POSISINYA mungkin terluar. Terisolasi ketimbang sekolah lain di Bontang. Tidak mudah menghadapi tantangan dunia pendidikan di sekolah ini. Terlebih pada masa pandemi Covid-19. Tapi berkat kerjasama, semangat, dan optimisme, tantangan bisa dihadapi. Inilah, SD Negeri 014 Loktunggul, Bontang Selatan.
Kepala SD Negri 014 Bontang Selatan, Marsita, mengatakan selama pandemi pihaknya juga menggelar pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sebagaimana yang diinstruksikan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bontang.
Tapi bukan cuma PJJ. SDN 014 mengkombinasikan PJJ dan tatap muka. Untuk daring jelas, materi disampaikan secara virtual atau melalui aplikasi pesan instan, seperti WhatsApp. Di samping itu, guru acap mengunjungi kediaman murid-muridnya. Ini biasa dilakukan usai evaluasi saban pekan yang sekolah gelar.
“Tiap Sabtu kami evaluasi. Apa masalahnya anak-anak. Kalau ada yang kurang, rumahnya anak-anak didatangi. Atau kami panggil orangtuanya ke sekolah” urai Marsita.
Di SDN 014 Loktunggul sendiri, total ada 32 murid. Paling banyak duduk di bangku kelas 4, dengan 8 siswa. Sebagian besar siswa bermukim di RT 15 Loktunggul, alias berada di dalam kawasan yang dibatasi areal pabrik PLTU Teluk Kadere. Sementara sisanya bermukim di luar areal pabrik.
“Untungnya anak-anak banyak tinggal di daerah sini (RT 15) jadi bisa dapat WiFi semua,” beber Marsita.
Kata Marsita, PJJ di SDN 014 Loktunggul sangat dibantu oleh keberadaan WiFi yang dipasangkan Kementerian Informasi dan Komunikasi (Kemkominfo) RI medio Januari 2020 lalu. Dengan jangkauan yang cukup luas, orangtua murid tidak lagi dibebankan dengan pembelian kuota.
“Kalau kuota kan berat. Belum lagi kondisi ekonomi warga di sini kan seperti apa. Tidak seperti mereka yang di kota,” urai Marsita.
Yang menjadi kendala, lantaran RT 15 Loktunggul tidak dialiri jaringan listrik PLN. Sehingga kerap kali beberapa anak tak bisa mengakses PJJ bukan karena ketiadaan jaringan. Tapi karena ponsel yang kehabisan daya.
“Ada sekitar 6 murid kami yang tidak ada ponsel. Sisanya bisa semua PJJ,” ungkapnya.
Sambungnya, kendala lain dari PJJ ialah materi yang disampaikan guru kerap tidak maksimal diserap murid. Kendati persoalan ini sejatinya membelit sekolah lain juga. PJJ sangat menuntut peran aktif orangtua. Namun karena tak sedikit orangtua murid yang secara pendidikan juga kurang, walhasil mereka pun kesulitan membantu anak dalam mengerjakan tugas sekolah.
“Di situ kami bantu. Bisa diminta orangtua ke sekolah. Atau kami datangi rumahnya,” ujar perempuan ramah senyum ini.
Ditambahkan, lokasi SDN 014 Loktunggul mungkin terluar, terisolasi. Namun semangat guru-guru mengajar tidak padam. Setiap tantangan justru semakin membuat mereka terpacu. Mereka meyakini bila pendidikan adalah kunci guna membawa bangsa ini menuju gerbang kemajuan.
“Jumlah murid yang terbatas, membuat kami cepat memahami apa saja kesulitan mereka. Walaupun terisolasi, mereka layak dapat pendidikan bermutu,” tandasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: