bontangpost.id – Perusahaan minyak dan gas (migas) Italia, Eni berencana untuk membagi dua wilayah operasi proyek migas laut dalam atau Indonesia Deepwater Development (IDD) selepas alih kelola hak partisipasi dari Chevron ditarget rampung pertengahan tahun ini.
Proposal pembagian blok migas laut dalam itu ke dalam dua wilayah operasi, utara dan selatan, menjadi bagian dari rencana pengembangan atau plan of development (PoD) lapangan yang ingin diajukan Eni sebagai upaya integrasi beberapa aset mereka pada konsesi Lapangan Jangkrik, Blok Muara Bakau dan Lapangan Merakes, Blok East Sepinggan.
“Tadinya satu Blok IDD, di sana ada dua lapangan yang selatan akan sangat bagus untuk terhubung dengan FPU Jangkrik, yang utara sangat jauh mengisi FPU Jangkrik, kebetulan Eni punya eksplorasi yang sukses di utara ini akan digabungkan,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dilansir dari bisnis.com, Selasa (4/4/2023).
Saat ini, berdasarkan laporan SKK Migas, kedua kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) itu telah sampai pada kesepakatan akhir ihwal nilai divestasi 62 persen saham Chevron di salah satu lapangan gas laut dalam terbesar di dunia saat ini.
Rencananya, Chevron dan Eni menyepakati perjanjian jual beli saham atau sales and purchase agreement (SPA) alih kelola lapangan itu pekan ini. Dwi menerangkan, rencana Eni untuk membagi dua wilayah operasi Blok IDD itu bertujuan untuk mengintegrasikan portofolio Eni yang lebih dahulu berada di Lapangan Jangkrik, Blok Muara Bakau yang ikut menjadi bagian dari hamparan Kutai Basin, lepas pantai Kalimantan Timur.
Wilayah operasi selatan nantinya akan diintegrasikan dengan Lapangan Maha-2 untuk memasok gas pada Floating Production Unit (FPU) Jangkrik milik Eni.
Sementara itu, pada sisi utara nantinya bakal digabungkan dengan Lapangan Merakes di Blok East Sepinggan yang belakangan menunjukkan keberhasilan pengembangan Eni yang besar di portofolio aset lepas pantai Kalimantan Timur tersebut.
Selepas alih kelola rampung pertengahan tahun ini, Eni disebutkan bakal mengajukan revisi PoD lapangan laut dalam IDD pada akhir tahun ini. Harapannya, operasi Eni di lapangan IDD dapat efektif terjadi awal tahun depan.
Dengan demikian, pascaalih kelola operator IDD itu, Eni bakal mengelola aset migas besar di lepas pantai Kalimantan Timur mendatang. “Nanti ada dua wilayah lapangan besar yang akan jadi operasi Eni, selatan dan utara,” kata dia.
Adapun, proses divestasi antara dua KKKS itu belakangan memang diketahui berjalan mulus sepanjang akhir 2022 di tengah sejumlah peralihan portofolio perusahaan migas internasional yang mulai meninggalkan energi fosil.
Blok yang ikut jadi proyek strategis nasional (PSN) dengan nilai US 6,98 miliar atau setara dengan Rp 108,99 triliun (asumsi kurs Rp 15.616) itu diharapkan dapat kembali berjalan tahun depan. Berdasarkan catatan SKK Migas, proyek IDD berpotensi untuk menghasilkan gas hingga 844 MMscfd dan minyak di posisi 27.000 bopd. Rencananya, proyek itu ditarget onstream pada kuartal IV/2027 mendatang.
Dikutip dari laman resminya, Chevron telah memutuskan kalau proyek IDD tersebut tidak dapat bersaing dalam portofolio global perusahaan. Saat ini, pun Chevron sedang mengevaluasi alternatif strategis untuk kepemilikan dan pengoperasian 62 persen sahamnya.
Proyek IDD yang berlokasi di Cekungan Kutai, Kalimantan Timur merupakan proyek pengembangan lima lapangan gas di laut dalam di kedalaman antara 975 m—1.785 m yang dilakukan secara terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan gas pasar domestik dan kilang LNG Bontang.
Dengan biaya investasi yang diperkirakan mencapai US$6,98 miliar, pengembangan proyek IDD dilakukan dengan dua tahapan pekerjaan, yaitu pengembangan Lapangan Bangka dengan 2 sumur yang dihubungkan ke fasilitas terapung West Seno (FPU) pada tahap I, serta pengembangan Gendalo Gehem (G-G) pada tahap II, yaitu pengembangan Lapangan Gehem, Gandang, Gendalo dan Maha dengan 26 sumur ke 2 unit FPU baru.
Dari lapangan-lapangan yang ada, hanya Lapangan Bangka yang telah diproduksikan secara komersial pada 17 Agustus 2016 silam. Sejauh ini, Chevron telah merevisi PoD proyek IDD karena adanya kenaikan nilai investasi dari US$6,9 miliar pada 2007 menjadi US$12 miliar pada 2014.
Pada proposal terakhir yang diajukan akhir 2015, nilai investasinya US$9 miliar dengan asumsi kredit investasi di atas 100 persen. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post