MAKANAN instan diciptakan dan diproduksi untuk memberikan kemudahan bagi hidup Anda; tak perlu repot memasak, porsinya pun sudah disesuaikan, dan tentunya siap disantap! Ada beberapa bentuk makanan instan yang sering ditemui, yaitu makanan yang sudah dikeringkan dan tinggal ditambahkan air panas, makanan kalengan, dan makanan beku.
Kerap disantap karena praktis, padahal makanan instan dikatakan bisa menjadi pemicu awal terjadinya strok. Risikonya makin meningkat bila Anda punya kebiasaan merokok, minum alkohol, dan malas berolahraga.
Di Indonesia, salah satu bentuk makanan instan yang sangat populer adalah mi instan. Diperkirakan, konsumsi mi instan di Indonesia mencapai urutan terbanyak kedua di dunia, berdasarkan data World Instant Noodles Association 2011.
Murah, mudah disiapkan, lezat, dan mengenyangkan mungkin adalah beberapa faktor yang membuat makanan instan sangat populer di Indonesia.
Sebelum konsumsi makanan instan, ketahui poin-poin penting ini
Di balik kepopuleran makanan instan, ada beberapa poin penting harus Anda perhatikan sebelum memutuskan untuk mengonsumsinya.
Pertama, sering kali makanan instan tidak mengandung nilai gizi yang seimbang. Pada mi instan misalnya, diketahui bahwa produk ini tinggi karbohidrat dan lemak, tapi rendah protein, serat, dan vitamin. Padahal, pola makan yang sangat dianjurkan adalah konsumsi makanan yang bergizi seimbang.
Selanjutnya, sering kali makanan instan tinggi akan kandungan beberapa zat tertentu, terutama tambahan untuk penambah rasa. Garam, misalnya. Pembatasan konsumsi garam merupakan hal sederhana yang sering disarankan untuk mengontrol tekanan darah.
Umumnya, makanan instan juga mengandung MSG (monosodium glutamate) yang masih menjadi kontroversi seputar efeknya terhadap kesehatan. Di Amerika Serikat (AS) misalnya, konsumsi MSG dinyatakan aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA). Namun, produk yang mengandung MSG wajib mencantumkannya pada label produknya.
Berbagai bahan lain yang mungkin terkandung pada makanan instan berpotensi merugikan kesehatan. Misalnya saja tertiary butylhydroquinone (TBHQ) yang berfungsi sebagai pengawet dan berpotensi menimbulkan keluhan mual dan muntah, telinga berdengung (tinitus), memperburuk gejala ADHD, dan kanker.
Selanjutnya, kemasan makanan instan dari bahan styrofoam mungkin mengandung bisphenol A (BPA), yang berpotensi menyebabkan gangguan hormonal pada tubuh, terutama estrogen.
Kemasan makanan instan juga mungkin mengandung polystyrene, yang berpotensi beracun dan menimbulkan efek kesehatan.
Satu hal menarik, kebiasaan konsumsi makanan instan ternyata juga berpengaruh terhadap pola makan secara umum.
Sebuah studi terhadap populasi orang dewasa di Korea menemukan bahwa mereka yang terbiasa mengonsumsi makanan instan akan memiliki pola makan tinggi energi, lemak, garam (natrium), vitamin B1, dan B2. Selanjutnya, pola makan mereka cenderung rendah protein, kalsium, fosfor, zat besi, kalium, vitamin A, B3, dan C.(RN/ RH)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: