bontangpost.id – Sejauh ini data masuk akibat paparan flu burung yakni 230 ekor unggas. Jumlah ini terbanyak dibandingkan kasus-kasus yang ada di Kaltim pada tahun ini. Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim drh Dyah Anggraini mengatakan kasus sebelumnya terjadi di Kutai Kartenegara. Tepatnya di Tenggarong Seberang.
“Di sana terdapat 80 kasus kematian unggas akibat avian influenza pada bulan lalu,” kata drh Dyah.
Namun, untuk di Kukar penyebaran kasus sudah berhasil tertangani. Karena dilakukan depopulasi ayam petelur di UPTD Puskeswan. Ia meminta pastisipasi masyarakat Bontang dalam menekan penyebaran virus tersebut. Meskipun upaya disinfeksi sudah dilakukan petugas. Berdasarkan laporan permintaan yang masuk.
“Kalau mengandalkan petugas tentu ada keterbatasan sumber daya manusia. Jadi harus melakukan disinfeksi mandiri. Sehubungan pengendalian virus itu,” ucapnya.
Kasus flu burung ini ditemukan pertama di Kaltim pada 2005 silam. Meski dilakukan pengendalian tetapi penyebaran tetap ada. Apalagi memasuki musim pancaroba. Dibutuhkan kepedulian peternak untuk bisa melakukan peningkatan daya pengamanan mandiri.
“Jangan sampai ada unggas yang dibiarkan. Harus dikandangkan. Karena kalau dibiarkan potensi penularan cukup tinggi. Kasihan peternak yang telah melakukan pengandangan,” tutur dia.
Konsentrasi tertinggi penularan melalui kotoran. Apalagi ketika peternak menginjak kotoran yang ada virusnya. Sehingga perlu rutin untuk membersihkan kotoran.
Ia pun meminta kepada peternak yang tiba-tiba unggasnya mati untuk segera melapor ke petugas. Sehingga mendapatkan pelayanan rapid tes. Tujuannya untuk mengetahui unggas itu mati lantaran terpapar flu burung atau penyakit lainnya. Jangan sampai memegang unggas yang sakit dengan tangan kosong. Usahakan memakai masker dan sarung tangan.
Terhadap unggas mati itu sebaiknya tidak dibuang begitu saja. Melainkan harus dibakar atau dikubur. Penguburan pun minimal kedalaman setengah meter. Supaya virusnya tidak menular terhadap unggas lain.
“Karena kalau tidak dalam unggas lain bisa menggali dan penyebaran virus masih bisa,” sebutnya.
Disebutkan dia, gejala flu burung ialah mati mendadak. Akibat adanya sumbatan lender di saluran pencernaan dan pernapasan. Bagian yang tidak berbulu ada bintik merahnya. Terdapat semacam kerokan di kaki.
“Kalau sudah tau titik-titik kasus maka pengendalian dapat dilakukan secara cepat,” pungkasnya. (*/ak/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post