Romario dan Moses menjadi wakil Bontang dan Kaltim. Berlaga di cabang duet Gitar Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N). Setelah menjadi yang terbaik dari sejumlah sekolah yang ikut berpatisipasi. Mereka pun akan bersaing dengan provinsi lain di tingkat nasional, dalam waktu dekat.
ADIEL KUNDHARA
Dawai dua gitar dipetik oleh orang berbeda. Menghasilkan harmonisasi dan rangkaian nada yang indah. Materi lagu sulit pun dipersembahkan. Demi rajutan prestasi. Jari pun lincah memainkan chord yang sudah tertera di partitur. Petikan senar gitar Romario dan Moses, pelajar SMPN 5 ini membuat telinga terasa dimanja. Seolah hanyut merasakan kemerduan dan rasa dari lagu tersebut.
Prestasi keduanya bukan tiba-tiba. Tetapi dari dari perjuangan yang membara. Berawal dari keikutsertaan di ajang serupa tahun lalu. Kegagalan menjadi cambuk untuk bangkit. Serta meraih hasil yang lebih baik.
Romario Dwi Putra Silaen menceritakan mulai bermain gitar sejak duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar. Tanpa ada yang mengajari tatap muka. Hanya melihat tutorial yang ada di YouTube. “Saya otodidak. Itu murni karena kemauan saya,” kata Romario.
Alasan memilih menyukai alat musik tersebut karena ketersediaan sarana itu di rumahnya. Gitar itu milik kakaknya. Sejak 2017. Tak hanya di rumah, ia memainkan juga saat terlibat pelayanan di gereja. Sebelumnya ia bersama Moses, mengikuti FLS2N Tahun lalu. Tetapi hanya mendapatkan juara dua di tingkat provinsi. Alhasil langkah mereka terhenti untuk menuju ke putaran nasional.
“Kala itu saya berpikir mungkin masih ada kesempatan buat saya tahun depan (tahun ini),” tutur pelajar kelahiran 18 Agustus 2006 ini.
Harapan itu menjadi nyata. Setelah dewan juri memutuskan keduanya menyabet juara pertama di FLS2N tahun ini. Ia mengakui sebelumnya ada percaya diri yang kurang. Sehingga faktor itu diperbaiki di ajang selanjutnya.
“Karena saat itu baru pertama ikut FLS2N. Puji Tuhan tahun ini menjadi juara satu,” sebutnya,
Terkait dengan materi lomba, tidak ada kesulitan. Hanya focus yang menjadi kendala. Jika sudah memusatkan pikiran ketika bermain maka hasilnya akan bagus juga.
Sementara rekannya, Moses Fabian Tindaon yakin apabila berlatih dengan tekun, giat dan bekerjasama dapat membawa pulang piala Juara I FLS2N tingkat nasional. Ia juga sebelumnya tidak menyangka dengan capaian ini. “Orang tua juga bangga pas tahu saya juara. Kami yakin dengan target yakni juara satu,” ungkap Moses.
Putra kedua dari pasangan Wariston Tindaon dan Polina Sade Sandi itu menghabiskan kesehariannya membantu menjaga warung sembako orang tuanya. Rasa tertarik remaja kelahiran 01 Februari 2007 terhadap alat musik petik ini sudah ada sejak dirinya kelas III SD.
Guru Kesenian SMPN 5 Tetra Deputri Allopaa mengaku persiapan sudah digeber sejak Mei. Menurutnya Romario dan Moses sudah mempunyai basic sehingga terpilih mewakili SMPN 5. Menyisihkan 23 pelajar lainnya yang mengikuti ekstrakurikuler tersebut. Berdasarkan tingkat kedisiplinan dalam mengikuti bahan yang diberikan. Walaupun ada teknik dari keduanya yang perlu dipoles yakni penjarian.
“Karena bermain gitar klasik itu penting fingering-nya. Selain itu tekni olah rasa dan kekompakkan. Mengingat tidak bermain sendiri tetapi berdua,” kata Tetra.
Sejak awal persiapan keduanya berlatih secara terpisah. Masing-masing berdurasi dua jam. Dijelaskan dia, supaya daya tangkap lebih baik. Ketika bahan sudah dikuasi maka diadakan pertemuan latihan bersama. Tiga bulan waktu persiapan dipandang singkat. Terutama ketika harus memainkan lima lagu.
“Sebenarnya bisa sih tiga bulan tetapi tidak perfect atau ada yang kurang,” sebutnya.
Pada tingkat kota dan provinsi, kedua pelajar ini memainkan satu lagu klasik berjudul Mazurka Parados Guitaras dan lagu piopuler Hanya Satu Pintaku. Secara tingkat kesulitan lebih mengarah ke lagu popular. Panitia pusat memberikan partitur dengan memberikan kesempatan pelatih untuk mengaransemen sebagian.
Tentunya pelatih tidak mau mengaransemen biasa saja. Namun optimal menggarap dengan tingkat kesulitan tinggi, teknik baik, harmonisasi cantik. Berharap peserta mendulang poin tambahan.
“Akibatnya siswa merasa kesulitan dengan teknik yang harus bisa dibawakan sempurna. Ekstra latihan fokus ke bagian sulit. Ujungnya mampu memainkan lagu tersebut,” urainya,
Ia sebenarnya tidak menyangka anak asuhnya memperoleh juara satu di tingkat kota. Lantaran ada saingan terberat yakni SMPN 3. Pasalnya sekolah itu selalu turun dalam ajang sama. Tiga terbaik berhak mendapatkan tiket ke tingkat provinsi.
“Tidak menyangka, kami hanya melakukan yang terbaik. Selebihnya diserahkan juri untuk menilainya,” jelasnya.
Saat ini perekaman untuk jenjang nasional sudah mencapai 75 persen. Dua lagi sudah dikerjakan. Menyisakan satu lagu tersisa. Di babak ini peserta wajib memainkan tiga lagu. Lagu yang dipilih Romario dan Moses ialah 24 duo Lezioni No 6, Hanya Satu Pintaku dan AKu Menyanyi (lagu daerah). Hasil perekeman nantinya akan dikirim sebagai materi lomba. Selanjutnya penampilan itu akan dinilai oleh dewan juri.
Targetnya tim SMPN 5 bisa menembus tiga besar nasional. Sebab tahun kemarin Bontang itu mampu meraih juara 2. Capaian itu menjadi modal dan motivasi anak asuhnya untuk menggapai target yang dipatok. “Dengan target itu bisa menandakan Bontang punya potensi yang tinggi di tingkat nasional. Keterampilan yang cukup diperhatikan oleh darah lain,” ujar dia.
Saat ini, proses latihan pun ditambah durasinya. Dari sebelumnya 2 jam per hari menjadi 3,5 jam per Agustus. Tetra pun meminta dukungan dan doa dari seluruh warga Bontang. (*/ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: