Oleh: Habib AlMa’ruf Muhammad (Mubaligh Muhammadiyah)
Secara bahasa, tauhid adalah mashdar dari fi’il: wahhada-yuwahhidu artinya menjadikan sesuatu itu satu. Ini tidak berwujud kecuali dengan melakukan penafian dan penetapan. Yaitu menafikan hukum dari yang ditauhidkan dan menetapkan hukum tersebut untuknya. Misalnya kita mengatakan: ”Tidak sempurna tauhid seseorang, sehingga ia bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah”. Artinya ia menafikan uluhiyah dari selain Allah dan menetapkan uluhiyah tersebut untuk-Nya semata. Lihat Kitab Syarah Tsalaatsatul Ushul .
Adapun secara istilah syar’I makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya. Lihat Syarh Tsalaatsatil Ushul 39, ust.Yulian Purnama.
Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang sholih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seseorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja. Ust Yulian Purnama.
Makanya mentauhidkan Allah, itulah tujuan manusia diciptakan oleh Allah Ta’ala. Sebagaimana yang diterangkan oleh para ulama tafsir ketika menjelaskan firman Allah: ”Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. Adz-Dzariyat : 56.
Maksudnya tauhid, merupakan salah satu makna ibadah. Lihat Syarah Tsalaatsatul Ushul.
Al-Imad Ibnu Katsir berkata: Beribadah kepada-Nya adalah taat kepada-Nya dengan menjalankan perintah dan meninggalkan larangan. lihat Kitab Fathul Majid.
Syaikhul Islam berkata: Makna ibadah adalah taat kepada Allah dengan menjalankan apa yang telah diperintahkan-Nya melalui lisan-lisan para rasul. Lihat Fathul Majid dan Kitab Tauhid, Syaikh DR. Sholih bin Fauzan.
Sebab itu pulalah, para rasul yang diutus oleh Allah membawa misi tauhid. Sebagaimana Allah Ta’ala firmankan: “Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat, seorang rosul yang mengajak, Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut .An-Nahl: 36. Lihat Kitab Tauhid, Syaikh DR.Sholih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan.
Yakni sembahlah Allah semata dan tinggalkanlah ibadah kepada selain-Nya. Sebagaimana firman-Nya: ”Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. QS.Al-Baqarah:256. Inilah makna kalimat “Laa Ilaaha Illallah” karena kalimat tauhid inilah yang dimaksud dengan “Al’urwatul wutsqo” (Tali yang kuat). Lihat Kitab Fathul Majid, Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh.
Ibnu Katsir Rohimahullah berkata mengenai ayat tersebut: Semua mereka (para rasul) mengajak beribadah kepada Allah dan melarang beribadah kepada selain-Nya dan Allah Ta’ala senantiasa mengutus para rasul dengan tugas tersebut sejak terjadinya kesyirikan yang dilakukan oleh kaum nabi Nuh ‘alaihissalam. Dialah rasul pertama yang diutus oleh Allah kepada penghuni bumi hingga penutup para rasul “Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam” yang menyampaikan dakwahnya kepada bangsa jin dan manusia dibelahan timur dan barat. Kondisi mereka semua adalah sebagaimana firman Allah Ta’ala: ”Dan Kami tidak mengutus seorang rosul sebelum kamu,melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwasannya tidak ada Tuhan yang haq melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. QS.Al-Anbiya 21:25. Lihat Kitab Fathul Majid, Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh.
Pengertian Tauhid.
Tauhid adalah meyakini keesaan Allah didalam rububiyah dan uluhiyah, serta meyakini Dia mempunyai nama-nama dan sifat-sifat. Tauhid ada tiga jenis yaitu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma’ wa sifat. Lihat Kitab Tauhid, Syaikh DR.Sholih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan.
1. Tauhid Rububiyah.
Adalah mengesakan Allah Ta’ala didalam segala perbuatan-Nya, Dialah satu-satunya yang menciptakan sekaligus memiliki dan mengatur makhluk-Nya. Dalil yang menunjukkan bahwa hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan adalah firman-Nya: ”Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu. QS.Az-Zumar 39:62. Dan “Segala puji hanyalah milik Allah,Robb semesta alam. QS.1:2. Lihat Kitab Tauhid, Syaikh DR.Sholih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan.
Sehingga segala yang ada dan seluruh alam raya ini senantiasa tunduk patuh kepada kekuasaan Allah Ta’ala, berjalan sesuai dengan kehendak-Nya dan taat kepada perintah-Nya. Dan tidak ada satupun yang bermaksiat terhadap-Nya. Masing-masing melaksanakan tugas dan menunaikan fungsinya sendiri-sendiri dengan tata aturan yang sangat terperinci. Semuanya menyucikan pencipta-Nya dari segala kekurangan,kelemahan dan aib.Allah Ta’ala berfirman: “Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang dilangit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayang diwaktu pagi dan petang hari.QS.Ar-Ra’du 13:15.
Maksud dari bersujudnya semua yang ada di alam ini adalah ketundukkan dan bersujudnya segala sesuatu itu sesuai dengan keadaannya masing-masing, sujud yang sesuai dan yang hanya pantas diperuntukkan bagi Allah Ta’ala. Tasbihnya segala sesuatu adalah perkara yang hakiki dan bukan majazi. Lihat Kitab Tauhid, Syaikh DR.Sholih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan.
2. Tauhid Uluhiyah.
Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan-perbuatan para hamba dalam rangka bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah), seperti doa, nadzar, qurban, roja’ (mengharap), takut, tawakal, raghbah (senang), rahbah (takut) dan inabah (kembali). Dinamakan tauhid uluhiyah karena ia adalah sifat Allah, yang menunjukkan nama-Nya yaitu Allah, sehingga Allah itulah pemilik sifat-sifat uluhiyah (dzul uluhiyah). Lihat Kitab Tauhid.
Urgensi Tauhid Uluhiyah.
A. Tauhid uluhiyah sebagai inti dakwah para rasul,mulai dari rasul yang pertama hingga yang terakhir. Allah Ta’ala berfirman: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: ”Bahwasannya tidak ada ilah (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.QS.Al-Anbiya 21:25.
B. Tauhid uluhiyah sebagai kewajiban awal bagi setiap mukallaf
C. Sesungguhnya kebahagian didunia ini identik dengan pengetahuan tentang Allah,kebutuhan seorang hamba terhadap pengetahuan tersebut merupakan kebutuhan yang sangat penting melebihi semua kepentingan lainnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: Ketahuilah bahwa kebutuhan seorang hamba untuk beribadah kepada Allah dan tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatupun tiada bandingannya,tidak bisa dikiaskan dengan apapun. Kitab Majmu’ Fatawa 1/24.
D. Tauhid uluhiyah merupakan pondasi yang diatasnya dibangun semua amal. Lihat Kitab Tauhid (At-Tauhid Li Ash-Shaff Al-Awwal Al-‘Ali), Syaikh DR. Sholih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan.
3. Tauhid Asma wa Sifat.
Yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Qur’anul Karim dan sunnah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam yang pantas disematkan bagi Allah Ta’ala, tanpa ta’wil, dan ta’thil dan tanpa takyif dan tamtsil.Allah Ta’ala berfirman: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.QS.Asy-Syuuroo 42:11.
Barangsiapa menentang asma dan sifat Allah,atau memberi nama Allah dan menyifati-Nya dengan nama-nama atau sifat-sifat selain yang telah ditetapkan oleh Allah sendiri atau dengan nama-nama atau sifat-sifat selain yang telah ditetapkan oleh Rasul-Nya, atau menyerupakan nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk-Nya, atau melakukan takwil dari makna yang sebenarnya,sungguh dia telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu serta berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman: “Maka siapakah yang lebih zhalim daripada mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Lihat Kitab Tauhid, Syaikh DR.Sholih bin Fauzan.
Makanya generasi paling utama dari para sahabat, tabi’in,dan tabi’ut tabi’in dalam hal asma’ dan sifat Allah adalah mengimani dan menetapkannya apa adanya tanpa tahrif, dan ta’thil dan tanpa takyif dan tamtsil, karena hal itu merupakan keimanan kepada Allah .
Imam Ahmad rohimahullah berkata: Tidak boleh menyifati Allah dengan sesuatu melebihi dari apa yang telah Dia sifatkan untuk diri-Nya sendiri (Al-Masaa’il wa Ar-Rasaa’il Al-Marwiyah ‘an Al-Imam Ahmad 1/276).
Imam Makhul dan Az-Zuhri rohimahullah pernah ditanyai tentang penafsiran hadits asma’, lalu keduanya menjawab: Biarkanlah ia sebagaimana datangnya (apa adanya).
Syufyan Ats-Tsauri rohimahullah berkata: Asma dan sifat Allah itu sebagaimana apa adanya,kami menetapkan dan membicarakan tentangnya tanpa takyif (tanpa mempertanyakan),begitu pula dengan Al-Auza’I,Malik, dan Al-Laits rohimahullah, Kitab Ibthaal At-Ta’wiilat li Akhbaar As-Shifaat 47. Lihat Kitab Tauhid, Syaikh DR.Sholih bin Fauzan.
Mentauhidkan Allah adalah fitrah manusia, ketika Allah Ta’ala telah menciptakan manusia diatas fitrah tauhid dan mengetahui Rabb sebagai pencipta, sebagaimana dalam firmannya: ”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah diatas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah fitrah Allah.QS.Ar-Rum 30:30. Lihat Kitab Tauhid Syaikh DR.Sholih bin Fauzan.
Maka orang-orang yang beriman adalah orang yang tidak mencampur-adukkan keimanannya dengan kesyirikan sedikitpun, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman : “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan syirik,mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.QS.Al-An’am 6:82.Sumber ust.Rifqi Rosyidi Lc.M.Ag.Majlis Tarjih dan Tajdid PW.Muhammadiyah.
Dalam ayat lain Allah Ta’ala mengingatkan: ”JIka kamu berbuat syirik,niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. QS.Az-Zumar 39:65.Wallahu A’lam bi Muroodi.
Sumber rujukan kitab oleh: Ust.Rifqi Rosyidi Lc.M.Ag, Majlis Tarjih dan Tajdid PW.Muhammadiyah Kaltim dan ust.Ghofir Lc,Majlis Tarjih dan Tajdid PDM.Bontang.
Tidak ada Ilah yang berhak di ibadahi dengan benar selain Allah Yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya.Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.Ya Allah, tidak ada yang mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang memberi apa yang Engkau cegah.Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya dari (adzab)-Mu.(HR.Bukhori,I/255,dan Muslim, I/414). (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post