laut, membuat material sebagian besar rumah didominasi kayu. Jadi catatan juga, lantaran armada kebakaran tidak bisa mengakses permukiman tersebut. Wacana untuk mengadakan pemadam kebakaran darurat pun kembali mencuat.
Bayang ketakutan ini sangat dirasakan Kamsiah (51). Warga RT 06 Bontang Kuala. Yang juga merupakan korban dalam dua musibah kebakaran di permukiman tersebut. Sebelumnya, api juga berkobar pada 2015.
“Ini sudah dua kali terbakar rumah. Di bulan yang sama dan lokasi yang tidak terlalu berjauhan dari rumah pertama yang terbakar,” terang Kamsiah..
Senada diungkapkan Robi Chandra Prima (28). Warga RT 01 Bontang Kuala. Lahir dan tumbuh di kawasan padat penduduk tersebut, membuat Roby mafhum benar potensi kebakaran demikian riskan di lingkungan rumahnya. Pun ketika musibah buruk itu terjadi, besar kemungkinan korban bakal ‘berderet-deret’. Selaras jarak rumah warga yang berhimpitan, dan dibangun menggunakan kayu.
“Waktu kecil suka takut ngebayangin rumah terbakar, karena susah dipadamin. Kemungkinan pasti merembet apinya. Dan sulit dipadamin,” ujar pria yang aktif dalam Ikatan Pemuda Bontang Kuala (IPBK) ini.
Sejatinya Roby berharap beberapa titik di kampung atas laut BK dilengkapi dengan fasilitas alat pemadam darurat. Sepeti hidrant, alat pemadam api ringan (apar), dan alkon. Jadi, ketika musibah itu terjadi, warga bisa langsung bergerak. Sembari menunggu tim Dinas Penyelamatan dan Kebakaran (Disdamkartan) tiba ke lokasi.
“Tapi terlebih dahulu warga diberitahu penggunaan alat-alatnya. Juga wajib tahu di mana saja alat disimpan. Jadi kami tidak bingung,” sarannya.
Terkait langkah antisipasi bencana, khususnya kebakaran, Lurah Bontang Kuala Rony Apriansyah menjelaskan, sejatinya sejak musibah 2015 silam perlahan alat pemadam darurat disispkan. Ada di beberapa titik, kendati sebarannya tak merata. “Sudah ada di beberapa RT. Cuma saya kurang tahu persis jumlahnya. Tapi ada,” katanya.
Di Bontang Kuala sendiri terdapat 20 RT. Sebanyak 9 di antaranya di darat. Sisanya, 11 RT ada di atas laut. Inilah yang rawan musibah kebakaran.
Usai kebakaran Selasa (13/10/2020) lalu, Kelurahan Bontang Kuala dan Pemkot kembali menggulirkan rencana lama soal pemenuhan alat pemadam darurat. Apar dan alkon bakal diratakan sebarannya. Kalau memungkinkan di 11 RT itu. Pun menambah alat tambahan lain, yakni floating pump atau alat pemadam di permukiman atas air.
“Harapannya sudah disampaikan. Banyak rencana dari pemangku kebijakan kota. Kalau produta tidak bisa menutupi, dewan siap bantu,” bebernya.
Dikatakan Rony, sejatinya dalam kebakaran Selasa lalu, warga sempat berupaya memadamkan api menggunakan apar. Hanya, lantaran api kadung membesar, apar tidak bisa membantu banyak. Ini kemudian jadi catatan kelurahan, kalau alat pemadam darurat memang harus ditingkatkan.
“Sudah diusulkan, kami mestinya punya juga floating pump yang seperti milik Disdamkartan,” katanya.
Selain memenuhi alat darurat, rencana juga jalan beton dibangun di beberapa jalan utama di BK. Mulai gerbang masuk, hingga anjungan. Panjangnya sekitar 600 meter.
“Membantu sekali kalau jalan dibeton. Mobil pemadam bisa masuk. Cuma anggarannya kan tidak sedikit itu,” ujarnya.
Dari kedua opsi yang ada, pemenuhan alat pemadam darurat akan terealisasi selekasnya. “Kayak floating pump, 2021 setidaknya kami sudah punya,” tandasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post