bontangpost.id – Pengamat politik Universitas Mulawarman Lutfi Wahyudi mengatakan ada dua faktor dari hasil kemenangan sementara paslon Basri-Najirah. Mengacu pada hasil hitung cepat di Pilwali Bontang.
Penyebab pertama ialah masyarakat rindu terhadap kepemimpinan trah Adi Darma. Dengan Pilwali 2020 ada sebuah jembatan harapan baru. Sehingga masyarakat akhirnya kebanyakan menjatuhkan pilihan kepada paslon nomor urut satu tersebut. “Kenangan itu biasanya muncul ketika masa telah berlalu,” kata Lutfi.
Pun demikian dengan yang terjadi pada Pilwali 2014 silam. Ketika itu warga Kota Taman merindukan kepemimpinan trah Sofyan Hasdam. Saat pemerintahan dipegang oleh Adi Darma-Isro Umarghani. Dibuktikan kala itu pesta demokrasi dimenangkan oleh Neni-Basri melalui jalur independen.
“Sebagian merindukan kepemimpinan Sofyan dengan cara memilih Neni,” ucapnya.
Di tengah perjalanan, Adi Darma wafat setelah mendapat perawatan medis beberapa hari. Akibat terpapar Covid-19. Lantas, tim mengganti pasangan calon dengan menunjuk Najirah, istri Adi Darma, sebagai penggantinya.
“Ada energi simpati yang tertumpah kepada sosok pengganti. Itulah yang dibaca Basri ketika melawan Neni,” sebutnya.
Lutfi menyebut Basri tidak bermaksud melakukan ‘eksploitasi’ dengan kejadian duka yang menimpa almarhum. Tetapi penunjukkan itu mengubah menjadi energi positif yang lebih besar.
Itulah menyebabkan siklus dua periode kepemimpinan di Bontang terbilang sulit terealisasi. Diketahui Sofyan menjabat selama dua periode mulai 2001 hingga 2011. Pada pemilihan pertama skemanya masih dipilih melalui DPRD. Baru di periode kedua pemilihan dilakukan langsung oleh rakyat.
Disinggung mengenai apakah kesulitan dua periode karena masyarakat ingin sesuatu baru di tiap periode, ia menjawab bisa saja itu terjadi. Tetapi secara garis besar masyarakat Bontang sudah bisa menilai dan mengevaluasi kepala daerah selama satu periode menjabat.
Meskipun demikian, Lutfi menjelaskan beragam keberhasilan diraih kala Neni menjabat. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya penghargaan yang diapatkan Kota Bontang. “Itu tidak bisa ditampik. Dari sisi kebijakan Neni bagus,” jelasnya.
Di samping itu, Lutfi juga menilai ada faktor percaya diri yang berlebihan. “Sehingga lupa ada faktor lain saat kemenangan pada Pilwali 2014 lalu,” urainya.
Ditambah isu dinasti politik cukup menggerus elektabilitas Neni. Isu ini muncul ke permukaan sejak sebelum pemilihan. Neni yang saat itu menjabat sebagai wali kota, sementara anaknya Andi Faizal Sofyan Hasdam duduk sebagai ketua DPRD. Kendati dia dipilih langsung oleh rakyat. “Ini yang menjadi energi negatif sehingga hasilnya seperti ini,” pungkasnya. (*/ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post