BONTANG – Pemkot Bontang menghadiri Seminar Nasional garapan mahasiswa LNG Academy, Sabtu (30/4) lalu di Multi Purpose Building (MPB). Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni bersama Director & COO Badak LNG Yhenda Permana pun didaulat menjadi nara sumber pada kegiatan bertemakan “Menyambut Era Baru Bontang.”
Hadir pula Sekretaris Daerah Kota Bontang, Asisten I, Asisten II, Asisten III, Jajaran Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), perwakilan camat dan lurah se-Bontang, hingga Jajaran Manajemen PT Badak NGL serta tamu undangan lainnya.
Pada kesempatan itu, Yhenda Permana mendapat kesempatan pertama untuk menyampaikan materi mengenai Current & Future of Badak LNG. Terdapat empat bagian utama, diantaranya Safety, Health, Environment, dan Quality (SHEQ) Moment, Kondisi Badak Saat Ini, Tantangan Badak LNG ke Depan, serta Peluang di Masa Mendatang.
Ia menerangkan, bahwa sudah menjadi budaya bagi Badak LNG untuk menampilkan pesan-pesan terkait aspek SHEQ di awal materi. Diantaranya, pada November 2016 lalu, pencapaian pengapalan Badak LNG telah mencapai nilai ke-9.000 yang merupakan salah satu sejarah penting selama 4 dekade. Hal itu menjadi wujud dari kerja keras dan komitmen perusahaan dan pekerja dalam usaha menjadi perusahaan kelas dunia.
Lanjutnya, bagaimana kondisi Badak LNG saat ini? Hingga kini Badak LNG telah mendedikasikan dirinya selama empat dekade dalam mengoperasikan 8 LNG Process Train dan memproduksi energi bersih yang dinikmati oleh berbagai konsumen di dunia. Kilang LNG mengolah gas yang diterima dari tiga produser gas utama, kemudian mengirimkan produknya ke Jepang, Korea, Taiwan, Negara lainnya serta ke beberapa perusahan dalam negeri.
Melihat tantangan Badak LNG ke depan, tentunya Badak LNG akan terus melakukan inovasi baru agar terus berkembang hingga memunculkan produk guna menunjang skema bisnis baru yang bersifat profit dengan memanfaatkan pengalaman dan fasilitas yang dimiliki. Sehingga dapat bertahan dan tidak hanya bergantung pada ketersediaan pasokan gas.
“Selama pasokan gas masih ada, PT Badak NGL masih akan terus beroperasi. Dengan dinamika kondisi masa yang akan datang, Badak LNG perlu bersiap diri untuk berubah, agar bisa bertahan dan berkembang. Bahkan, wilayah Kalimantan Timur (Kaltim) memberikan kontribusi yang besar bagi negara,” terangnya.
Tambahnya, melihat peluang di masa mendatang, bisnis ini masih menjanjikan dengan bertahannya harga minyak dan gas dalam posisi ekonomis. Jika harga minyak membaik maka harga LNG akan semakin kompetitif dibanding minyak. Selain itu, mengoptimalkan aset (utilizing idle aset), menyiapkan SDM berkualitas yang didukung dengan peningkatan kualitas institusi pendidikan di Kota Bontang. Mensinergikan kebutuhan industri dengan peningkatan kualitas pedidikannya.
“Contohnya, bagaimana LNG Academy sebagai salah satu sekolah industri yang menghasilkan peserta didik potensial baik dari segi kemampuan teknis maupun soft skill. Dengan konsep mengkombinasikan antara sisi akademis dan pendekatan kebutuhan industri. Selain itu langkah Menyambut Era Baru Bontang dengan memaksimalkan potensi perikanan, wisata, perkebunan, dan bidang lainnya sehingga Kota Bontang dapat lebih maju,” papar Yhenda.
Sementara itu, Neni Moerniaeni pun Menyambut Era Baru Bontang dengan optimis meski di tengah kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bontang yang sedang anjlok. Ia memaparkan visi dan misi Kota Bontang guna menyongsong pasca Migas mendatang.
“Ketika saya bertandang ke Komisi VII DPR RI untuk Kedaulatan Energi, nantinya semua operator yang berkecimpung dibidang sumber daya alam (SDA), ketika kontrak habis dan diambil alih oleh Pertamina, demikian dengan PT Badak NGL. Nggak usah pusing, langsung saja recruit menjadi pegawai Pertamina. Saya tidak mau menciptakan masalah,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, Menyambut Era Baru sesuai dengan visinya Pemkot menguatkan Kota Bontang sebagai Kota Maritim, berkebudayaan industri yang bertumpu pada kualitas sumber daya manusia dan lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakat. Pun dengan misinya, menjadikan Kota Bontang sebagai smart city, green city, dan creative city. Melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan kualitas lingkungan hidup, serta menjadi mengembangkan kegiatan perekonomian berbasis sektor maritim.
70 persen wilayah Bontang adalah perairan, 30 persennya adalah daratan. Meski APBD Bontang saat ini kecil, melalui dukungan masyarakat, pembangunan yang sempat tertunda akan kembali digarap. Kenapa harus berkebudayaan industri? Karena Bontang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai kota berbasis Migas dan Kondesat. “Ayo kita dukung pembangunan kilang. Jika kilang terbangun, tentunya Bontang akan menjadi kota berkembang,” ajak Neni.
Seminar pun ditutup dengan sesi tanya jawab dari audience terkait kualitas dan kemajuan pendidikan di Bontang karena keberadaan industri yang dapat mendorong peningkatan kualitas pendidikan. (ra)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: