ADA banyak kejanggalan dalam hoax berikut ini. Namun, karena para pengguna media sosial kurang jeli, pesan abal-abal produk lawas itu kembali bertebaran melalui grup-grup percakapan.
“Vaksin kanker/Cancer Serviks yg ditujukan kepada anak2 SD ini akan menyebabkan MENOPAUSE DINI2.” Begitu penggalan pesan hoax yang tersebar akhir-akhir ini. Seperti biasa, penulisnya menggunakan beberapa huruf kapital secara lebay.
Pembuat pesan menganggap kebijakan itu hanya ditujukan untuk menekan populasi di Indonesia. Program tersebut merupakan agenda tersembunyi Tiongkok untuk Indonesia. “Ini ancaman serius dari Pemprov DKI di bawah Ahok,” tulis pesan tersebut.
Dari penggalan pesan terakhir itu, sudah kelihatan bahwa pesan tersebut abal-abal. Bukankah Ahok sudah tidak menjadi gubernur DKI Jakarta? Anehnya, hingga kemarin masih ada yang membagikan pesan itu. Bahkan hingga ke luar Jakarta.
Menurut pembuat pesan, vaksin untuk kanker serviks tidak lagi dilakukan di Amerika dan Inggris Raya. Juga tidak laku karena harganya mahal. “Wow…di DKI digratisin lho! Dikasih sama Pemprov dan uangnya dari rakyat kan? Gagal faham: kok anak2 SD yg dituju?” Begitu kalimat lain dalam pesan yang sama.
Di akhir kalimat, si pembuat pesan mengatakan, “APAPUN PENJELASAN MEREKA Vaksin Servik TETAP SEBUAH KEBOHONGAN BESAR. Raih Pahala Bantu Sebarkan!”
Spesialis obstetri dan ginekologi dr Hanny Aditanzil SpOG menyatakan bingung atas isi pesan tersebut. Menurut dia, vaksin itu malah sebuah pencegahan yang pemberian terbaiknya adalah pada usia belum terpapar. “Rekomendasinya usia 10 tahun sampai 55 tahun,” ujarnya.
Usia-usia yang belum terpapar virus, jika mendapat vaksin, akan menghasilkan kekebalan 20 kali lebih kuat daripada infeksi alamiah. “Infeksi itu, misalnya, lewat hubungan seksual,” jelas alumnus Fakultas Kesehatan Universitas Airlangga dan Udayana itu.
Vaksin serviks, menurut Hanny, berisi partikel yang mirip dengan human papillomavirus (HPV). Dengan dimasukannya vaksin, tubuh diharapkan mengenalinya sebagai HPV, lalu menghasilkan sistem kekebalan tubuh. “Yang saya bingung ini menjawab soal menopause dini. Dari mana ya idenya?” ujar Hanny.
Menurut dia, tidak ada hubungan antara vaksin dan menopause. Efek samping pemberian vaksin HPV bersifat lokal. Misalnya, bengkak, kemerahan, dan nyeri di tempat penyuntikan (lengan atas).
Setelah vaksin disuntikkan, tubuh akan mengenalinya sebagai virus, lalu menciptakan antibodi. Kekebalan itulah yang akan beredar dalam tubuh sampai ke serviks dan vagina. “Dengan begitu, ketika ada virus HPV masuk, tubuh akan menetralisir virus tersebut,” jelasnya.
Menurut Hanny, sampai saat ini juga belum ada penelitian yang menyebutkan vaksin HPV mengakibatkan menopause dini. Menopause dini biasanya terjadi sebelum usia 40 tahun. Itu kebanyakan terjadi akibat kemoterapi dan pengangkatan indung telur.
Kementerian Kesehatan juga pernah memberikan keterangan bahwa tidak ada bukti hubungan menopause dini dengan penggunaan vaksin HPV. Sejak pertama mendapat izin edar pada 2006, sudah lebih dari 200 juta dosis vaksin HPV telah dipakai di seluruh dunia. WHO merekomendasikan vaksin HPV masuk program imunisasi nasional. (lyn/c5/fat)
Fakta
Tidak ada hubungan antara vaksin kanker serviks dan menopause dini. Juga, belum ada penelitian yang membuktikannya.
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: