bontangpost.id – Serangan buaya di Guntung, tak hanya menyasar wanita bernama Fitri. Korban lainnya, Latahang (53) warga RT 02, Tanjung Limau, Kelurahan Gunung Elai, juga berhasil selamat dari gigitan buaya sepanjang 2 meter di perairan Sungai Guntung pada Jumat, (11/8/2023) kemarin.
Kepada redaksi bontangpost.id, Latahang menceritakan, kejadian nahas yang menimpa dirinya itu. Tepat pukul 08.00 pagi kala itu, ia hendak mengangkut rakkang (alat khusus penangkap kepiting) yang terpasang di beberapa titik dekat pohon bakau.
Saat hendak menaikkan rakkang ke dalam kapal, Latahang menyadari ada sesuatu yang menancap di paha bagian kanannya. Seketika itu ia mengarahkan pandangannya ke kaki kanannya dan terkejut saat ia melihat buaya menempel di pahanya. Latahang tak sempat membela diri, sebab buaya tersebut langsung kabur.
“Jadi digigit saja paha kananku. Habis itu lari buayanya. Padahal belum ada kuapa-apain,” ungkapnya kala disambangi di kediamannya.
Sadar kaki Latahang mulai ngilu, ia tidak melanjutkan mengambil rakkang yang tertancap lalu kembali pulang. Setidaknya akibat kejadian itu, Latahang mengalami 20 luka bekas gigitan buaya yang melingkar di paha kanannya.
Sesampainya di rumah Latahang mengadu ke istri, dengan sigap sang istri memberikan pertolongan pertama dengan mengoleskan campuran ramuan tradisional dari kunyit, bawang merah dan minyak goreng. Sadar kucuran darah terus keluar dari luka gigitan, Latahang dilarikan ke RS Amalia untuk mendapat perawatan.
“Kalau orang dulu kan pakai tradisional saja. Karena enggak mempan makanya dibawa ke rumah sakit,” serunya.
Setelah mendapat perawatan di rumah sakit, Latahang diperbolehkan pulang. Sebab hasil medis menyatakan bahwa ia bisa melakukan perawatan di rumah. Lantaran luka gigitan tidak terlalu parah.
Usut punya usut, Latahang menyadari alasan buaya sepanjang 2 meter itu menggigit paha kanannya akibat buaya tersebut tertindis kapal ketinting miliknya. Kondisi sungai saat itu tengah surut. Jadi, ia tidak menyadari bahwa ada buaya di bawah kapalnya.
“Salah juga saya. Karena enggak liat ada buaya di situ. Ketindis kapal pula. Wajar aja kalau dia marah. Makanya saya enggak melawan pas buaya gigit paha saya,” sambungnya.
Diketahui keseharian Latahang sebagai nelayan kepiting. Pekerjaan itu ia lakoni sudah 7 tahun. Tepatnya saat bermigrasi dari Samarinda ke Bontang.
Dari beberapa wilayah perairan yang ia kunjungi, seperti Teluk Lombok di Kutai Timur, Nyerakat Kiri di Kelurahan Bontang Lestari, Guntung merupakan daerah yang paling banyak kepiting bakaunya. Sehingga, ia kerap memasang rakkang di perairan Guntung.
Latahang mengaku, hari itu seperti hari sial baginya. Saat memasang atau mengambil rakkang ia biasanya berangkat ramai-ramai bersama nelayan lainnya. Namun, saat itu ia sendirian.
“Mungkin lagi apes aja. Biasa barengan kita pergi ambil rakkang. Pas kena gigitan buaya itu kok pas saya sendiri juga itu loh,” kata nya sambil senyum tipis.
Disinggung soal keberadaan buaya Riska saat ia memasang rakkang di perairan Guntung, Latahang tidak menampik bahwasanya buaya Riska kerap muncul. Namun, tidak mengganggu. Selain buaya Riska, beberapa buaya lain pun kerap muncul.
“Buaya Riska itu kalau mendekat kita kasih makan juga, tapi enggak ganggu dia. Habis itu pergi. Kalau sekarang memang jarang sudah ketemu buaya Riska. Enggak tau ke mana,” tutupnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post