bontangpost.id – Kemarau panjang yang disebabkan fenomena el nino berdampak pada lahan pertanian Kota Bontang.
Kepala Bidang Pertanian DKP3 Bontang Debora Kristiani mengatakan akibat fenomena tersebut petani Bontang terpaksa menunda tanam padi sejak Agustus lalu. Lantaran minimnya curah hujan dan sumber air.
Biasanya, kata Debora, para petani dapat melakukan panen dua kali dalam setahun. Namun, akibat kemarau tahun ini, mereka hanya bisa melakukan panen satu kali saja.
“Ya selama itu petani Bontang tidak panen padi. Karena padi membutuhkan pasokan air yang banyak. Sedangkan kondisinya saat ini terbalik,” bebernya kepada redaksi bontangpost, Senin (16/10/2023).
Meski Bontang bukan sektor utama penghasil padi namun fenomena tersebut berdampak serius bagi ketahanan pangan masyarakat Kelurahan Bontang Lestari. Apalagi tidak semua sawah yang berada di Nyerakat Kiri, Kelurahan Bontang Lestari, dekat dengan saluran irigasi. Melainkan masih mengandalkan air hujan.
“Selama ini beras yang dihasilkan petani di Bontang Lestari itu memang untuk konsumsi pribadi. Kalaupun dijual itu tidak banyak,” sambungnya.
Untuk menyiasati kondisi tersebut, pihaknya mengimbau petani beralih mengembangkan tanaman hortikultura dan palawija pada musim kemarau ini. Yaitu mengganti jenis bibit tanaman seperti melon dan semangka sebab dua bibit tersebut lebih tahan kekeringan.
“Kalau semangka dan melon cocok di musim kemarau. Buahnya lebih manis dan cocok di tanah yang kering. Jadi petani di sana masih memiliki penghasilan selain dari menanam padi,” sambungnya.
Sejauh ini, petani Bontang Lestari memanfaatkan lahan pertanian seluas 22 hektare. Sekali panen, satu hektare lahan mampu menghasilkan tiga ton beras.
“Tapi tidak semua lahan seluas 22 hektare itu dimanfaatkan secara intens apalagi Bontang masih mengandalkan beras dari pulau Jawa dan Sulawesi,” tutupnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: