bontangpost.id – Manejerial BPR Bontang Sejahtera patut dipertanyakan. Alih-alih ikut menyumbangkan dividen bagi kas daerah. Bank pelat merah milik Pemkot Bontang justru merugi di tahun lalu.
Berdasarkan data laporan publikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Desember tahun lalu, kerugian tercatat Rp 324.445.000. Kondisi ini berbeda setahun sebelumnya. Sebab, anak usaha dari Perusda Aneka Usaha dan Jasa (AUJ) ini memiliki laba di 2019 yakni Rp 6.061.000.
Sektor aset mengalami penambahan. Nominalnya di angka Rp 11,2 miliar. Meningkat Rp 1,4 miliar dari 2019 yaitu Rp 9,8 miliar. Pos terbesar didapatkan dari kredit yang diberikan kepada non bank pihak-pihak tidak terkait. Nominalnya ialah Rp 5,9 miliar. Disusul aset lainnya Rp 3,5 miliar.
Sementara besaran modal tidak mengalami perubahan signifikan. Modal dasar tetap Rp 17 miliar. Ditambah modal yang belum disetor ialah Rp 11,1 miliar. Total ekuitas mengalami lonjakan. 2019 tercatat Rp 926.234.000. Pada tahun berikutnya menjadi Rp 1.101.789.000.
Adapun pendapatan tercatat Rp 1,6 miliar. Rinciannya, pendapatan bunga sebesar Rp 1,5 miliar dan pendapatan lainnya Rp 118 juta. Akan tetapi beban operasional tercatat Rp 2,015 miliar. Pembengkakan terbesar di beban administrasi dan umum. Tahun sebelumnya Rp 985 juta menjadi Rp 1,2 miliar di 2020.
Peningkatan juga terjadi di beban bunga kontraktual, biaya transaksi, beban pemasaran, dan beban lainnya. Meski jumlahnya tidak mencolok. Sementara penyusutan hanya di pos beban penyisihan penghapusan aset produktif. Dari Rp 187 juta di 2019 menjadi Rp 128 juta di satu tahun berselang.
Kaltim Post berupaya mengkonfirmasi kondisi neraca keuangan ini ke Direktur BPR Bontang Sejahtera Faisal. Namun, ia enggan memberikan keterangan lebih lanjut.
“Tidak usah saja. Bisa dibaca di neraca (terbitan OJK),” kata Faisal.
Dengan kondisi ini, direksi belum bisa memenuhi target untuk mencapai break even point (BEP) atau titik impas. BEP merupakan keadaan di mana tingkat pendapatan yang diperoleh dan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba berada dalam posisi yang sama. Atau dengan kata lain, titik impas terjadi ketika total pendapatan sama persis dengan total beban operasional. (*/ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post