bontangpost.id – Hujan semalam menyisakan genangan. Di depannya, terdapat tirai putih menghiasi salah satu area Stadion Bessai Berinta Bontang. Di tenda-tenda kokoh itu menyajikan karya menawan dari tangan para partisipan. Dari sana muncul harapan yang lebih besar. Agar karya itu bukan hanya untuk penciptanya, tapi mampu memberi manfaat bagi khalayak luas.
Danang Supriyadi menjadi salah satu peserta yang berkesempatan mengisi salah satu stan di sana. Berangkat dari keinginannya menggunakan air tanpa campuran bahan kimia, ia mencoba membuat alat yang mampu mengurangi kadar zat besi. Apalagi melihat keadaan masyarakat yang banyak memakai air sumur bor dan masih harus mengendapkannya menggunakan tawas, kaporit, gamping, atau bahan kimia lain, agar bisa digunakan. Pun durasinya tidak sebentar, karena untuk mengendapkan air dengan sempurna dapat memakan waktu hingga berjam-jam.
Keinginan yang begitu besar membuat hatinya tergerak. Lelaki yang akrab disapa Supri itu menjajaki berbagai cara. Berbekal pengetahuan yang dimilikinya, ia mencoba menggunakan media yang dapat dijadikan filter air. Hingga akhirnya, pilihan itu jatuh pada pasir media tanam bonsai.
Keputusan itu ia ambil setelah mencoba menggunakan beberapa media lain seperti karbon, pasir sillica, dan jenis pasir lainnya. Namun penggunaan karbon maupun sillica pasir menurutnya terlalu mahal. Terutama untuk skala rumah tangga. Sehingga pasir media tanam bonsai menjadi pilihan yang paling memungkinkan. Selain mudah ditemukan, produk yang dihasilkan pun bernilai ekonomis dengan perawatan yang lebih mudah.
Pria asal Samarinda itu berhasil melakukan percobaan selama tiga hari tiga malam. Selanjutnta, ia menguji kadar keasaman (pH) air dan penurunan kadar zat besi pada sampel air sebelum dan sesudah menggunakan produk yang ia ciptakan. Pun hasilnya menggembirakan. Karena minyak dan warna kekuningan pada air bisa diendapkan dalam waktu singkat. Bau khas zat besi itu juga ikut menghilang.
“Sudah diuji di laboratorium lingkungan. Hasilnya ada penurunan kadar zat besi dari 0,106 menjadi 0,074 miligram per liter. Kadar pH-nya juga bagus,” tegasnya.
Dengan penuh semangat, Supri menjelaskan dua sistem filtrasi yang diaplikasikan pada produknya. Pertama dengan bantuan oksigen, filter mengurai atau memecahkan kandungan zat besi. Oksigen itu masuk melalui lubang kecil. Letaknya sebelum filter pertama dengan instalasi yang ia desain sedemikian rupa. Selanjutnya air tersebut akan melalui filter kedua yang berada di dalam drum, yakni tahap pemisahan air dengan zat besi yang berupa endapan.
Ia melengkapi produk tersebut dengan pompa pengisap dan beberapa valve guna membuka tutup saluran. Ada pula saluran berupa pipa yang berguna untuk membuang endapan zat besi dari drum. Ia tak henti berinovasi, agar produk buatannya dapat digunakan dengan mudah oleh segala kalangan.
Berkat kegigihan dan kerja kerasnya, Supri berhasil keluar sebagai juara pertama dari Kota Samarinda. Ia menorehkan prestasi dalam perlombaan Teknologi Tepat Guna (TTG) yang mengantarkannya melaju mewakili Samarinda ke tingkat provinsi.
Rupanya, produk buatannya memiliki banyak peminat. Produk itu telah dikomersilkan ke berbagai wilayah di Indonesia.
“Kebanyakan peminatnya warga lokal Samarinda. Tapi saya juga pernah mengirim ke Medan dan Papua. Saya ke Bontang pun masih meninggalkan lima pesanan,” katanya dengan antusias.
Peruntukkan produk rata-rata digunakan pada kebutuhan rumah tangga, kos-kosan, masjid, hingga tempat wisata. Kapasitasnya pun dapat mengikuti permintaan, sehingga harga produk yang ia tawarkan juga menyesuaikan.
“Harganya berkisar Rp 2 jutaan untuk ukuran 50 liter. Yang sedang saya kerjakan sekarang, pesanan untuk kapasitas 200 liter. Semuanya sudah lengkap, tinggal pakai,” imbuhnya.
Selain kapasitas, Supri juga selalu mempertimbangkan keadaan air yang berbeda. Karena instalasi yang dirancang pun akan berbeda. Hal itu membuat filter ini menjadi salah satu produk yang menjanjikan. Meski begitu, Supri masih merasakan gundah. Sebab produk tersebut belum dipatenkan.
“Saya kira, butuh biaya yang enggak sedikit untuk mematenkan ini. Jadi untuk sekarang, saya belum mengurusnya,” tandasnya.
Dari karyanya, Supri telah melepas kekhawatiran dirinya sendiri. Inovasinya memberi jawaban konkrit atas masalah yang selama ini mengusiknya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: