bontangpost.id – Selasa (24/11) penyidik senior KPK Novel Baswedan seharusnya beristirahat di rumah. Setelah menjalani cek kesehatan mata di Jakarta Eye Center (JEC) Menteng, Jakarta Pusat, fungsi penglihatan Novel disebut pihak medis menurun. Namun, Novel urung pulang ke rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Sebab, setelah dari pemeriksaan di JEC tersebut, salah seorang anggota tim penindakan KPK memberi kabar penting: ”target” sudah terkunci. Itu berarti semua anggota tim harus bersiap dengan pos dan tugas masing-masing. Tidak terkecuali Novel.
Novel merupakan ketua satuan tugas (satgas) penyidikan yang ikut dalam operasi tangkap tangan (OTT) Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo pada Selasa (24/11) dan Rabu (25/11). Selain satgas Novel, ada dua satgas penyidikan lain yang terlibat. Masing-masing diketuai Ambarita Damanik dan Riska Anung Nata.
Berdasar penelusuran Jawa Pos, tiga penyidik senior itu beberapa kali bekerja sama mengusut sejumlah kasus. Di antaranya kasus korupsi KTP elektronik (e-KTP). Kemudian kasus dugaan suap dan gratifikasi yang menjerat eks Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nurhadi Abdurrahman bersama menantunya, Rezky Herbiyono. Kasus Nurhadi kini masuk tahap persidangan.
Nah, di kasus Edhy Prabowo, Novel, Damanik, dan Anung kembali berkolaborasi. Sebagai ketua satgas, mereka berbagi tugas memastikan operasi senyap yang dilakukan berjalan sesuai rencana. ”Yang terlibat (selain Novel, Damanik, dan Anung, Red) dalam OTT ada juga penyelidik, jaksa. Ini kerja bersama, kerja tim,” ungkap sumber di internal KPK yang enggan disebut namanya.
Selasa siang tim menyebar ke sejumlah titik di Jakarta, Depok, dan Bekasi. Mereka memantau pergerakan target yang telah terkunci. Sebagian tim juga bergerak ke Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang. Rombongan Menteri Edhy bersama istrinya, Iis Rosita Dewi, dijadwalkan landing di bandara tersebut pukul 23.18. Mereka baru saja selesai kunjungan dari Amerika Serikat. ”Siang itu (Selasa, Red) dapat kabar firm tentang (dugaan suap) Pak Menteri,” kata sumber tersebut.
Selain memantau pergerakan, sebelumnya tim mengumpulkan informasi dari ”orang dalam” menteri. Puncaknya, pada 21–23 November, ditemukan adanya indikasi kuat tindak pidana korupsi (tipikor) yang diduga dilakukan Edhy dan jajarannya.
Menurut sumber itu, dugaan korupsi yang dilakukan Edhy dan orang-orangnya selama ini cukup rapi. Salah satu indikatornya, tidak ada penyerahan uang tunai. ”Kalau menteri butuh (uang tunai), (stafnya) baru ambil (uang) tunai,” ungkap dia.
Sebagaimana diketahui, dalam perkara ini diketahui uang yang digunakan Edhy dan istrinya dikelola staf/ajudan masing-masing. Staf Edhy bernama Safri, sedangkan staf Iis bernama Ainul Faqih. Uang-uang yang masuk ke rekening dua ajudan itu di antaranya berasal dari pengurus PT Aero Citra Kargo Ahmad Bahtiar. Bahtiar diduga nominee dari pihak Edhy dan Yudi Surya Atmaja.
Kerja tim penyelidikan memantau pergerakan Edhy dan orang-orangnya membuahkan hasil pada 21–23 November. Itu setelah Ainul ter-capture melakukan transaksi keuangan dengan jumlah cukup besar. Sekitar Rp 750 juta. Setelah ditelisik, uang itu ternyata digunakan untuk belanja berbagai barang mewah oleh Edhy dan istrinya di Honolulu. ”Setelah memastikan ada barang bukti yang melekat di Pak Menteri, tim menyimpulkan itu (ada dugaan suap, Red) firm (kuat),” terangnya.
Tim yang menunggu di bandara lantas membawa Edhy dan istrinya serta sejumlah pihak ke gedung KPK. Sementara itu, Novel harus pulang ke rumah lantaran penurunan fungsi matanya makin parah. Dia nyaris tidak bisa melihat.
Dikonfirmasi tentang hal itu, Novel menyatakan memang sempat ke JEC Menteng sebelum OTT Edhy dilakukan. Dia mengaku pulang pukul 2 Rabu dini hari dari KPK. Pada hari yang sama, Novel kembali ke KPK untuk gelar perkara bersama pimpinan KPK serta deputi penindakan, direktur penyidikan, direktur penyelidikan, dan direktur penuntutan. ”Jam setengah 1 (Kamis dini hari, Red) saya pulang. Anak-anak yang lain masih di KPK, mereka sampai pagi,” ujarnya.
Terkait teknis penyidikan, Novel tidak banyak berkomentar. Dia hanya mengatakan bahwa OTT yang dilakukan merupakan kerja tim. Dia juga memastikan bahwa penanganan perkara tersebut sejauh ini terbilang lancar. ”Sejauh ini lancar semua, tidak ada masalah,” imbuh mantan Kasatreskrim Polres Bengkulu itu yang mengaku tengah beristirahat di rumah kemarin. (jpc/prokal)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: