SEBENARNYA ada rasa sungkan ketika redaksi meminta saya membuat catatan untuk hari jadi ke-2 bontangpost.id. Bukan apa-apa sih. Rasanya ada yang lebih pantas untuk menulis catatan di momen penting ini ketimbang saya.
Sejatinya, momen HUT bontangpost.id tahun ini bertepatan pula dengan 2 tahun perjalanan karir saya sebagai jurnalis. Saya lulus kuliah, bontangpost.id bertransformasi awal Januari 2019.
Dalam catatan ini, saya ingin mengulik sedikit soal beberapa karya jurnalistik kami yang disorot. Yang paling saya ingat ketika salah satu pejabat mencak-mencak di akun medsos pribadinya. Mengatakan kami media yang tidak pintar. Menulis asal-asalan soal angka penderita Covid-19 di Bontang.
Berita itu bukan saya yang tulis. Tapi ada rasa kesal, karena yang dikeluhkan sejatinya semuanya ada di dalam berita. Seandainya mau membaca berita secara utuh dan tidak hanya terpaku di judul, saya yakin dia tidak akan naik pitam. Apalagi, judul yang digunakan juga bukan click bait.
Hal lain juga ketika kami memberitakan hal yang mengundang perhatian. Misalnya, soal pemanfaatan air bekas lubang tambang sebagai air baku. Atau soal bantuan langsung tunai (BLT). Yang, beritanya memang kami ulik terus. Dari penyalurannya. Merek dan harga per item produk di toko (sebagai pembanding harga). Hingga persoalan main-main harga (mark up) sembako BLT.
Kami sering dituduh jadi media pengkritik saja. Loh, memangnya ada yang salah ketika kami mengritik pemerintah? Bukannya itu tugas pers. Menyitir kata PK Ojong, mantan pemimpin Kompas Gramedia Group, tugas media bukan menjilat penguasa, tapi mengkritik yang sedang berkuasa.
Satu hal yang juga harus sama-sama dipahami. Jurnalis tidak berkewajiban menulis berita yang indah-indah saja soal pemerintah. Jurnalis menulis kebenaran dan kenyataan. Kendati itu mungkin tidak enak. Kalau itu nyata, benar, tidak mengada-ada, publik harus tahu. Dan kami, wajib menyampaikannya tanpa melebihkan, atau menguranginya. Begitu kira-kira.
Catatan penting lain. Pandemi ini telah membuat segala terasa begitu berat. Di awal pandemi, banyak kawan sesama jurnalis kena pengurangan gaji. Bahkan tidak sedikit yang jadi korban PHK. Padahal ada keluarga yang perlu diberi nafkah. Namun, keadaan berat ini melanda banyak orang. Dari berbagai profesi. Dari seluruh belahan dunia.
Kami pun yang masih bertahan mesti pintar-pintar memperhatikan aspek keselamatan. Jurnalis, yang saban hari melakukan peliputan di lapangan, sejatinya jadi kelompok rentan terpapar Covid-19. Kami saling mengingatkan, saling menguatkan, di masa berat ini.
Kami, jurnalis, ketika menulis soal Covid-19 bukan mau menakut nakuti. Tentu tidak. Nyawa kami pun jadi taruhan ketika liputan. Semua ini kami lakukan atas nama dedikasi untuk menyuguhkan berita terbaik kepada publik. Kami juga takut. Kami juga punya keluarga dan orang-orang terkasih. Jurnalis juga manusia
Rasa takut, ngeri, dan sedih ketika menulis soal Covid-19 itu nyata di depan mata kami. Kami menyaksikan keluarga korban Covid-19 yang menangis dari jauh menyaksikan orang terkasihnya dimakamkan dengan cara yang tidak lazim itu. Kami jadi saksi ketika petugas medis kelelahan, kepanasan, dan emosinya terkuras ketika angka penderita Covid-19 di Bontang membeludak. Kami jadi saksi, betapa bantuan sosial pemerintah yang rupanya dengan sadis dikorupsi itu nilainya demikian berharga bagi keluarga di pesisir Bontang.
Namun apapun itu, kami tetap menikmati. Menikmati menjadi jurnalis yang juga tidak lepas dari kritik. Menikmati pekerjaan yang tidak semua orang bisa menjalaninya.
Dalam momen hari jadi bontangpost.id ke-2 ini, rasanya tak perlu ada perayaan berlebih. Atas nama redaksi, izinkan saya mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kritik pembaca kepada kami. Sadar bila karya jurnalistik kami belum sempurna. Tapi secara berkala kami melakukan evaluasi. Peningkatan kapasitas pun sebisa mungkin selalu dilakukan. Kami membaca. Kami membedah dan ribut dengan karya jurnalistik kami sendiri.
Terima kasih pembaca. Patuhi anjuran otoritas kesehatan. Terus jaga solidaritas di masa berat ini. (*)
Oleh: Fitri Wahyuningsih (Jurnalis bontangpost.id yang sementara pensiun menyesap kopi)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post