BONTANG – Anggaran yang siap dalam penanganan corona virus disease (Covid-19) saat ini hanya Rp 39,9 miliar. Sementara Rp 20 miliar lagi merupakan dana pilkada serentak. Anggaran tersebut belum dapat digeser karena masih dalam penggodokan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu).
Ketua KPU Bontang Erwin menerangkan, penundaan jadwal pilkada sampai saat ini belum diketahui. Sebab aturannya belum dikeluarkan oleh KPU pusat. Selain penundaan tersebut, anggaran yang diplot dalam perhelatan demokrasi lima tahunan juga akan digeser dalam penanganan wabah virus asal Wuhan, Tiongkok ini.
“Kami tunggu aturan dan keputusan pemerintah pusat baru berani geser (anggarannya),” katanya.
Sementara dana pilkada yang berada di KPU Bontang saat ini sebanyak Rp 18 miliar. Sedangkan pos anggaran asli sebanyak Rp 20 miliar, tersisa Rp 2 miliar lagi masih di pusat.
Yang harus dipahami, pemilihan kepala daerah ini diatur oleh Undang-undang, otomatis dalam hal ini Perppu harus dikeluarkan oleh Presiden. Kemudian akan ditindaklanjuti KPU RI terkait penundaan pesta demokrasi.
Setelah itu, terkait dana yang digeser akan diarahkan ke Kementerian Keuangan. Sehingga tidak serta merta dialokasikan dalam perbantuan covid-19.
“Bu Wali (Neni Moerniaeni) pasti menunggu Perppu itu juga,” terangnya
Pihaknya pun mendukung pergeseran anggaran sebagai upaya penanganan wabah. Namun, tetap menunggu aturan resmi dari pemerintah pusat.
Diketahui, terdapat tiga opsi penundaan pilkada yakni selama tiga bulan pada 23 September ke 9 Desember 2020. Kemudian, penundaan hingga 17 Maret 2021, serta pengunduran selama setahun dan pemungutan suara hingga 29 September 2021.
Sebelumnya, Pemkot Bontang bakal siapkan duit penanggulangan korona sebesar Rp 39,9 miliar dengan lima program. Duit tersebut terlepas dari dana yang diplotkan dalam Pilkada 2020.
Sementara Rp 5 miliar akan dibagi pada keluarga miskin (Gakin). Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni mengatakan, jumlah total warga kurang mampu di Kota Taman berkisar 8 ribu kepala keluarga (KK). Sementara itu, berkisar 4 ribu warga telah ditanggung oleh pemerintah pusat melalui Program Keluarga Harapan (PKH). Pemkot pun akan memberikan duit bantuan terhadap keluarga miskin dengan jumlah Rp 500 ribu per kepala keluarga.
Penanganan Covid-19
- Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi warga terdampak Covid-19
- Penyiapan sarana medis termasuk pembangunan ruang isolasi RSUD (14 kamar)
- Pengadaan alat medis dan alat pelindung diri (APD)
- Tunjangan bagi tenaga medis dan kesehatan untuk penanganan Covid-19
- Subsidi pembayaran PDAM untuk sambungan rumah tangga
Sumber: Wawancara Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni
DINANTI
Lukman, warga Tanjung Laut Indah mengaku, dana yang bakal diberikan oleh pemkot sangat dinanti. Meski dikata tak besar, duit Rp 500 ribu itu dapat dipergunakan untuk membeli besar dan keperluan pangan lain.
Lukman sendiri saat ini memiliki dua orang anak yang sedang duduk di bangku sekolah dasar. Menjadi nakhoda kapal yang membawa penumpang ke tempat wisata Besar Basah sudah ditekuninya selama 14 tahun.
“Hasilnya ya di cukupin aja,” katanya saat ditemui media ini beberapa hari lalu.
Sebelum menjadi sopir kapal, dirinya sempat berlayar mencari ikan di tengah laut. Banting setir menjadi nakhoda kapal wisata, karena hasil menjadi nelayan dianggap kurang mencukupi.
“Ditambah lebih enak pekerjaan saat ini (sopir kapal wisata),” ucapnya.
Ditanya kenapa tidak mencari pekerjaan sampingan saat ini, dirinya mengaku tidak memiliki dana lebih. Sebab, duitnya saat ini hanya mampu memenuhi kebutuhan hingga akhir bulan ini.
“Lagi pula hanya sementara. Mudahan saja korona ini enggak lama,” ujarnya.
Dia berharap, dana bantuan tersebut dapat dicairkan hingga ketangannya. Bapak berumur 33 tahun ini mengaku kebingungan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya bulan depan.
“Setidaknya Rp 500 ribu itu bisa bantu nafas sedikit lah,” tandasnya.
Terpisah, Sri (66) yang menggantungkan ekonominya pada jualan makanan tradisional di pasar Rawa Indah juga mengaku mengalami penurunan pendapatan akibat wabah yang tengah menyebar.
“Biasa dapat Rp 1 Juta,” ucapnya sambil menata barang.
Dia pun mengeluhkan sepinya pasar. Biasanya buka pukul 05.00 wita, kini harus agak lebih siang. Sementara tutupnya pun lebih cepat dari biasanya.
“Biasanya pukul 12.00 wita. Sekarang pukul 10.00 wita saja sudah sepi,” keluhnya. (*/eza/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: