bontangpost.id – Kejadian di babak semi final Liga 3 Kaltim antara Bontang City FC melawan Persisam United, beberapa hari lalu, mendapat sorotan. Pengamat sepakbola dari save our soccer (SOS) Akmal Marhali mengatakan klub yang dirugikan dalam pertandingan itu harus berani ambil sikap. Bentuknya dengan mengirim surat keberatan ke PSSI. Termasuk dugaan indikasi pergantian wasit jelang laga tersebut.
“Bola kita sudah terbiasa hal-hal semacam ini. Bahkan jadi proyek. Sekalian klub ungkap saja biar kebuka,” kata Akmal.
Terkait dengan aksi kericuhan yang terjadi di dalam lapangan, ia menganggap biasa. Ia menjelaskan dari tayangan yang beredar seluruh masyarakat paham pemantik terjadinya kerusuhan itu akibat ulah siapa. Saat disinggung apakah itu akibat keputusan wasit, ia tidak membantah dan mengamininya.
“Semua juga sudah paham. Masak tidak paham-paham sepakbola Indonesia,” ucapnya.
Menurutnya kompetisi Liga 3 itu sudah diatur. Kondisi ini sudah tidak asing di dunia sepakbola Indonesia. Ia dengan tegas meminta agar Liga 3 dibubarkan. Tetapi ini kembali lagi kepada klub. Apakah bersedia dengan usulan itu atau menikmati segala keanehan di dalamnya.
“Bila kompetisi Liga 3 lebih banyak mudharatnya daripada maslahatnya lebih baik dibubarkan saja. Kompetisi tidak sehat hanya akan merusak moral para pelaku sepakbola,” tutur dia.
Diberitakan sebelumnya, kinerja wasit Ika Purwanto yang memimpin laga Persisam United kontra Bontang City FC dua hari lalu masih menuai sorotan. Ketua Askot PSSI Bontang Andi Faizal Sofyan Hasdam menilai, sejumlah keputusan pengadil lapangan sangat kontroversial. Puncaknya saat Pasukan Kota Taman (julukan Bontang City FC) diganjar hukuman penalti pada awal babak kedua.
Menurut dia, pemain belakang Bontang City FC hanya bersifat melindungi laju bola. Justru penyerang lawan menabrak dan terjatuh sendiri. “Saat jeda pertandingan saya sudah memberikan arahan ke Bontang City FC bahaya jika bermain di kotak 12 pas. Karena wasit pasti meniup peluit dan terbukti,” kata Andi.
Tak hanya itu, keputusan offside di pertengahan laga babak kedua oleh asisten wasit juga sangat aneh. Jika melihat tayangan ulang justru yang mengejar bola posisi pemain Bontang City FC masih onside. Dan berhasil lepas dari kawalan pemain belakang lawan. Sehingga tinggal berhadapan dengan kiper. “Semua juga bisa melihat dari tayangan yang beredar. Bahkan kebanyakan berpendapat itu bukan offside,” pungkasnya. (*/ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post