bontangpost.id – Suasana Taman Universitas Mulawarman pada Sabtu (17/8) sore dipenuhi oleh gema musik dan lantunan orasi yang menggugah.
Aksi Kamisan Kaltim, sebuah kelompok kolektif yang selama tujuh tahun konsisten memperjuangkan hak asasi manusia, menggelar panggung rakyat dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan ke-79 Indonesia.
Perayaan ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga sebagai momentum untuk mengingatkan publik tentang pelanggaran HAM yang belum terselesaikan di tanah air.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan kemerdekaan ini diisi dengan rangkaian kegiatan yang sarat makna.
Aksi Kamisan Kaltim yang pertama kali digelar pada 17 Agustus tujuh tahun lalu, menjadikan peringatan kemerdekaan sebagai momen refleksi dan perjuangan.
Wisnu Juliansyah, anggota Aksi Kamisan Kaltim, menjelaskan bahwa panggung rakyat ini selalu menjadi bentuk perayaan kolektif mereka.
“Setiap tahun, kami mencoba membuat panggung rakyat dengan banyak pengisi, ada puisi, orasi, dan penampilan musik dari band lokal. Semuanya adalah bentuk perayaan kami,” ujar Wisnu.
Enam band lokal tampil menghibur para hadirin, diiringi orasi-orasi yang menggugah kesadaran tentang masih belum dituntaskannya kasus pelanggaran HAM di Indonesia.
Tahun ini, lokasi kegiatan yang biasanya dihelat di depan Kantor Gubernur Kaltim, Jalan Gajah Mada, harus dipindahkan ke Taman Universitas Mulawarman karena renovasi di Teras Samarinda.
Namun, perubahan tempat ini tidak mengurangi semangat dan antusiasme para peserta. Massa yang hadir terdiri dari mahasiswa, aktivis, hingga warga yang peduli pada isu-isu HAM.
Aksi Kamisan sendiri bukanlah organisasi formal, melainkan sebuah gerakan kolektif yang fokus pada pelanggaran HAM di Indonesia.
“Kebanyakan yang tergabung itu anak-anak muda, ada yang dulunya pengamen, anak-anak jalanan, hingga anak-anak punk. Semua bisa bergabung, dan acara ini gratis, tanpa tiket masuk atau iuran,” jelas Wisnu.
Di panggung rakyat kali ini, selain penampilan musik, juga ada sesi musikalisasi puisi yang menyentuh hati, serta orasi-orasi yang mengingatkan kembali akan pentingnya menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM yang selama ini masih terkatung-katung.
“Ini adalah panggung yang juga menjadi tempat belajar, tempat kami menyuarakan keadilan,” tambah Wisnu.
Tema yang diangkat pada peringatan kali ini adalah “7 Tahun Melawan Impunitas.” Menurut Wisnu, kritik keras ditujukan pada presiden terpilih, yang diduga terlibat dalam pelanggaran HAM di masa lalu, seperti penculikan aktivis pada 1998.
Melalui panggung rakyat ini, Aksi Kamisan Kaltim berharap agar kasus-kasus tersebut segera tuntas.
“Harapan kami sederhana, pelanggaran HAM di Indonesia bisa diselesaikan. Kalau itu selesai, Aksi Kamisan tidak akan kembali digelar. Kami berharap tidak ada lagi perayaan-perayaan seperti ini beberapa tahun ke depan,” kata Wisnu menutup percakapan.
Di bawah langit Samarinda yang mulai temaram, suara-suara yang menggema dari panggung rakyat bukan hanya tentang perayaan kemerdekaan, tetapi juga tentang perjuangan panjang untuk keadilan.
Taman Universitas Mulawarman menjadi saksi, bahwa dalam kemeriahan kemerdekaan, masih ada luka-luka lama yang menanti untuk disembuhkan. (KP)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post