bontangpost.id – Melambungnya harga minyak goreng di pasaran sangat dikeluhkan penjual gorengan di Bontang, Kalimantan Timur. Akibat kenaikan ini, beberapa di antaranya terpaksa harus menaikkan harga jual gorengan.
Seperti yang terlihat di lapak gorengan Sukowati milik Paimin (43) di Jalan MH Thamrin, atau beken dengan gorengan depan rudal. Paimin mengaku, saat harga minyak melambung, sebelum perayaan Hari Raya Natal 2021 lalu, ia mulai menaikkan harga jual gorengan. Mulanya dibanderol Rp 1000 per biji. Sekarang Rp 5000 untuk 4 biji gorengan.
“Terasa sekali. Terpaksa dinaikkan harganya. Mulai sebelum natalan itu,” ujarnya ketika disambangi di sela berjualan, Selasa (11/1/2022) siang.
Paimin mengatakan, menaikkan harga menjadi opsi paling realistis buat diambil guna mengakali kenaikan harga minyak. Bila terus bertahan dengan harga lama, keuntungan jelas berkurang. Apalagi jumlah minyak goreng yang dipakai saban harinya tak boleh kurang. Sebab ini dapat mempengaruhi kualitas gorengan. Dalam sehari, setidaknya lelaki asal Pulau Jawa ini mesti menghabiskan 10 liter minyak.
“Kami bisa habis Rp 200 ribu lebih cuma buat minyak. Belum lagi buat yang lain,” ungkapnya.
Kendati menaikkan harga jual, menurut Paimin harga yang dipatoknya itu masih dijangkau konsumen. Sejauh ini, lanjutnya, belum ada konsumen yang mengeluh terkait harga gorengan.
“Cuma itu saja (naik harga). Yang lain, kayak ukuran gorengan itu tidak saya ubah. Masih sama saja,” tandasnya.
Hal berbeda terjadi di salah satu warung gorengan populer di Bontang, yakni Gorengan Bastino. Sang pemilik, Aa Bastino, mengaku kenaikan minyak goreng tentu sangat dikeluhkan. Sebab minyak goreng salah satu bahan utama produk gorengan itu sendiri.
Meski harga minyak goreng meroket, Aa Bastino mengaku tidak menaikkan harga jual. Pun tak mengurangi ukuran gorengan. Tetap sama seperti sebelum harga minyak goreng di pasaran merangkak naik.
“Masih sama saja. Harganya, ukurannya, tidak berubah,” sebutnya disela-sela melayani konsumen.
Dia mengaku, kenaikan ini membuat pendapatan harian sedikit berkurang sebab harus menalangi harga minyak goreng. Kendati tak menyebut pengurangan pendapatan, tapi Aa Bastino menyebut nilainya tak signifikan. Masih masuk kalkulasi, sebab harga jual gorengan di warungnya sendiri cukup menutupi. Adapun per biji gorengan, mulai pisang, bakwan, tahu isi, tempe goreng, dibanderol rata, Rp 2 ribu per biji.
“Kita enggak naikkan. Sudah segini memang jauh sebelum minyak goreng naik,” ucapnya.
Sementara hasil pantauan bontangpost.id di sejumlah pedagang sekitar Jalan KS Tubun Bontang, harga minyak goreng masih bertahan di angka Rp 39 hingga Rp 42 ribu untuk ukuran dua liter. Perbedaan terletak pada merek minyak goreng.
Salah seorang pedagang, Sagena mengaku tak tahu penyebab dan sampai kapan kenaikan ini berlangsung. Ia sendiri mendapat minyak goreng dari agen, dan untung per bungkusnya pun tak banyak. Hanya Rp 1000-Rp 1500.
“Kita beli di kampas dan agen memang sudah mahal. Tidak tahu juga kenapa mahal ini,” tandasnya. Diketahui saat ini harga minyak goreng per liternya yakni Rp 19-21 ribu. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post