Porprov Kaltim yang dihelati di Berau setahun silam masih menyisakan cerita bagi kontingen Bontang. Manager, pelatih, dan ofisial kontingen Bontang kecolongan. Kecolongan dalam hal pembagian bonus raihan medali. Akhirnya, beberapa dari mereka menolak menandatangani penerimaan bonus.
Selama ini, fokus mereka lebih kepada bonus untuk atlet. Memperjuangkan agar atlet mendapatkan bonus yang dijanjikan Wali Kota Bontang Basri Rase. Perjuangan itu mendapatkan hasil baik. Atlet memperoleh bonus sesuai dengan janji. Rp 50 juta untuk medali emas, Rp 25 juta bagi peraih perak, dan pemilik medali perunggu Rp 15 juta.
Keikutsertaan Bontang di Porprov Kaltim sejak awal sudah kepayahan. Dana yang disalurkan ke KONI Bontang tak sesuai harapan. Imbasnya, cabang olahraga (cabor) minim anggaran. Seluruh cabor pun mengeluarkan kocek pribadi untuk menambal kekurangan.
Tak heran jika saat pembagian bonus mereka berharap bisa mendapat jumlah yang sesuai dijanjikan. Tapi, memang tidak baik terlalu berharap kepada manusia. Hehehe.
Ketika pemberitahuan pembagian bonus Porprov dilayangkan, mereka terperanjat. Menyumpah — ini kalau saya jadi manajer, pelatih, atau ofisial.
Sistem pembagian bonus tidak seperti edisi 2018. Hanya medali tertinggi yang dihargai. Tidak ada lagi akumulasi.
Sistem ini menguntungkan cabor yang mendapat sedikit medali. Walau hanya mendapat satu emas, sudah mengantongi Rp 30 juta belum potong pajak, tentunya. Sementara cabor yang kaya medali, harus gigit jari. Berapapun medali yang didapat, hanya satu medali yang dihitung. Tak ada kelipatan.
Sementara bonus untuk Porprov 2018, seluruh medali dihitung. Untuk pelatih, contohnya. Satu emas Rp 10 juta, perak Rp 6 juta, dan perunggu Rp 4 juta. Cara yang sama juga bagi manager dan ofisial, namun dengan nilai yang berbeda.
Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Bontang berdalih pemberian bonus disesuaikan keuangan daerah. Masa, sih? APBD bertambah, lho. Apalagi DPRD Bontang sudah komitmen tidak akan mengurangi usulan bonus Porprov, kok tidak dimaksimalkan?
Berjuang untuk daerah adalah suatu kebanggaan. Tapi prestasi juga harus diapresiasi. Jangan diakali.
Di balik prestasi atlet, peran pelatih, manajer, dan ofisial, tak bisa dikesampingkan. Walau itu, mungkin, sudah sering mereka alami. Apresiasi empat tahun sekali jangan lah dikurangi. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: