Hari ini (9/1) Kaltim berusia 62 tahun. Untuk menyambut itu, Gubernur Kaltim Isran Noor memberikan berbagai penghargaan kepada tokoh-tokoh yang paling berpengaruh di provinsi ini kemarin (8/1).
M RIDHUAN, Samarinda
SALAH satu ajang prestisius diberikan Pemprov Kaltim menyambut hari jadinya adalah memberikan penghargaan kepada tokoh-tokoh penting dan berpengaruh di Benua Etam. Kemarin, ada 14 tokoh yang menerimanya langsung dari Isran Noor. Salah satunya Ahmad Sofyan Masykur. Wartawan senior Kaltim Post (grup Bontang Post) yang masih aktif mendedikasikan dirinya di bidang jurnalistik.
Selama 30 tahun berkiprah, pria kelahiran Separi, 1 Juni 1962 itu dianggap berperan besar dalam membesarkan pers di Kaltim. Pada 2017 lalu, dirinya selaku ketua Tim Verifikasi Perusahaan Pers Cetak di Wilayah Kaltim-Kaltara melalui Serikat Perusahaan Pers (SPS) Kaltim melaksanakan program verifikasi perusahaan pers.
Hasil dari Rapat Kerja Nasional (Rakernas) SPS se-Indonesia, bersamaan malam penghargaan SPS, pada 3 Februari 2017 di Hotel Millennium, Jakarta. “Kondisi pers Kaltim sama secara nasional. Ada yang tumbuh, maju, namun ada yang berguguran,” kata sekretaris SPS Kaltim itu saat ditanya kondisi pers di Benua Etam saat ini.
Kondisi ini memerlukan upaya. Siasat dan inovasi tanpa henti. Peningkatan kreativitas dan kredibilitas media massa. Agar pers semakin bermutu. Sementara untuk insan jurnalis, dituntut lebih profesional. Menggunakan standar kompetensi wartawan, media massa dan perusahaan pers. Juga tidak melupakan soal kesejahteraan wartawan. “Teman-teman juga harus paham kode etik jurnalistik. Insan pers juga harus sepakat untuk menjalani Piagam Palembang,” sebut anggota Ombudsman Kaltim Post itu.
Namun, tak hanya kode etik jurnalistik. Wartawan dituntut paham soal regulasi dan aturan perundang-undangan. Disikapi secara proporsional dengan nilai budaya lokal dan nasional. Semangat ini diperlukan mereka yang bergerak di dunia jurnalistik. Jika tidak maka menjadi salah satu alasan gugurnya media massa. “Di tengah serbuan media sosial yang dianggap mengganggu penerbitan media mainstream,” kata Sofyan.
Dengan fungsi kontrol media, Kaltim yang disebut kaya sumber daya alam bergerak ke arah yang lebih maju. Sehingga media juga bisa ikut serta dalam mendorong pembangunan di daerah. Tanpa media, dimungkinkan pengelolaannya akan amburadul. Hal ini akan bertentangan dengan visi Gubernur Kaltim Isran Noor yang menginginkan Kaltim berdaulat.
Meski dalam kenyataannya, banyak aturan yang saling tumpang-tindih. Antara pusat dengan daerah. “Ini memerlukan konsolidasi yang hebat dari seorang gubernur bersama tim,” kata mantan pengurus Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kaltim itu.
Memang saat ini Kaltim masih terbelenggu kekuatan anggaran yang bersumber dari sumber daya alam dan mineral. Seperti migas dan batu bara. Sehingga saat dua komponen tersebut terpuruk, Kaltim ikut terseret. Membuat pemerintah kelabakan saat penerimaan bagi hasil berkurang. Karena itu perlu ada upaya mencontoh wilayah lain yang potensi alamnya terbatas.
“Seperti Jogjakarta. Mereka mampu memaksimalkan potensi PAD (pendapatan asli daerah) dengan kondisi alam yang terbatas,” ungkap alumnus S-2 Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur itu.
Sehubungan dengan penghargaannya menjadi tokoh pers, Sofyan menyebutnya sebagai bentuk tantangan untuk menjadikan pers Kaltim semakin maju dan berkembang lebih besar lagi. Apresiasi ini pelecut agar dunia pers jangan sampai kedodoran. “Ada ruh yang membuat pers sebagai kontrol pemerintah dengan produk yang konstruktif. Jika tidak maka jiwa pers akan mati,” sambung Sofyan.
Kontrol sosial harus masuk ke semua lini. Mengedepankan fungsi pers yang beretika. Tidak melulu menyiarkan pemberitaan yang negatif. Bahkan cenderung berisi fitnah. Karena di era milenial sekarang, media mainstream didorong sebagai pelindung konten-konten ujaran kebencian hingga kabar bohong atau hoax.
“Media mainstream ini yang menjadi penjaga pertama yang menyaring berita-berita yang belum bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Menjadi teladan bagi media sosial untuk menjaga iklim yang kondusif khususnya di daerah,” bebernya.
Terpisah, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kaltim Endro S Effendi tak memungkiri perjuangan Sofyan Masykur dalam membesarkan pers Kaltim. Pernah mengetuai PWI Kaltim, mantan anggota MPR-RI dan masih menjabat sebagai sekretaris SPS Kaltim, Endro dan timnya sepakat dedikasi Sofyan patut diganjar penghargaan. “Beliau (Sofyan Masykur) memahami betul dan berkontribusi besar pada pers Kaltim. Sehingga pantas menyandang gelar tokoh pers Kaltim,” tambah Endro.
PWI sebagai organisasi tertua pers di Indonesia disebutnya tak sembarangan memberikan masukan kepada Pemprov Kaltim untuk memberikan penghargaan. Ada proses dan seleksi yang dilakukan. Menimbang segala masukan dan melihat jejak prestasi dan kemampuan mereka yang dinominasikan. “Terbukti mereka yang terpilih memiliki pengalaman dan kemampuan yang teruji. Dengan kontribusi nyata di dunia pers khususnya Kaltim,” ungkapnya.
Sebelumnya, Pemprov Kaltim juga pernah memberikan penghargaan kepada awak Kaltim Post. Mereka adalah Chairman Kaltim Post Group Zainal Muttaqin (tokoh pers), Habolhasan Asyari (tokoh seni budaya), Syafril Teha Noer (tokoh pers) Endro Surip Effendi (wartawan muda berbakat), dan Chrisna Endrawijaya (tokoh pers). Selain itu, Felanans Gevrido Mustari kala aktif menjadi wartawan Kaltim Post, juga pernah menyabet penghargaan dari gubernur tersebut untuk kategori wartawan berprestasi. (rom/k15)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post