Oleh Nurul Inayah, SEI
Para pegiat dunia maya tentu merasakan hebohnya pemberitaan sosok Bowo Alpenliebe yang mendadak viral bermodal aplikasi Tik Tok. Aplikasi yang sedang hits ini adalah aplikasi yang memberikan special effects unik dan menarik yang dapat digunakan oleh penggunanya dengan mudah untuk membuat video pendek serta dapat dipamerkan kepada teman atau pengguna lainnya.
Aplikasi sosial video pendek (yang lagi-lagi) dikembangkan oleh Cina ini memiliki dukungan musik yang banyak sehingga penggunanya dapat melakukan performanya dengan tarian, gaya bebas, dll sebagaimana yang dilakukan oleh Bowo, remaja 13 tahun yang bernama asli Prabowo Mondardo dan masih duduk di kelas VIII SMP.
Pemerintah Indonesia secara resmi memblokir aplikasi Tik Tok karena dianggap banyak melakukan pelanggaran. Mulai dari Pornografi, pelecehan agama, dan lainnya. Namun tak sampai 24 jam, aplikasi ini kembali dibuka dengan beberapa syarat.
Generasi Alay Kebablasan
Viralnya sosok Bowo bukanlah fenomena baru. Bowo hanyalah satu dari sekian banyak artis dadakan di dunia maya. Tentu kita tak asing dengan nama Awkarin, Yusi Fadila dan yang baru-baru ini adalah sosok Nuraini yang mendadak ‘ngartis’. Sedihnya, keviralan mereka bukan dalam prestasi atau hal yang bermanfaat bagi umat. Namun terjerumus mengikuti gaya hidup bebas ala Barat yang dijadikan kiblat dalam menjalani kehidupan. Halal dan haram tidak lagi dijadikan sebagai standar berbuat. Yang penting trendi dan bisa meraih eksistensi diri. Mirisnya, kebanyakan remaja yang kebablasan tersebut ialah generasi Muslim.
Yang lebih membuat miris hingga mengiris hati ini adalah menyaksikan tingkah laku para fans Bowo yang begitu fanatik dalam mengidolakan figur Bowo. Di akun-akun para penggemar Bowo itu bertebaran ungkapan-ungkapan yang di luar batas. Seperti: “Kak Bowo ganteng banget. Saya rela ga masuk surga asal perawanku pecah sama Kak Bowo”. “Ambil aja keperawananku untuk kaka aku iklas”, “Bikin agama baru yuk, Kak Bowo Tuhannya, kita semua umatnya. Yang mau jadi Nabinya chat aku ya.” “tiada yang hebat selain tuhan kita Bowohuakbar”, “Tiada tuhan selain Bowo kalian harus tunduk sama Bowo tuhanquee. Yang ga tunduk kalian masuk neraka jahanam ya…” dan lain sebagainya. Bahkan demi jumpa dengan Bowo dalam kesempatan meet and greet yang bertarif 80.000 sampai 100 ribu rupiah, banyak fansnya yang keblinger. Ada yang mengatakan “aku rela jual ginjal ibuku untuk ketemu sama kak Bowo”. Sempat viral juga curhatan seorang ayah yang mengeluhkan kelakuan anaknya yang fans berat Bowo. “Anak saya sudah tergila gila sama bowo. Sampai maling duit saya di laci 500 ribu untuk ketemu Bowo padahal buat bayar kontrakan”.
Inilah fenomena remaja kebablasan yang sangat memprihatinkan. Bukti semakin menjamurnya generasi alay yang abai terhadap identitas dirinya. Bahkan abai terhadap kehidupannya.
Sejatinya Bowo dan para selebgram lainnya adalah korban kemajuan teknologi di era globalisasi, sementara fansnya adalah korban rusaknya sistem yang mengagungkan kebebasan. Inilah buah nyata dari sistem sekuler yang diterapkan saat ini, sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Menjadikan agama hanya sebatas ritual, disepelekan, bahkan dihinakan. Hasilnya, remaja zaman now mengalami krisis identitas. Tidak memahami jati dirinya. Jauh dari agama dan lebih memilih gaya hidup bebas, semaunya dan kebablasan. Ditambah Sistem kapitalis selalu berhasrat meraup keuntungan besar tanpa memperhatikan bagaimana dampak media bagi generasi. Sebenarnya, penerapan sistem sekuler kapitalis inilah yang membidani lahirnya generasi ‘Bowo’ yang alay dan abai. Jika sistem ini terus dipertahankan, tak menutup kemungkinan the next ‘Bowo’ akan terus tumbuh subur bahkan lebih hancur dari yang sudah ada.
Generasi Berkualitas dalam Perspektif Islam
Islam merupakan agama yang tidak saja mengatur kehidupan ritual, tetapi juga seluruh aspek kehidupan umat manusia di dunia. Kesempurnaan Islam terbukti mampu mengubah generasi yang tadinya ummi (buta huruf) dan jahiliyah (bodoh/rusak) menjadi sebuah generasi utama dan pelopor kemajuan kehidupan. Bahkan mampu membangun sebuah peradaban manusia yang khas, yang menyinari hampir seluruh bangsa di dunia dan kejayaannya bertahan lebih dari sepuluh abad.
Sebagai Muslim sudah seharusnya tata nilai agama dijadikan standar dalam memilih dan memilah hal-hal positif dan negatif dari globalisasi, termasuk media. Faktor paling menentukan kualitas generasi Islam adalah keimanannya dan keilmuannya. Pendidikan generasi dalam pandangan Islam tidak hanya ditargetkan untuk mencapai ketinggian teknologi dan ilmu pengetahuan semata. Namun untuk mencetak generasi yang memiliki keimanan yang kokoh, lalu dengan motivasi keimanan tersebutlah teknologi dan pengetahuan dikaji, dikuasai,dan dikembangkan.
Tentu hal itu membutuhkan peran dari berbagai pihak. Terdapat tiga pihak yang bertanggung jawab untuk melahirkan generasi Islami tersebut. Pertama: keluarga, yang menjadi wadah pertama pembentukan generasi Islami melalui ayah dan ibu. Keluargalah yang memiliki andil besar dalam mengenalkan dan menanamkan prinsip-prinsip keimanan, membentuk aqliyah dan nafsiyah yang Islami. Kedua: masyarakat, yang menjadi lingkungan (al-bi‘ah) tempat generasi Islami itu tumbuh dan hidup bersama anggota masyarakat lainnya. Ketiga: Negara, yang bertanggung jawab melahirkan generasi Islami sebagai bagian dari tugas negara untuk menjalankan sistem pendidikan serta sistem-sistem sosial lainnya yang terkait. Tanpa ada negara yang menerapkan dan mengatur, maka lahirnya generasi Islami hanyalah suatu utopia.
Memang dalam negara demokrasi yang sekuler dan liberal ini masih bisa lahir generasi Islami, tetapi itu hanyalah anomali. Kebanyakan generasi muda umat Islam saat ini akan mudah sekali terjerumus menjadi generasi yang alay, amoral dan pembebek. Pemuda Muslim harus bangkit! Kembali ke identitas Islam ideologis, dan mengaruskan perjuangan yang bertujuan untuk membangkitkan kehidupan Islam melalui berbagai gerakan penyadaran yang dikemas secara kreatif, dan di iringi dengan kesadaran Ideologi yang shahih. Wallaahu a’lam.
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: